Sally 02 : Maaf

312 41 4
                                    

Ace kembali membawa dua kotak pizza ke kelas Alice. Alice membulatkan matanya. Bagaimana ia bisa membawa pizza kedalam sekolah?

Oh ya, kepala sekolah SMA High School adalah tante dari Alice. Maka dari itu ia santai saja membawa mobil lamborgini. Sebenarnya sudah dilarang oleh tantenya, tapi dengan segala cara Alice memberi alasan karna ia tidak mau menaiki bis sekolah.

Soal Ace, Ibunya sangat dekat dengan tante Alice. Katanya, mereka saling kenal karna waktu itu Ibunya Ace menolong tante Alice yang hampir saja kena copet. Entah kenapa sejak saat itu mereka saling dekat.

"Kalian bingung kan gimana kita bisa bawa ini." David menunjukan cengiran khas diwajahnya.

"Kok, bisa?" tanya Lisa. Gary hanya tertawa kecil, ini sudah biasa terjadi di depannya, jadi ia sudah tidak kaget lagi.

"Nyogok Pak satpam sekolah," jawab Ace. Alice menepuk keningnya.

"Udah gila," ucap Lisa.

"Selamat makan!" David langsung mengambil potongan pizza. Diikuti lainnya.

Alice menatap Ace. Ia langsung berfikir, kenapa Ace selalu memiliki banyak cara yang membuatnya sedikit tertarik. Alice bukannya tidak mau dengan Ace, ia hanya sedang menunggu kabar seseorang yang berjanji untuk kembali.

Berjanji kembali tanpa kepastian sejak 3 tahun yang lalu.

*

Sally berjalan dalam diam dengan Gary. Gary memasang earphone ditelinganya. Membuat Sally jadi diam tak berkutik. Menurut Sally, jalan di samping Gary saja sudah membuatnya senang.

Sebelumnya, mereka berdua tertinggal bis yang melaju kearah rumah mereka berdua. Bahkan tanpa disangka rumah Sally dan Gary sangat dekat, hanya beda komplek.

Ini semua karna pelajaran Biologi di kelas Sally yang mengambil waktu pulang cukup lama. Dan Sally sangat tidak enak membuat Gary menunggunya. Setidaknya kalau Gary tidak menunggu Sally, Gary tidak akan ketinggalan bis.

Akhirnya mereka berdua memilih jalan kaki. Gary bilang sudah lama ia pulang tidak jalan kaki. Lagipula rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolahnya.

Gary melepas satu earphonenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gary melepas satu earphonenya. "Mau dengerin lagu?"

Sally tersentak. Sempat salah tingkah, akhirnya Sally mengangguk. Gary tersenyum kecil lalu memasang earphone yang ia lepas satu ke telinga Sally.

Sally tersenyum kecil saat Gary sedang mendengarkan lagu cover Only You dari Jungkook BTS.

"Suka KPOP?" tanya Sally.

Gary menatap Sally. "Iyah."

"Jarang loh ada fanboy." Sally sangat senang. Masalahnya Sally juga senang KPOP. Mungkin mereka jadi bisa berbagi.

"Sebenernya suka Jungkook aja sih karna suaranya," ucap Gary. Sally mengangguk mengerti.

Keduanya kembali diam. Menikmati alunan lagu dan suara Jungkook yang mengalun merdu.

"Lisa bilang, lo suka sama gue." Sally langsung terdiam hingga earphone ditelinganya lepas.

Gary menatap Sally yang terdiam. Menunggu jawaban Sally dengan tenang.

"Iyah, yang Lisa bilang itu bener." jantung Sally berdegup lebih cepat. Ia khawatir melihat respon Gary yang diam saja.

"Sorry, Sal, gue gak bisa." Sally terdiam. Ia tidak tau apa yang harus ia katakan.

"Kenapa?" Sally diam-diam memaki dirinya yang masih berani bertanya kenapa.

"Gue punya pacar." Gary menjawab dengan cepat. "Kalo lo tanya pacar gue siapa, dia gak disini."

Sally tertawa pelan. "Oh, okay. Maaf gue gak tau. Karna selama ini gak ada yang tau lo punya pacar."

"Mau gue ajak ketemu? Tiap pulang sekolah gue ketemu sama dia." Gary sedikit tersenyum, dan itu melukai hati Sally.

"Mungkin besok aja kali yah, soalnya gue ada tugas." Sally bicara dengan terbata-bata.

"Baru masuk sekolah ada tugas?" Gary melanjutkan perjalanan nya. Sally mengikuti dari belakang, tak terlalu jauh.

"Iyah. Tugas matematika tentang sel." Gary terdiam. Lalu tertawa terbahak-bahak.

"Sel? Itu kan pelajaran Biologi." Sally membulatkan matanya lalu segera menutup wajahnya. Ia malu sekali. Lalu Sally berjalan meninggalkan Gary yang tersenyum kecil melihat tingkah Sally.

*

Alice dan Lisa terdiam melihat Sally yang menangis hingga menghabiskan tiga kotak tisu. Mendengar suara Sally lewat voice note yang sedang menangis, Alice dan Lisa langsung menuju rumah Sally.

"Maaf ya, Sal. Gue kira acara balik barengnya bakal romantis." Alice merasa tak enak.

"Maaf juga udah ngasih tau perasaan lo ke Gary." Lisa ikut sedih.

"Terus besok lo ketemu sama pacarnya?" tanya Lisa. Sally menaikan kedua bahunya. Ia masih saja menangis.

"Maaf banget yah." Alice makin merasa tak enak.

"Gak apa-apa. Gue sama Gary bisa jadi temen. Gak dibalas perasaanya bukan berarti jadi musuh kan? Mau gak mau gue besok ketemu ceweknya. Gue gak mau ada salah paham." Sally mencoba menghentikan tangis nya.

Alice dan Lisa segera memeluk Sally. Menenangkan Sally. Sally memang tipe perempuan yang tidak ingin bercerita tentang masalahnya, Sally cenderung tertutup. Tapi kalau sudah urusan patah hati? Sally langsung menangis di depan sahabatnya.

"Besok, kalau ada apa-apa langsung kabarin kita ya. Kita bakal selalu ada buat lo." Alice tersenyum. Sally mengangguk.

Hari ini Sally membiarkan tangisnya terus tumpah. Tapi besok harus tidak lagi, besok Sally harus jadi wanita yang kuat. Karna itu, Ayahnya yang selalu mengajarkannya seperti itu.

Dan Sally percaya, setiap tangis yang jatuh karna patah hati, ada bahagia setelahnya.

*

13 April 2018

Beauty Popular Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang