칠 ● Tujuh

248 41 9
                                    

Yook bangkit dari posisi baringnya. Ia duduk dan menghadap ke ranjang Changsub yang tepat berada di sebelah kirinya. Dia bingung, lelaki berpipi mochi itu pulang-pulang terlihat sangat jengkel karena suatu hal yang ia tak tahu. Karena takut dimarahi, Yook hanya diam dan tak melakukan apapun selain duduk dan bersiap untuk tidur saja di atas alas tidurnya. Dia bahkan tak berani meminjam bantal pisang Changsub yang entah kenapa terlihat sangat nyaman untuk dipeluk saat tidur.

Namun setelah Yook mengucapkan selamat tidur tiga puluh menit yang lalu, pria itu tampaknya masih belum bisa tenang. Ia seperti menggumamkan sesuatu. Mengumpat, mungkin? Atau malah merapal mantra pengusir setan? Yang jelas, dia membuat Yook tidak bisa tidur.

Aish, Yook Sungjae itu.... Dia membuatku terlihat sangat bodoh. Kurang ajar.

"Aishwgwgqgwgqhwgqhw-"

"-Hyung?"

Yook akhirnya buka mulut. Ketimbang heran, dia sekarang cemas melihat Changsub bicara bahasa alien pada dirinya sendiri. Changsub lalu sadar bahwa Yook belum tidur, dan ia pun ikut duduk di atas ranjangnya.

"Hyung gwaenchanayo? Hyung tidak apa-apa?"

Changsub menghela napas. "Tadi aku bertemu dengan Yook Sungjae."

"Lagi?"

"Ya."

"Lalu?"

"Aku mencoba membawanya kesini lagi tapi gagal."

"Lagi?"

Changsub mendesah dan memutar bola matanya. Benar juga, ini bukan pertama kalinya dia gagal membawa Yook Sungjae untuk bertemu dengan Yook yang ini. Tapi kegagalan kedua ini sepertinya jauh lebih memalukan.

"Ngomong-ngomong, apa benar kau tinggal bersama nenekmu?"

Yook mengangguk. "Apa Yook Sungjae yang bilang pada Hyung?"

"Ya, begitulah."

"Dia bilang apa lagi?"

Changsub mengernyit. Jika dia bilang yang sebenarnya tentang Yook Sungjae mencuri, apakah itu tidak akan menyakiti Yook? Mungkin dia akan sedih mendengar dirinya yang itu berbuat hal buruk, karena dia sepertinya bukan orang yang seperti itu. Kalaupun ia bertanya, Yook pun pasti juga akan sama-sama tidak tahu kenapa bisa Yook Sungjae melenceng sejauh itu.

Changsub menimbang-nimbang apa yang harus ia katakan pada Yook. "Eum... dia tidak bilang banyak hal. Hanya bicara soal pekerjaannya, dan kurasa dia menyebut tentang skateboard tadi."

"Geurae," Yook menyahut. "Tentu saja. Aku sangat suka skateboard. Aku menabung untuk membeli satu atau dua."

Ternyata benar dia ingin memilikinya.

Tapi, apa itu alasan yang wajar?

"Memangnya, seberapa suka kau pada permainan itu?" tanya Changsub. Ia ingin tahu lebih dalam, apa skateboard bisa menjadi sebuah motif kejahatan model baru.

Yook merapatkan bibirnya. Keningnya berkerut sedikit. Ia juga reflek menggaruk kepala yang tidak gatal. "Daripada mengatakan aku sangat menyukainya, sepertinya aku membutuhkannya."

"Hm?-"

"-bukankah Hyung juga suka skateboard? Kau punya koleksi papan luncur, kan? Aku sudah lihat-lihat dan semuanya tampak hebat. Hyung pasti professional di bidang ini."

Changsub menarik selimutnya, lalu merebahkan punggungnya lagi ke kasur. "Dulu memang aku suka, tapi sekarang tidak lagi."

"Waeyo, kenapa?"

Sekilas, potongan-potongan memori melintas di pikiran Changsub. Selalu seperti ini setiap kali ada yang bicara tentang permainan yang memang menjadi separuh hidupnya dulu itu. Hal ini memang mengganggunya, bahkan sampai hari ini.

Roda-roda kecil yang berputar...

Poster kompetisi...

Suara panggilan...

Sepeda...

Aspal...

Seragam sekolah...

Dokter...

Hitam.

Changsub sudah lupa. Meskipun terkadang ia mengingat satu atau dua benda yang ada di sekitarnya pada hari dimana sesuatu terjadi dan membuatnya trauma, ia tidak bisa ingat secara keseluruhan. Berusaha membangkitkan memori itu hanya membuatnya merasa sakit. Bukan hanya mental, namun juga fisiknya. Jadi, ia tidak ingin lagi mengungkit tentang kenapa ia berhenti bermain skateboard.

"Bangunkan aku pagi-pagi besok," ucap Changsub tanpa menjawab pertanyaan Yook sebelumnya. Ia lalu memiringkan badannya menghadap dinding dan menutup mata. Tidur dan melupakan hal-hal yang tidak ingin ia ingat adalah tujuannya saat ini.

Yook juga tidak lagi bersikeras untuk tahu. Ia ikut merebahkan badan dan menyelimuti diri. Kini ia punya tugas untuk membangunkan Changsub, menggantikan jam bekernya yang berhenti bekerja dan terus menunjuk pukul sebelas lewat sebelas.




●○●○●○●○●




Yook membuka matanya. Cahaya pagi sudah menyusup melalui jendela kamar Changsub yang terbuka. Aroma musim semi masih kental tercium meskipun sakura sudah mulai berguguran. Ah, festival pun mungkin akan berakhir tak lama lagi. Dan entah kenapa, pagi ini Yook berfirasat bahwa keberadaanya di sini juga tak lama lagi.

Kembali ke tubuhnya dalam waktu dekat, mungkin?

Brak!

"Ya Tuhan!"

Yook kaget sejadi-jadinya saat pintu kamar dibuka setengah dibanting. Siapa lagi yang punya kekuatan sebesar itu kalau bukan Soo, gadis manis yang punya kekuatan super. Bukan hanya kekuatan untuk membanting pintu, tapi juga untuk mengomel dan bicara tanpa henti.

"Apa dia sengaja pergi pagi-pagi sekali dan menjadikan kamar berantakan sebagai hal yang wajar?"

Soo mulai berceloteh. Yook baru sadar bahwa Changsub sudah tidak ada di sana padahal ini masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Ketika mulut Soo tidak berhenti bergerak, tangannya pun mulai menyentuh segala hal. Yook dengan sigap langsung menggulingkan tubuhnya dari alas tidurnya yang dirapikan Soo. Meskipun ia bekerja dengan baik, tapi gadis ini tetap saja sangat ribut menurut Yook. Dan dia selalu punya timing yang salah. Andai saja ia datang setelah Yook bangun, ia pasti tak perlu membereskan semuanya karena Yook adalah tamu yang tahu diri meskipun datangnya tidak diundang. Yook akan membereskan sendiri perkakas tidurnya.

"...suka sekali menyusahkan orang lain. Pergi pagi buta entah kemana. Kamar berantakan seperti ada banyak orang yang tidur. Hei, untuk apa selimut dan bantal di sini? Dia kan punya ranjang, kenapa tidur di bawah? Aish, memang dia itu..."

"Aigoo, bisa tidak kerjakan saja dengan ikhlas?" Yook jengkel dibuatnya. Pagi-pagi begini seharusnya ia mendengar nyanyian burung nan indah, bukannya omelan Soo yang memenuhi kamar ini. Tapi, percuma ia bicara karena gadis itu tak dapat mendengarnya.

"...tidak makan pagi pula. Pasti nanti makan di luar. Ah, dia itu memang kerjanya main saja. Dan apa maksudnya tadi membawa papan luncur? Apa dia akan bermain skateboard lagi setelah sekian lama? Dasar aneh."

Yook yang sedang sibuk dengan rutinitasnya mencoba mengeluarkan tangan di jendela-namun masih gagal sampai hari ini-terdiam setelah mendengar kata-kata Soo. Benarkah? Changsub pergi membawa skateboard-nya?

Yook berjalan menuju lemari, dimana di sampingnya Changsub menyimpan koleksi papan luncurnya. Setelah menghitung dan melihat-lihat, semuanya masih ada di sana. Tidak ada satupun yang hilang. Lantas, jika benar Changsub pergi membawa skateboard, kenapa semuanya masih ada di sini?

Dan, untuk tujuan apa?

●○●○●○●○

11:11Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang