Alice 10 : Balap

124 13 3
                                    

Alice menginjak pedal gas mobilnya dengan kencang. Mobilnya melaju cepat di jalan yang kosong. Lagu Daeng dari rapper Korea terkenal yaitu J-hope, Rap Monster dan Suga melantun dengan kencang di dalam mobil.

Lisa bernyanyi dengan keras seraya badannya yang sudah tak bisa ia tahan lagi untuk diam. Lisa jago sekali dalam rap. Minggu depan sekolahnya akan membuka eskull untuk girl dan boy dancer. Dan katanya selain dance, sekolahnya juga mengizinkan muridnya mengembangkan vokalnya di sekolah.

ilpal ilsam sampal ttaeng

U wrong me right jal bwa ttaeng

hakgyojong ullyeora brr brr ttaeng

ya ibeon saengeun geulleosseo neon ttaeng

Alice hanya menggeleng pelan saat mendengar Lisa bernyanyi. Ia sudah biasa mendengar Lisa seperti ini.

Sally mengikuti mobil Alice di belakang, Ia baru saja membeli mobil BMW miliknya dengan uang hasil tabungannya sendiri.

Tak lamanya mereka sampai di sekolah. Alice dan Sally memarkir mobilnya dengan rapih. Dan seperti biasa, ketiganya menjadi pusat perhatian.

Alice berjalan lebih dulu di depan sedangkan Lisa dan Sally berjalan bersamaan di belakangnya.

Alice menghentikan langkahnya saat ada satu siswa yang berdiri di depannya.

"Minggir," ucap Alice dengan tegas.

"Aa---anu. Saya suka kamu Alice. Terima cokelat ini," ucap lelaki itu.

Alice menaikan sebelah alisnya lalu melewati lelaki itu begitu saja. Lisa dan Sally membulatkan matanya. Tidak biasanya Alice seperti itu, biasanya ia akan selalu menerima cokelat pemberian Siswa di sekolah ini.

Tapi entah kenapa Alice sejak pagi hanya diam dan cuek sekali. Bahkan dengan Lisa pun begitu.

Sally menatap name tag lelaki itu. Rahan, dari kelas XI IPS. Sally menghembuskan nafas lelah.

"Ah, maaf ya. Alice lagi mau datang bulan jadi cuek gitu deh. Sini cokelatnya nanti gue kasih Alice," ucap Lisa.

Lelaki itu mengangguk dengan wajah sedih yang dibuat-buat. Lisa yang melihatnya ingin sekali menonjok wajahnya.

Sally menunjukan cengiran khasnya saat lelaki itu menatap Sally. Lisa dan Sally pun segera masuk ke kelas menyusul Alice. Keduanya harus banyak-banyak bersabar hari ini karna sikap dingin Alice yang beraninya kembali datang.

*

Lisa berdeham saat bel istirahat berbunyi. Alice masih diam saja, dan itu sedikit membuat Sally khawatir.

"Kemarin pas kita mau pulang, Yura juga pulang sendirian. Lo gak anter dia balik lagi kerumah Ace?" tanya Lisa.

"Enggak, gue bukan supir dia," ucap Alice seraya mengunyah cemilan yang ia bawa.

"Ya masalahnya kan dia dari Korea, dia pasti gak tau jalan. Dan lo sendiri yang bilang bakal anter dia," ucap Lisa.

Sally hanya mengangguk. Takut kalau sudah berurusan dengan Alice, karna Alice sangat tegas.

Alice memutar kedua bola matanya malas. "Ya emang dia gak punya mulut buat nanya? pas ngobrol sama gue ngomongnya pake Bahasa Indonesia kok."

"Ya punya sih, tapi kan---"

"Udah deh ya, gue gak mau bahas dia sekarang. Bahkan cemilan gue yang harganya lima ribu lebih penting daripada bahas dia. Rugi."

Lisa hanya membungkam mulutnya. Kalau Alice sudah berkata seperti itu, Lisa tidak bisa bantu apa-apa lagi.

Sally menoleh kearah pintu kelas saat David dan Gary datang. Sally tersenyum manis saat Gary segera duduk di sebelahnya. Lisa pun begitu saat David duduk di sebelahnya.

Sadar masih jomblo, Alice segera berdiri.

David segera menahan. "Gua kesini bukan mau pacaran kok, mau ngasih tau soal Yura."

Alice berdecak malas. "Kenapa sih semua orang ngomongin dia? gak ada yang lebih penting ya?" Lalu Alice kembali duduk.

"Gue udah dikasih tau Gary. Katanya setelah Yura balik lagi kesini dia mau ngajak lo balap mobil," ucap Sally.

"Oh ya bagus, tikus nantangin macan. Otaknya dia itu dimana?" Alice tersenyum miring.

Gary berdeham lalu ia angkat bicara. "Ace khawatir sama lo. Yura nyeritain semuanya pas lo ninggalin dia di cafe. Dia belum bisa masuk sekolah karna demamnya makin tinggi."

"Gak usah bahas sampah yang itu juga deh. Gue males." Alice memasang earphone-nya. Tapi Lisa kembali menariknya.

"Ayolah, ini kaya bukan Alice yang kaya biasanya." Lisa menatap mata Alice. Mencari kebenaran disana.

"Apalagi sih yang harus dibahas? ini sama sekali gak ada urusannya sama gue. Dia bukan khawatir sama gue Lisa. Dia khawatir karna Yura gue tinggal di cafe," ucap Alice.

"Ada, Lice, lo cemburu kan? lo sakit kan setelah tau semuanya kalo Ace punya pacar? kita juga sama, Lice. Kita ngerasa dibohongin sahabat kita sendiri. Tapi kita bisa apa selain maafin?"

"Ayah gue meninggal, selama hidupnya dia gak pernah yang namanya nyakitin gue. Ini udah dua tahun lamanya tapi gue masih ngerasain hangatnya dia. Ace? dia siapa gue sampe buat gue semarah dan sesakit ini?!"

Lisa dan Sally saling tatap. Ini kali pertama Alice percaya dengan lelaki, dan kepercayaan itu malah jatuh ke Ace.

"Kenapa lo bisa suka sama dia? lo bukan tipe yang gampang buka hati kan?" tanya Gary.

"Karna matanya saat kasih kepercayaan dia ke gue itu mirip pas Ayah gue natap gue. Gue percaya dia tanpa mikir apapun karna gue juga gak tau kalo dia ada pacar," ucap Alice.

"Lo lagi kenapa sih, Lice?" tanya Lisa sekali lagi.

"Gue? kenapa? iya gue lagi jadi wanita terbodoh karna suka sama cowok yang ternyata dia udah ada pacar. Gue bodoh karna udah percaya sama mulut manis dia. Gue, gue emang bego."

Alice berlalu pergi. Lisa yang bangkit untuk mengejar, segera ditahan David. "Biarin dia sendiri dulu."

Lisa menghembuskan nafas lelah. "Dia lagi aneh. Gak biasanya dia kaya gini. Emang Ace ngapain dia sih? dipelet ya temen gue?!"

"Kalo ngomong sembarangan." Gary menghembuskan nafas lelah.

"Biarin aja kasih dia waktu sendirian. Si Ace juga anak orang diapain lagi." David menengahkan keadaan.

Sally hanya menatap ketiganya dengan tatapan lelah. Diam-diam ia mengirim pesan untuk Alice.

 Diam-diam ia mengirim pesan untuk Alice

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*


Saturday, 07 July 2018

Beauty Popular Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang