"Makasih ya, Pak." Vella turun dari mobil sedan itu, lalu memberi supirnya beberapa lembar uang. Usai itu, Vella berjalan menuju pintu rumahnya dan membukanya dengan kunci.
Setelah kejadian tadi yang membuat Vella terkejut setengah mati, akhirnya Alvaro memesankan taksi online agar Vella dapat pulang dan tidak menunggu lebih lama lagi. Alasan Alvaro lebih memilih untuk memesankan taksi dibanding ojek adalah karena Alvaro tak ingin pacar kakaknya itu kepanasan. Jadi akhirnya Alvaro memesankan taksi online untuk Vella. Lagipula, Vella sudah memberitahu mamanya bahwa cewek itu akan pulang sendiri saja.
Vella kembali mengunci pintunya. Ia melempar tas ranselnya ke atas sofa, membuka sepatu kets hitamnya dan meletakkan di rak sepatu, kemudian duduk di atas sofa seraya menghela napasnya. Ia selalu seperti ini setiap harinya, selalu kesepian. Karena Hana bekerja di kantor dan akan pulang malam setiap harinya.
Vella menghela napas berat. Ia selalu kesepian. Apalagi Vella sama sekali tak mempunyai adik ataupun kakak. Waktu kecil, Vella sempat memohon kepada kedua orang tuanya. Namun karena ayah ataupun ibunya sibuk bekerja, mereka tak bisa memenuhi keinginan putrinya tersebut.
Jika dilihat dari luar, Vella memang terlihat selalu bahagia dan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, karena ia termasuk dalam golongan keluarga yang berada. Tetapi aslinya, Vella merasa dirinya paling menyedihkan dan selalu kesepian karena ia selalu sendiri di dalam rumah. Tak ada yang menemani. Palingan hanya ada Bi Rani yang selalu menemani hari-harinya di rumah.
Tetapi Bi Rani juga tak bisa selalu menemani Vella. Karena ia harus mengerjakan pekerjaannya; menyapu, mengepel, membersihkan dapur, memasak, dan sebagainya. Jadi Vella sama saja merasa kesepian. Dan di saat Vella merasa bosan dan tak ada kerjaan sama sekali, mulailah ia menulis dan mengembangkan hobinya itu.
Seperti sekarang ini, cerita yang ditulis Vella dibaca oleh jutaan orang. Namun belum ada penerbit yang menawarkan untuk menerbitkan cerita itu. Vella sempat kagum terhadap dirinya sendiri, karena mampu menulis cerita. Tetapi keinginannya yang belum terwujud adalah, ia ingin Hana mendukungnya agar ia selalu semangat menulis. Dan nyatanya, Hana tak pernah mengetahui bahwa putrinya pandai menulis novel.
Saat ini, Vella sudah log out dari aplikasi wattpad. Ia ingin istirahat sebentar, tak mau menulis untuk sementara waktu. Karena komentar dari pembacanya kemarin membuat mood menulisnya seketika hilang begitu saja. Apalagi tak ada seorang pun yang mendukungnya dan mengembalikan semangat menulisnya lagi.
Setetes cairan bening mulai membasahi pipi Vella. Bibir gadis itu mulai bergetar. Ia berusaha menahan tangisnya, tetapi akhirnya ia terisak. Tangannya meraih bantal hitam yang memang berada di atas sofa. Ia meremas bantal itu, berusaha menyalurkan emosinya. Beberapa waktu kemudian, tangisnya mulai mereda.
Jika disuruh pilih lebih baik kaya dan mempunyai segalanya atau miskin tapi mempunyai keluarga yang harmonis, tentu saja Vella memilih yang kedua. Ia tak membutuhkan banyak uang, tetapi ia menginginkan keluarga yang utuh dan harmonis. Itu saja.
Vella meraih sebuah bingkai foto yang terletak di atas meja pajangan. Usai mengambil benda itu, Vella kembali duduk di atas sofa. Ia mengusap foto yang baginya sangat berharga itu, lalu kembali terisak. Foto itu merupakan fotonya bersama ayah dan ibunya. Vella menginginkan keluarga kecilnya kembali lagi. Namun sepertinya waktu tak bisa diputar kembali, kan?
"Papa...," gumam Vella seraya menangis. "Papa...."
Di foto itu, Vella terlihat masih kecil, kira-kira usianya sekitar 5 tahun. Vella juga dapat melihat, dirinya tersenyum lebar di foto itu. Ayah dan ibunya juga sama-sama tersenyum.
"Papa ... Vella kangen...," gumam Vella lagi, seraya mengusap foto itu. Isakannya kembali terdengar.
Otaknya kembali mengingat kenangan beberapa tahun lalu. Di saat Vella berulang tahun yang ke enam, ayah dan ibunya memberikannya kejutan. Keduanya mencium kedua pipi Vella, lalu memeluknya dengan erat. Vella ingat, ayahnya memberinya hadiah berupa boneka panda besar, sedangkan ibunya memberinya hadiah berupa beberapa pakaian baru. Vella sangat bahagia saat itu. Dan jika waktu bisa diputar kembali, Vella ingin hari ulang tahunnya waktu itu terulang lagi.
Vella meletakkan kembali foto itu pada tempat asalnya, lalu berjalan menuju ruang makan. Tiba di depan meja makan, Vella membuka tudung saji yang menutup makanan di bawahnya. Vella tersenyum tipis ketika melihat beberapa potong ayam goreng tanpa tulang, nasi putih, sambal terasi, serta cumi asin pedas. Semuanya makanan kesukaan Vella selain makaroni keju. Vella mengambil sebuah piring putih dari rak piring serta sendok dan garpu, kemudian duduk di kursi. Vella mulai mengambil nasi dan lauk secukupnya.
🐶🐶🐶
"Widih, Bang Alan ganteng bener," ucap Alvaro ketika melihat Alan yang sedang memakai seragam basket. Peluh membanjiri wajah serta tubuhnya.
"Iyalah," sahut Alan sombong.
"Btw Bang, tadi kakak ipar udah pulang naik taksi online. Emaknya lama banget, jadi gue suruh pulang sendiri aja," kata Alvaro santai.
Mendengar pernyataan Alvaro, Alan membelalakkan matanya. "Hah?"
"Kok hah sih."
"Kalo Vella sampe kenapa-kenapa gimana?! Dengan lo nyuruh dia naik taksi, lo gak bisa ngejamin keselamatan dia!" seru Alan dengan tidak selow. Dadanya terlihat naik turun, wajahnya terlihat panik.
"Ya elah, selo nape, Bang." Alvaro menyisir rambutnya dengan jari-jari tanyannya. "Gue udah ancem supirnya, jadi dia gak bakalan berani."
Alan diam.
Beberapa detik kemudian, Alvaro menepuk dahinya. Ia teringat akan sesuatu. "Oh iya, Bang. Gue pengen ngasih tau lo sesuatu."
Alan mengernyit bingung. "Apa?"
"Tadi ada cabe kampung nyamperin gue sama Kak Vel, terus dia dengan kasarnya mencengkram lengan Kak Vel. Gue kesel kan, terus gue sirem aja pake soda. Gue pinter gak, Bang?" Setelah berucap seperti itu, Alvaro tertawa.
Alan mengernyit. "Lo nyirem anak orang pake soda?"
"Iya, Bang, gue sirem. Abisnya gue kesel sama dia, masa dia ngatain Kak Vel cabe." Alvaro mendengus.
Alan tersenyum miring, kemudian menepuk-nepuk pelan bahu Alvaro. "Kali ini lo pinter. Gue salut sama lo."
Alvaro nyengir. Kata-kata Alan tercatat di otaknya. Kalau begitu, Alvaro berjanji akan menyiram kepala orang lagi suatu saat nanti.
●●●
Sorry gak sepanjang part sebelumnya.
Wkwk Alan bego. Adeknya nyirem anak orang malah dibilang pinter😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
She's MINE!! (✔)
Ficção Adolescente[TELAH TERBIT DALAM BENTUK EBOOK] HIGHEST RANK: - #4 IN ROMANCE (25/6/18) - #46 IN TEENFICTION (25/6/18) Alano Adiputra, cowok bandel yang suka memakai hoodie berwarna gelap yang selalu berbuat seenaknya. Mengejek guru, tak mengerjakan PR, bolos, se...
