육 ● Enam

256 47 17
                                    

Soo mengeluh lagi pada Changsub yang baru saja sampai di pintu rumahnya. Katanya, ia mendengar suara-suara aneh lagi dari lantai atas alias kamar Changsub. Changsub hanya bisa menghembuskan napas, antara sebal dan sabar. Memberitahu Soo tentang keberadaan Yook adalah hal mustahil, tapi pria itu terus-terusan 'menghantui' rumahnya.

Changsub naik, lalu berhenti di ambang pintu kamarnya. Ia berkacak pinggang, melihat Yook tenggelam dalam kesikan game di komputer. Kedua tangannya menari-nari di atas keyboard jauh lebih handal daripada seorang juru ketik. Wajahnya berhadapan dengan layar sangat dekat, seakan tidak boleh melewatkan satu gerakan pun. Sementara kakinya mengetuk-ngetuk lantai seirama dengan jarinya.

"Aigoo...." Changsub tak habis pikir, pria ini membuat Soo ketakutan lagi hanya karena bermain game. "Ya, Yook! Sudah kubilang jangan buat keributan, kau menakuti Soo. Lagi."

Yook menjawab tanpa mengalihkan wajahnya yang hampir menempel pada layar komputer, "Mianhaeyo, Hyung. Aku sedang berusaha menyelesaikan level magenta. Agh, ini sulit sekali."

Ah, ternyata bocah itu memang korban level terakhir game Dungeon Rider. Ia dan Changsub sama saja. Menghabiskan waktu untuk mencari cara bagaimana menuju titik FINISH di Kastil Magenta yang begitu besar dan memiliki banyak sekali ruang. Terlalu banyak tempat untuk mati dan kehilangan nyawa, sementara sangat sedikit persediaan nyawa baru agar tetap bertahan untuk tidak game over.

Changsub menghambur ke ranjang. Ia mengeluarkan beberapa baterai yang sempat ia beli kemudian mengambil jam bekernya di atas meja. Padahal belum lama ia menggantinya, namun jamnya berhenti bekerja lagi.

"AGH!"

Yook mendorong laci keyboard dengan kasar, merasa frustasi. Ia kalah lagi, untuk yang ke-dua belas kalinya hari ini. Ia menaikkan kedua kaki ke atas kursi dan memeluk lututnya, mengacak-acak rambutnya karena merasa kesal.

"Dasar bocah, begitu saja menyerah. Aku bahkan sudah memainkannya selama dua tahun...." ucap Changsub sambil menepuk-nepuk jam bekernya.

"Jinjjayo? Jadi, Hyung gagal terus selama dua tahun? Woah, itu bisa menjadi rekor gagal terhebat yang ada."

Changsub melempar bantal pisangnya ke Yook. Rekor kegagalan terhebat, katanya? Apa ada jenis rekor lain yang bisa membuat ia malu tujuh keturunan seperti itu? Konyol sekali. Namun Yook salah fokus. Ia malah mengalihkan topik pembicaraan ke bantal pisang kuning milik Changsub yang punya wajah. Sedikit lucu tapi juga menakutkan.

"Ngomong-ngomong, apa Hyung sudah bertemu dengan Yook Sungjae tadi?"

"Hm. Tapi dia masih saja tidak sopan."

"Dia bilang apa?"

"Dia mengataiku gila."

"PFFtt—"

Dug!

Changsub melempar bantal pisangnya sekali lagi dan tepat mengenai wajah tampan Yook. "Kau menertawaiku, hah? Kau sama saja dengan dia."

Yook memegangi perutnya yang kesulitan menahan tawa. Ia lalu menarik napas dan menghembuskannya untu mengontrol diri. "Geundae, tapi Hyung, itu wajar jika dia menganggapmu gila kalau kau ceritakan tentang aku padanya. Aku pun jika jadi dia, pasti akan mengatakan hal yang sama."

"Lalu bagaimana?" Changsub masih terus berkutat dengan jam bekernya yang meskipun sudah diganti baterainya tetap tidak mau menyala lagi. Ia sudah membongkar dan memasang kembali jam itu namun tak ada hasilnya.

Yook menghela napas. "Ah, ini sulit. Berlama-lama di sini juga sulit. Di sini, selain komputer dan skateboard, semuanya membosankan. Aku ingin keluar. Aku ingin kembali ke sekolah, lalu pulang dan bekerja di toko."

11:11Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang