16 - Cemburu

64.3K 3.1K 29
                                    

Helaan napas keluar dari bibir mungil anak perempuan itu. Ia menopang dagu, seraya menunggu sang guru yang harusnya sudah masuk jam segini. Pak Iwan, namanya. Guru itu memang selalu ngaret saat masuk ke kelas. Alasannya selalu sama, yaitu macet. Namanya juga Jakarta, mana mungkin tidak macet, kan?

Walaupun Pak Iwan telah menjadi guru favorit SMA Cinta Bangsa karena seru dan asik serta gak baperan, tetapi Pak Iwan adalah guru yang paling jelek di mata guru-guru lainnya. Entahlah, mungkin guru-guru tersebut iri dengan Pak Iwan.

"Bosen, Vel. Gue tidur bentar, ya." Tanpa menunggu balasan dari Vella, Jean menidurkan kepalanya di atas meja. Vella mendesah pelan, ia lalu menatap ke arah tempat duduk di depannya yang kosong. Coba saja kalau Okta masuk, pasti Vella tak akan merasa bosan di saat belum ada guru seperti ini.

Tatapan Vella kembali teralih ke depan ketika ketua kelas mereka yang bernama Satria masuk ke dalam kelas dengan wajah sangarnya. Pantas saja Satria dipilih menjadi ketua kelas, ternyata wajah cowok itu sangar.

"WOY, DIEM DULU BISA GAK, SIH?!" Ia berteriak kencang dengan suara beratnya. Membuat Jean yang tadinya tertidur kini terbangun sambil terkejut.

Teriakan Satria itu sukses membuat seisi kelas terdiam tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Mereka semua menatap fokus ke arah Satria yang masih terengah-engah seperti habis lari maraton.

"Denger nih, denger." Sebelum mengatakan pengumuman itu, Satria mengatur napasnya terlebih dahulu. "Hahaha, lo semua penasaran, gak?"

"Ada apaan sih, elah." Juli mendengus seraya menatap Satria dengan sebal.

Satria tertawa. "Pak Iwan gak masuk."

Mendengar perkataan Satria, seisi kelas malah mengeluh. "Yah."

"Tapi kita free time!"

"HAH? IYA?" Akhirnya, seisi kelas berhamburan keluar dari kelas. Hingga tersisa Vella, Jean, dan Satria di dalam kelas.

"Sat, ini beneran?" Jean bertanya seraya menyipitkan matanya.

Satria menggeleng. "Gak, boongan."

"HAH? SUMPEH LO?"

Satria nyengir, membuat wajah sangarnya menjadi lebih imut. "Haha. Gak kok, beneran."

🐶🐶🐶

"Enak ya, kalo free time. Bisa keluar kelas sepuasnya," kata Vella, seraya mengemut permen susunya.

Jean mengangguk. "Emang. Tapi kalo ketauan guru-guru lain, mampuslah satu kelas."

Vella tertawa. "Gak papa, yang penting dihukumnya bareng-bareng."

Ketika sedang melangkahkan kakinya melewati kantin, tak sengaja mata Vella menangkap sosok Daniel yang sedang makan mi ayam seraya membaca novelnya. Cowok itu terlihat lebih tampan dari samping. Kaca mata minusnya tak menutupi kegantengannya, malah membuatnya terlihat lebih pintar.

Melihat Daniel, Vella jadi teringat akan ponsel barunya itu. Tanpa menunggu, ia berlari kecil menghampiri Daniel. Jean yang melihat itu mengerutkan dahinya bingung, namun ia akhirnya mengikuti Vella dari belakang.

"Daniel!"

Suara yang berasal dari bibir mungil Vella membuat Daniel tersedak mi ayam. Cowok itu meletakkan novelnya di sebelah mangkuk mi, kemudian meneguk air mineral dinginnya hingga tersisa setengah.

"Eh, Vella?"

Vella duduk di hadapan Daniel. Senyum ceria menghiasi wajah cantik gadis itu. "Makasih banget ya, hape barunya!"

She's MINE!! (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang