17

2.9K 287 24
                                    

"Kau kenapa, Al?" Vio mengernyitkan dahinya menatap Alika yang masih bergelung di ranjang. "Kau sakit?"

Mengabaikan Alika yang tidak menjawab pertanyaannya, Vio berjalan menuju ke arah jendela kamar Alika dan membuka tirainya. Cahaya lembut matahari pagi mulai memasuki kamar.

"Apa kau akan seharian berada di kamar? kau tidak kerja lagi? apa kau tidak akan dipecat?"

Rentetan pertanyaan tadi masih juga tidak di jawab oleh Alika. Vio yang memandangi Alika masih dengan kening berkerut tiba-tiba menuju ranjang dan duduk di tepinya.

Dia menempelkan telapak tangannya di kening Alika dan mendesah pelan. "Aku pikir kau demam." Vio menempelkan sekali lagi telapak tangannya di dahi Alika. "Syukurlah jika bukan."

"Aku akan bangun sebentar lagi," ucap Alika pelan. Disibakkannya selimut yang menutupi tubuhnya. "Aku hanya sedikit malas hari ini."

Vio menahan tubuh Alika saat gadis itu bermaksud hendak bangun dan duduk di ranjang. "Kau yakin kau baik-baik saja, Al? sikapmu sedikit aneh sejak pulang dari Magnolia semalam. Dan kau juga belum bercerita apa-apa padaku."

"Nanti saja pulang kerja aku akan menceritakannya padamu. "Alika melepaskan tangan Vio dari tubuhnya dan duduk di ranjang. "Sekarang aku mau mandi dulu dan berangkat ke kantor."

"Benar tidak ada apa-apa?"

"Benar, Vi. Aku baik-baik saja."

Vio masih mengernyitkan dahinya, tidak yakin dengan jawaban Alika. "Kau bertemu Deni tadi malam?"

"Tidak, aku tidak bertemu Deni di sana jadi aku langsung pulang."

"Kau mau aku menelepon Deni dan menanyakan soal surat itu?"

Alika menggeleng. "Tidak perlu, Vi. Aku akan bertanya sendiri nanti."

Vio mengangguk dan setelah menatap Alika sekali lagi dia keluar dari kamar dan menutup lagi pintu kamar Alika. Alika merebahkan lagi tubuhnya di ranjang dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Kenapa? pernyataan itu ditanyakannya berulang-ulang sejak semalam. Siapa namanya sebenarnya? Rumi? Ale? Kenapa dia melakukan semua ini?

Dengan kesal Alika bangun dan turun dari ranjang. Ia menuju ke lemari pakaiannya dan menarik satu buah blus polkadot hitam dan putih serta sebuah celana panjang hitam. Alika meletakkan pakaian yang akan ia pakai ke kantor nanti di atas ranjang dan bergegas ke kamar mandi.

Hampir setengah jam kemudian Alika keluar dari kamar dan menuju ke dapur. Vio sudah menaruh cangkir kopi bekasnya di tempat pencucian piring dan sudah mendekap tas kerjanya.

"Kau tidak sarapan dulu?" tanya Vio saat dilihatnya Alika hanya meminum air putih segela.

Alika menggeleng sembari berjalan menuju ke pintu depan. Ia tidak berselera untuk makan dan untuk berbicara dengan siapapun. Jika saja kemarin ia tidak membolos pastilah hari ini ia akan menghabiskannya di rumah saja.

Alika sedang mengunci pintu rumah dan meletakkan kuncinya di dalam tas saat ia mendengar Vio berteriak, "Al, ada surat lagi untukmu."

Alika terdiam masih menghadap ke arah pintu membelakangi Vio. Jantungnya berdebar kencang. Alika memejamkan matanya dan membalikkan tubuhnya. Ia tidak seantusias biasanya saat melihat amplop berwarna pink yang diguncang-guncangkan Vio di depannya.

"Mau kau ambil atau tidak?" Vio mengernyitkan dahinya saat Alika hanya terdiam dan tidak merebut amplop itu seperti biasanya.

Alika mengangguk, mengambil amplop itu dari tangan Vio dan dengan cepat memasukkannya ke dalam tas kerjanya.

Dewi Cinta [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang