삼 ● Tiga

302 47 14
                                    

Suara langkah kaki yang berderu menuruni anak tangga beriringan dengan napas yang tersengal-sengal terdengar bak tentara yang lari mendekat. Bahkan terdengar suara lompatan dari anak tangga terakhir ke lantai rumah dan menyebabkan sedikit getaran. Sebuah suara datang tiba-tiba selepas bunyi kakinya menghantam lantai.
"Eomma, dimana Minhyuk hyung sekarang?!"

Changsub mengagetkan ibunya yang tengah memasak sup dengan wortel di dalamnya pancinya.

"Ya ampun! Kupikir tadi itu serangan udara Kim Jong Un. Mengagetkan sekali, Subie."

"Kita bahkan sudah berdamai, Eomma. Seharusnya eomma nonton TV." Pria itu kemudian mencium aroma yang tak asing, lalu mendekati kompor dan terus menghirup sup favoritnya. Rasa penasaran kalah dengan rasa laparnya. Hampir saja ia lupa maksud kedatangannya pada sang ibu karena godaan makanan favorit.

"Minhyuk... Tentu saja dia di Seoul, sedang belajar dengan rajin di SNU*. Tidak sepertimu yang malas-malasan," jawab ibunya sambil terus mengaduk sup. Aroma udang yang dicampurkan begitu memikat hati Changsub, namun pria ini kembali ke alam sadarnya.

"Hngg, aku tidak malas-malasan, Eomma. Tapi, bukankah hyung tadi di sini? Dia meneleponku saat aku sudah sampai ke stasiun Changwon, padahal aku akan berangkat ke Seoul."

Sang ibu berbalik menatap Changsub. Wanita itu mengerutkan dahi. "Stasiun Changwon? Berangkat ke Seoul? Apa kau bermimpi, Changsub-a? Kau hanya tidur seharian ini di kamarmu. Ah, eomma tau. Karena terlalu lama tidur kau jadi bermimpi pergi ke Seoul untuk bertemu Minhyuk. Kau pasti sangat mencintainya, kan."

"Aaaaa eomma, kenapa bicara seperti itu? Sungguh tadi aku akan berangkat ke Seoul. Aku bahkan pamit eomma, eomma tidak ingat? Sungguh?"

"Sudah-sudah. Nanti kau tidur lagi saja, lanjutkan mimpimu dan tanyakan langsung pada Minhyuk. Sekarang, makan dulu."

Pria itu meremas rambutnya yang masih acak-acakan. Ia berderap menaiki tangga dan masuk ke kamarnya dengan lemas. Yook menyambutnya datar, terduduk di atas ranjang dengan handuk menyelimuti tubuhnya dan rambut yang basah bekas 'kebrutalan' Changsub.

Anak ini nyata, tapi perjalananku tadi seperti tidak nyata, batin Changsub.

Yook tak banyak bicara, takut-takut Changsub menyiramnya sekali lagi. Ia melihat pria itu mondar-mandir sambil menelepon seseorang bernama Minhyuk, namun tak ada jawaban. Yook mengedarkan pandangannya pada kamar ini, ruangan yang cukup luas untuk seorang bujangan. Di sudut kamar dekat jendela bisa ia lihat beberapa skateboard tersusun rapi menghadap dinding.

Wah, pria ini pasti mahir skateboarding.

Yook membatin, mengangguk-angguk dan sebenarnya ingin bertepuk tangan. Pria di hadapannya ini pasti seorang lelaki yang sangat manly, pikirnya. Dilihat dari barang-barang di kamarnya  yang bernuansa hitam, semuanya mendukung pendapat tersebut. Kecuali satu benda : bantal pisang kuning besar di atas tempat tidur.

"Oppa!"

Wanita itu lagi. Adik perempuan Changsub yang masuk dan meletakkan nampan berisi nasi dan sup hangat di atas meja belajar Changsub, melenggang melewati Yook tanpa menyadari keberadaannya. Ia hanya diam memperhatikan Changsub sibuk dengan ponselnya sedari tadi, berpikir bahwa saudaranya ini mungkin memang sedang sakit.

"Yah, hari ini aku seperti pelayan istana yang mengantar makanan pada seorang raja. Raja yang sakit. Nee. Cepatlah sembuh, Yang Mulia."

Soo berlalu begitu saja, meninggalkan makan siang yang begitu menggoda Yook. Melihat Changsub tak berniat memakannya, Yook dengan segenap keberaniannya mencoba bicara.

11:11Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang