Alika menutup pintu kamar Aksa di belakangnya dan menuju ke arah dapur. Roy adalah orang yang pertama kali Alika lihat di dapur. Dia mendongak saat mendengar langkah kaki Alika.
"Bagaimana Aksa?" Roy bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati Alika. "Dia baik-baik saja, kan?"
Alika mengangguk. "Dia beristirahat di kamarnya. Aku kemari ingin mengambilkannya air putih. Apa Aksa memiliki asisten rumah tangga? Kamarnya berantakan sekali dan harus dibersihkan."
"Biar Bob saja yang melakukannya." Roy berjalan ke arah dekat pintu dapur. Ada sebuah interkom di sana. Dia menekan tombol di sana dan berkata, "Bob kemarilah sebentar. Aku di dapur."
Alika menuangkan air mineral dingin dari kulkas ke dalam gelas untuk Aksa. Dinginnya gelas yang menyentuh telapak tangannya membuat Alika meringis. Perihnya kembali terasa.
Roy kembali lagi duduk di kursinya dan melihat Alika yang meringis sakit berkata, "kau kenapa?"
Alika memperlihatkan kedua telapak tangannya yang berdarah terkena pecahan kaca. "Saat Aksa mendorongku tadi, telapak tanganku terkena pecahan kaca."
"Ya Tuhan!" Roy mendekati Alika dan meraih tangannya, meneliti telapak tangan gadis itu. "Ini harus diobati, Al."
Tepat di saat Roy selesai berbicara, sosok Bob memasuki dapur. Dia terdiam saat melihat Roy yang memegangi tangan Alika.
"Bob, tolong ambilkan kotak obat!" Teriak Roy tanpa menoleh ke arah Bob. "Tangan Alika harus diobati."
Bob dengan tergesa menuju ke arah lemari gantung di dapur. Dia membuka beberapa laci hingga akhirnya menemukan sebuah kotak berukuran sedang berwarna putih dan membawanya mendekati Alika.
"Biar aku saja," ucap Bob untuk pertama kalinya.
Bob menggeser tubuh Roy dan meraih tangan Alika. Roy mengalah dan berdiri di sebelah Bob, memperhatikan Bob yang mulai membersihkan telapak tangan Alika dengan alkohol. Alika menggigit bibirnya untuk mencegahnya mendesis merasakan perihnya telapak tangannya. Dengan telaten Bob mengoleskan anti septik ke telapak tangan Alika dan membalutnya dengan kain kasa. Bob melakukan hal yang sama terhadap telapak tangan Alika yang satu lagi.
"Selesai." Bob memandangi kedua telapak tangan Alika yang sudah dibalut oleh kain kasa. "Jangan terkena air beberapa hari ke depan. Lukanya tidak terlalu banyak dan dalam, jadi akan segera mengering dan sembuh."
Alika mengangguk pelan, setengah terkesima mendengar Bob yang ia tahu pelit bicara tiba-tiba bisa berbicara panjang lebar.
"Bob sangat efisien," Roy bicara di saat yang sama Bob mengembalikan lagi kotak obat tadi ke lemari gantung. "Dia memang jarang bicara, tidak seperti aku yang sangat suka berbicara apa saja, kapan saja. Tapi jangan terkecoh dengan sifat pendiamnya, dia orang yang baik."
"Aksa baik-baik saja?" Bob bertanya pada Alika saat dia sudah bediri lagi di hadapan Alika dan Roy.
"Aksa di kamarnya, istirahat," Roy yang menjawab pertanyaan tadi. "Bisa kau bersihkan juga kamarnya? Aksa membuatnya berantakan seperti biasanya."
Bob mengangguk dan tanpa bicara lagi dia menjauh meninggalkan Alika dan Roy. Alika meraih sebuah gelas dan menuangkan air mineral untuk dirinya sendiri. Ia meneguk habis air di gelasnya dan meletakkannya lagi di atas meja makan. Ia baru menyadari jika ia sangat haus dan juga lelah.
"Dia sudah tidak terkendali seperti tadi sejak pulang dari psikiater," Roy bicara lagi, membuat Alika menoleh ke arahnya yang sudah duduk lagi di kursi makan. "Berita Gladys sialan itu membuatnya terluka lagi. Ck, Aksa sangat mencintai wanita itu dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewi Cinta [Selesai]
ChickLitPunya masalah dengan pacar? Baru saja patah hati? Sedang jatuh cinta dan tidak tahu harus bagaimana? Konsultasikan saja semuanya pada DEWI CINTA Julukan Dewi Cinta sang Konsultan Cinta diberikan teman-temannya untuk Alika, karena dia selalu bisa mem...