23 - Peluk

52.6K 2.9K 61
                                    

Dentingan sendok dan garpu menyelimuti suasana hening di ruang makan itu. Hanya ada satu orang yang sedang makan di sana. Bahkan, nasi dan lauk-pauk yang disiapkan di atas meja masih tersisa banyak.

Vella mengunyah makanannya dengan pelan. Tatapannya tidak mengarah ke makanan yang di atas piringnya, namun mengarah lurus entah ke mana. Vella bengong, pikirannya melayang ke mana-mana. Ia sedang memutar kembali memori beberapa tahun yang lalu di saat ia merayakan ulang tahun bersama ibunya.

Minggu depan di tanggal 19 September, Vella berulang tahun yang ke 15. Dan Vella tahu, pasti ia tak akan bisa merayakannya bersama ibunya. Buktinya, tahun lalu di saat Vella berulang tahun yang ke 14, ibunya belum pulang juga sampai tengah malam. Vella yang sudah menunggu lama itu akhirnya lelah juga dan memutuskan untuk tidur saja. Esok paginya, ibunya pergi bekerja lagi. Namun di meja makan terdapat sebuah kue tart cokelat, lilin yang belum dinyalakan, pisau untuk memotong kue, serta secarik surat. Vella membaca surat itu yang berisi:

Selamat ulang tahun, Vella Natasha. Semoga kamu tambah pinter, cantik, nurut sama Mama, dan berumur panjang. Maaf, kamu gak bisa ngerayain ulang tahun kamu sama Mama. Kamu ngertiin Mama ya, Nak. Mama sibuk, banyak kerjaan. Oh iya, hadiahnya udah Mama siapin di dalem lemari kamu. Semoga suka sama hadiahnya, ya.

Mama.

Vella hanya bisa tersenyum pahit mengingat hari ulang tahunnya itu. Bukan hanya tahun lalu saja, tetapi tahun-tahun sebelumnya juga begitu. Ibunya selalu berangkat pagi dan pulang tengah malam, sehingga Vella jadi jarang bertemu ibunya. Oleh karena itu Vella sangat bersyukur ketika waktu itu ibunya bisa pulang cepat dan memasak makaroni keju kesukaan Vella.

"Non, makanannya jangan dimain-mainin gitu atuh."

Suara lembut itu membuat Vella menoleh dan mendapati Bi Rani sedang menghampirinya. Vella ikut tersenyum ketika Bi Rani tersenyum padanya.

"Kerjaan Bibi udah selesai, Non. Mau Bibi temenin?" Bi Rani sudah mengerti dengan keadaan Vella yang selalu kesepian, jadi ia berinisiatif menawarkan diri untuk menemani anak majikannya itu.

Vella mengangguk. "Bibi udah makan, belum?"

Bi Rani menggeleng. "Belum, Non."

Vella tersenyum tipis, lalu menarik kursi yang ada di sebelahnya. "Kalo gitu, Bibi makan bareng Vella, ya? Vella bosen, gak ada temen."

Bibi menggeleng lagi. "Gak ah, Non, Bibi makan di dapur aja."

Vella cemberut. "Ah, jangan gitu dong, Bi. Udah, Bibi makan bareng Vella, ya?"

Bi Rani akhirnya duduk di sebelah Vella dengan canggung. Ia merasa aneh ketika duduk di kursi yang biasa ditempati oleh Hana. Bi Rani yang statusnya hanya asisten rumah tangga sangat merasa tidak enak.

"Aduh, kok rasanya aneh ya, Non?" Bi Rani menunduk.

Vella terkekeh. "Aneh kenapa sih, Bi?"

"Aneh aja, Non. Soalnya 'kan biasanya Bu Hana yang duduk di sini. Ah, saya merasa gak pantes."

Vella hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Bi Rani. Vella berinisiatif meraih sebuah piring kosong bersih, lalu menuangkan nasi dan lauk secukupnya. Kemudian Vella memberikan piring berisi makanan itu ke Bi Rani yang berada di sebelahnya. "Ayo makan, Bi."

"I-iya, Non." Bi Rani mengambil sendok dan garpu, lalu mulai memakan makanannya dalam diam.

Vella mengangat kedua sudut bibirnya ke atas, ia tersenyum. Keadaan menjadi lebih baik setelah Bi Rani duduk dan makan bersamanya. Andai saja jika Bi Rani itu Hana, maka Vella akan jauh lebih bahagia dibanding hari ini.

She's MINE!! (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang