Pagi hari di sekolah sudah terlihat sangat ramai di kelas 11 Mipa 3. Hari ini ada lelaki yang berani menyatakan perasaanya untuk Sally, tentu di depan Alice dan Lisa.
Ace dan David duduk manis di dekat kerumunan. Menonton siaran uji nyali secara gratis seraya memakan sisa popcorn yang ia beli semalam di bioskop. Katanya sayang kalau popcornnya di tinggal, kan bisa dijadikan bekal kalau dibawa pulang. Dan tentu, itu pemikiran seorang Ace.
"Sally, aku suka kamu. Aku suka kamu pas kamu nolongin aku buat ngobatin luka aku pas jatoh lomba basket," ucap Rian. Anak kelas 12 Mipa 1. Dia terkenal karna kepandaiannya.
Sally ingat waktu itu, Sally memang menolongnya. Tapi hanya sekedar menolong sebagai teman. Sally sama sekali tidak ada perasaan dengan Rian.
Waktu itu Sally juga masuk dalam anggota PMR. Maka dari itu sudah kewajiban Sally untuk menolongnya.
"Ck, gara-gara luka doang. Gua juga bisa obatin sendiri." Ace angkat bicara.
"Lu mah kan jomblo. Makanya apa-apa sendiri."David menoyor kepala Ace. Ace hanya menunjukan cengiran khasnya saja.
Gary menghampiri Ace. Ia lebih memilih menonton seraya bersandar dengan tembok. Gary melipat kedua tangannya.
"Wih, tumben. Lagi doyan gosip ya." Ace menggoda Gary. Gary hanya diam. Biasanya soal seperti ini, Gary tidak pernah tertarik.
"Gimana? Diterima?" tanya Rian. Sally menoleh ke arah Alice dan Lisa. Sally sangat takut menolak lelaki. Sally takut kalau ia akan terkena karma.
Alice dan Lisa meyakinkan Sally dalam diam. Sally menghembuskan nafas lalu kembali menatap ke arah Rian.
"Maaf, Rian. Waktu itu aku emang nolong kamu, tapi bukan berarti aku suka sama kamu. Aku gak bisa. Maaf." Sally menundukan wajahnya.
Rian menatap Sally dalam diam. Kerumunan mulai ramai akan bisik-bisik. Ada yang berseru ada yang senang karna Sally menolak Rian.
"Kenapa kamu gak mau sama aku? Aku kan pinter. Aku bahkan juara satu tiap lomba basket dan cerdas cermat. Aku selalu dapet peringkat satu." Rian menggenggam tangan Sally cukup kencang sampai Sally mengaduh kesakitan.
"Woi! Gila lo ya! Ini cewek!" Alice melepaskan tangan Rian.
"Diem lo!" Rian melayangkan tangannya ke pipi Alice.
"Alice!" Sally dan Lisa segera membantu Alice untuk bangun. Tapi tangan Sally kembali ditarik.
Ace, David dan Gary tak bisa berkutik. Masalah seperti ini sudah sering terjadi dan mereka tak berani ikut campur. Karna Alice juga yang memintanya.
"Sally, please. Aku gak bisa kalo hari ini kita gak jadian." Rian semakin menjadi-jadi.
Alice menarik tangan Rian lalu segera membanting Rian ke lantai. Kedua tangan Rian, Alice kunci kebelakang. Rian mengaduh kesakitan. Alice memang jago taekwondo.
"Minta maaf gak lo!" Alice semakin menjadi-jadi menarik tangan Rian sampai Rian mengaduh kesakitan dan tak bisa bicara.
"Alice, udah!" Sally menarik Alice. Lisa hanya diam. Ia bingung harus melakukan apa. Jika Alice sudah seperti ini, sulit baginya untuk mendekat. Jika Alice emosi, ia tak bisa di dekati siapapun. Bahkan untuk menolongpun tak bisa.
Alice tak sadarkan diri. Rian berlari menuju kelasnya. Ace bangkit dan bersiap untuk gilirannya selanjutnya.
"Bawa ke UKS." Sally dan Lisa serta anak-anak yang berkumpul di kerumunan tadi, segera menolong Alice.
*
Sally dan Lisa mengantar Alice yang sudah dibawa pulang. Ace langsung gerak cepat saat bel pulang sekolah berbunyi untuk mengantar Alice pulang.
"Duluan ya, Sal." Lisa masuk kedalam mobil. Sally mengangguk. Mobil milik Ace, David yang mengendarai. Bagus hari ini Alice membawa mobil BMW.
Sally hari ini pulang tetap bersama Gary karna janjinya. Semalaman Sally mempersiapkan diri untuk bertemu kekasih Gary.
Sally tetap pulang bersama Gary karna Sally tidak ingin ada salah paham diantara Sally dan Gary. Kalaupun Sally tau Gary memiliki kekasih, Sally tetap akan jadi teman baik Gary.
"Mukanya kusut banget," ucap Gary. Sally sedikit tersenyum.
"Yuk." Gary mengambil motor ninja miliknya. Sally naik tanpa menyentuh Gary sedikitpun. Setelah motor melaju ia lebih memilih memegang tas nya.
Sally menikmati tiap angin mengelus wajahnya. Seakan mencoba menenangkan hati Sally. Oh, Sally bahkan tidak memperhatikan bagaimana penampilannya sekarang.
Tak lamanya motor Gary berhenti. Sally melihat kearah sekitar. Sepi sekali. Tidak terlihat seorang pun yang berlalu-lalang.
"Ayo turun." Sally turun dari motor. Wajahnya nampak bingung. Gary tak mengatakan apapun. Ia hanya menggenggam tangan Sally dan segera membawanya ke suatu tempat.
"Lo gak macem-macem kan?" tanya Sally yang jadi khawatir.
"Enggak, ngapain gue macem-macem sama cewek baik kaya lo." Sally malah jadi tersipu.
Sally menggelengkan kepalanya cepat-cepat. Sally tidak boleh kembali menyulai Gary.
Tak lamanya Gary berhenti dan melepas tangan Sally.
"Sini, jangan di belakang gue." Gary menarik Sally untuk berdiri di sampingnya. Sally memejamkan matanya, tak siap melihat kekasih Gary seperti apa.
"Jadi ini dia pacar gue, namanya Tyas."
Sally membuka matanya dan tersentak.
"Dia udah meninggal dua tahun yang lalu."
*
Maaf ya semua kalo masih banyak typonya nanti di edit ulang kalo udah selesai. Gomawo
14 April 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Popular Girl
Teen FictionKalian pasti punya murid yang popular bukan di sekolah? Begitupun di SMA high school. Alice, Lisa dan Sally terkenal karna paras wajah yang cantik dan kesempurnaannya. Disini kalian akan membaca cerita yang mengisahkan tentang persahabatan, kesetiaa...