Bel pulang berbunyi dengan keras. Seisi kelas pun bersorak riang seperti saat bel istirahat berbunyi, tetapi kali ini jauh lebih terasa senang lagi, karena mereka dipulangkan dari neraka.
Sejak kejadian tadi, Vella jadi terlalu banyak bengong. Bahkan, sering kali guru-guru memarahinya karena tidak memperhatikan papan tulis ketika sedang diterangi.
"Lo kenapa, Vel? Masih mikirin kejadian tadi?" tanya Jean.
Vella hanya menjawabnya dengan anggukan.
Okta menghela napas. "Udahlah, jangan dipikirin. Kan gue udah bilang, jalanin aja dulu. Kalo bener-bener udah gak nyaman, jalan satu-satunya ya putus."
"Yaudahlah, keluar yok," ajak Jean.
"Hari ini lo jadi ikut ke rumah gue kan, Vel? Mau lanjutin nonton drama yang kemaren nih."
"Gue sih ikut." Malah Okta yang menjawab.
"Gak nanya lo tolol," cibir Jean, lalu pandangannya beralih ke arah Vella. "Vel, lo ikut kan?"
"Ikut deh," jawab Vella seraya mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. "Tapi berarti gue bilang ke Mama dulu kalo gue pergi bareng kalian."
"Oke deh."
Vella membuka aplikasi chat untuk memberitahu ibunya bahwa ia akan pergi ke rumah Jean.
Vella: Ma, hari ini Vella mau ke rumah Jean. Mama gak usah jemput ya.
Tak lama kemudian, ibunya membalas.
Mama: oke, sayang. Nanti kamu pulang sama siapa?
Vella: gampang. Nanti naik ojek online aja.
Mama: oke❤.
"Yuk, ke parkiran." Jean mengajak Vella dan Okta untuk menuju ke parkiran dan masuk ke mobilnya.
Tetapi, tiba-tiba saja Alan mendekati mereka dengan senyum lebar yang menghiasi wajah tampannya. Rambutnya tampak berantakan dan malah menambah kesan seksi dan kegantengannya bertambah berkali-kali lipat.
"Oke, Jean, kali ini gue bener-bener gak tahan. Alan hot banget, sumpah," gumam Okta seraya menyenggol-nyenggol lengan Jean yang berada di sebelahnya.
"Gue juga, anying," sahut Jean.
"Hai," sapa Alan ke Vella, masih dengan senyuman yang sama. Cowok itu menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari-jarinya sendiri.
"Hai." Vella membalas sapaan Alan dengan kikuk. Sejujurnya, Vella masih sangat tidak nyaman dengan Alan. Oh ayolah, kenal saja tidak, apalagi dekat.
"Kamu tadi mau ke mana?" tanya Alan seraya menggenggam tangan kekasihnya itu dengan erat.
Aduh, ini kenapa coba, tangan gue digenggam segala, ucap Vella dalam hati.
"Itu, Kak, kita mau pergi ke rumah Jean." Malah Okta yang menjawab.
"Gue nanya cewek gue, bukan lo." Alan berucap dengan ketus, lalu kembali menatap kekasihnya yang tingginya hanya sebatas dagunya saja. "Sayang, kok kamu diem aja? Lagi sakit, ya?"
Vella hanya menggeleng sebagai jawaban. Sungguh, kelakuan Alan membuatnya sebal. Yang benar saja, sudah tidak menerima penolakan, sekarang cowok itu bertindak seakan-akan Vella benar-benar kekasihnya. Padahal, Vella malah sangat kesal dengan Alan.
"Hih, ternyata Alan galak," bisik Okta seraya menyenggol lengan Jean.
"Ya, emang." Jean memutar bola matanya.
"Gue denger," ketus Alan lagi, membuat Jean maupun Okta terlonjak kaget.
"Yaudah yuk, guys, langsung ke parkiran," ajak Jean, mengingat jam sudah menunjukkan pukul 3 sore.
"Yuk." Saat Vella berjalan hendak mengikuti Jean dan Okta, Alan menarik tangannya sehingga langkah Vella terhenti.
"Apa, sih?" kesal Vella.
"Aku mau ngajak kamu jalan. Kamu ke rumah dia kapan-kapan aja ya."
Vella mendengus. Apa seperti ini rasanya berpacaran dengan Alan? Selalu dilarang seperti ini?
"Gak bisa, gue--"
"Ngomongnya jangan gue-elo dong, sayang. Ngomongnya harus pake aku-kamu."
Vella memutar bola matanya. "Bodo amat. Udah, gue mau pergi, jangan ngehalangin lagi."
Vella segera pergi meninggalkan Alan dan menuju parkiran. Tetapi ternyata, Alan mengikutinya dari belakang.
Vella menghentikan langkahnya, sehingga Alan ikut berhenti. Ia menoleh ke belakang, menatap Alan dengan kesal. "Ngapain ngikutin gue?"
"Kan aku pacar kamu. Emang salah kalo aku ngikutin kemanapun kamu pergi?"
Vella mengangkat satu alisnya. "Yakali. Gue ke toilet juga lo ikutin gitu?"
Alan terkekeh. "Boleh kalo kamu ijinin."
Vella berdecak sebal, lalu kembali berjalan. Pokonya, ia harus cari cara agar Alan tidak terus-terusan mengikutinya. Kalau begini terus, bisa-bisa Vella bisa stres, bahkan gila.
"Vel, jadinya lo ikut gak?" tanya Jean, memastikan bahwa sahabatnya itu ikut pergi bersamanya atau tidak.
"Kan gue udah bilang, Vella pergi sama gue." Malah Alan yang menjawab.
Jean akhirnya mengangguk. "Yaudah, gue sama Okta duluan ya." Jean dan Okta pun masuk ke mobil secara bersamaan. Tak lama, mobil itu pergi meninggalkan parkiran sekolah.
"Iihh, lo apa-apaan sih?" Tidak peduli lagi, kini Vella benar-benar kesal dengan cowok yang sekarang telah resmi menjadi kekasihnya.
Alan tertawa kecil. Melihat Vella marah-marah membuatnya gemas sendiri. Dengan gemas, Alan mencubit pelan kedua pipi kekasihnya itu.
Vella melotot. Dengan kesal ia melepaskan tangan Alan dari kedua pipinya. "Apaan sih!"
Lagi-lagi, Alan tertawa. Untuk menghemat waktu, ia cepat-cepat menarik tangan Vella dan membawanya menuju tempat dimana motornya diparkir. Vella tahu, ia menolak pun Alan tak akan mendengarkannya. Jadi, ia memilih untuk nurut saja.
Setelah memakai helmnya, Alan meraih satu helm lagi, lalu memakaikan benda itu di kepala Vella. Si pemilik kepala memandangi wajah Alan yang serius memasangkan helm itu di kepalanya.
"Udah. Ayo, naik." Alan naik duluan ke atas motor, lalu diikuti oleh Vella. Diam-diam, Vella menarik napas lagi. Alan pun tertawa mendengarnya.
Tak lama, motor Alan keluar dari parkiran sekolah. Di perjalanan, Alan sesekali melihat ke arah spion untuk memandangi wajah kekasihnya yang ia boncengi di belakang.
"Kamu kok kayaknya gak seneng aku ajak jalan?" tanya Alan.
Vella memutar bola mata. "Gimana mau seneng? Gue kan tadi mau ke--"
"Udah dibilangin, jangan ngomong pake gue-elo." Alan mengingatkan.
Vella mendengus. "Iya-iya. Jadi, aku itu gak seneng karena kamu gak bolehin aku pergi ke rumah Jean. Hih, siapa sih yang gak kesel?"
Alan tertawa renyah. "Iya sayang, aku minta maaf. Soalnya aku emang pengen ngajak kamu jalan."
"Gak bisa besok emang?"
"Aku maunya hari ini."
Sudahlah, Vella sudah nyerah. Sepertinya Alan memang tak bisa dibantah. Tetapi bagaimanapun juga, Vella harus mencari cara agar bisa lepas dari Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's MINE!! (✔)
Teen Fiction[TELAH TERBIT DALAM BENTUK EBOOK] HIGHEST RANK: - #4 IN ROMANCE (25/6/18) - #46 IN TEENFICTION (25/6/18) Alano Adiputra, cowok bandel yang suka memakai hoodie berwarna gelap yang selalu berbuat seenaknya. Mengejek guru, tak mengerjakan PR, bolos, se...
