32 - Patah

42.6K 2.1K 43
                                    

Bel istirahat berbunyi, menandakan bahwa sudah waktunya untuk istirahat. Seluruh siswa maupun siswi SMA Cinta Bangsa berhamburan keluar kelas untuk menghabiskan waktu istirahat mereka. Kebanyakan dari mereka memilih untuk mengisi perut ataupun mengobrol, namun ada juga yang diam di kelas dan membaca buku.

Murid-murid kelas X IPA 1 pun mulai berhamburan keluar kelas setelah mendapat celotehan panjang lebar dari Bu Sari, kemudian lanjut ke jam pelajaran Pak Soni. Wajar saja jika murid-murid merasa jenuh saat jam pelajaran Pak Soni. Karena nyatanya Pak Soni selalu berbicara panjang lebar dengan gaya bicaranya yang seperti transgender itu. Masih mending kalau omongannya penting dan didengerin murid, lah ini enggak.

Hanya tersisa beberapa murid di dalam kelas X IPA 1, karena sisanya sudah keluar dari kelas sejak tadi. Kebanyakan dari mereka yang masih di dalam kelas lebih memilih untuk membaca buku dibanding mengobrol. Oleh sebab itu keadaan kelas begitu terasa hening, seperti tidak ada penghuninya.

"Eh, gue mau ke kantin aja deh." Jean memulai pembicaraan.

Okta berseru, "Itut!"

"Ayo." Jean berdiri dari bangku, diikuti oleh Okta yang juga melakukan hal yang sama seperti Jean. Tetapi langkah mereka yang baru saja ingin keluar, tiba-tiba terhenti begitu saja. "Vel, ikut gak?"

Vella hanya menggeleng, lalu kembali menidurkan kepalanya di atas meja. Ia hanya diam saja sejak tadi tanpa mau mengeluarkan sepatah katapun. Bahkan saat jam pelajaran Pak Soni tadi, Vella malah tertidur. Untung saja Pak Soni tidak terlalu memperhatikan apa yang dilakukan muridnya. Entahlah, Vella merasa moodnya tidak baik sejak semalam. Mungkin karena masalah itu.

"Beneran nih, enggak mau ikut?" Okta mengulang pertanyaannya, dan lagi-lagi hanya dibalas gelengan oleh Vella. Jean bertanya, "Mau nitip sesuatu gak?"

Lagi, Vella hanya menggeleng. Membuat Okta dan Jean akhirnya pergi meninggalkan kelas dan menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka.

Tiba-tiba saja, Vella teringat akan kejadian semalam. Di saat dirinya masuk ke dalam ruangan rahasia milik Alan dan melihat isi album foto milik Alan. Di hari itu juga, Vella merasa sakit di bagian hatinya, terasa seperti ditusuk jutaan pisau. Vella pikir, isi album foto milik Alan hanyalah foto-foto Alan waktu ia masih kecil, atau bisa juga foto Alvaro. Namun yang dilihat Vella kemarin sangatlah berbeda dengan apa yang ada di pikirannya.

Vella tak menyangka dirinya akan semudah ini jatuh cinta. Apalagi jatuh cinta dengan cowok macam Alan. Bodohnya, Vella bisa-bisanya melupakan apa yang Daniel ceritakan tentang Alan, tentang masa lalu Alan.

Tunggu. Waktu itu Daniel bilang bahwa mantan pacar yang sangat berarti bagi Alan hanyalah Sonya. Lalu mengapa ada Vio? Mengapa Daniel tidak menceritakan bahwa ada cewek yang lainnya selain Sonya?

"Are you sick?"

Vella sontak mengangkat kepalanya ketika mendengar suara berat yang ada di dekatnya. Ia sangat kaget, lalu menoleh ke kiri dan ke kanan secara bergantian. Kini kelas benar-benar sepi, hanya tersisa Vella dan juga cowok yang duduk tepat di belakang Vella, Stanley.

Dengan ragu, Vella berbalik menghadap ke belakang, menghadap cowok yang bernama Stanley itu. Vella merasa sedikit terkejut ketika matanya bertemu dengan mata setajam elang milik Stanley.

"Lo ... ngomong sama gue?" tanya Vella sambil menunjuk dirinya sendiri. Vella sengaja menggunakan bahasa Indonesia, karena ia pikir pasti Stanley bisa berbahasa Indonesia jika tinggal di sini.

Stanley hanya mengangguk menjawab pertanyaan Vella. Kalau diperhatikan, Stanley memang sangat ganteng, pantas saja cewek-cewek rempong tadi meneriakinya. Alisnya tebal, matanya tajam, hidungnya mancung, bibirnya berwarna merah muda, juga rahangnya yang terlihat kokoh. Oh ya, Stanley juga lebih terlihat bule dari pada Alan yang hanya blasteran.

She's MINE!! (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang