Sally terpaku menatap makam yang terlihat sangat rapih, bahkan bunga nya seperti baru ditabur barusan.
"Gue tiap mau sekolah dan pulang sekolah selalu kesini buat rapihin makamnya." Gary berlutut lalu mencabut rumput liar yang tumbuh di dekat makam Tyas.
Sally benar-benar terpaku. Ia melihat celana putih sekolah Gary. Gary bahkan tak peduli celananya yang akan kotor hanya karna mencabut rumput liar.
Sally menghapus air matanya yang mengalir bebas dipipinya. Ia sedikit berlutut lalu ikut membantu Gary.
"Tyas, ini temen gue namanya Sally." Sally membeku. Ia bingung harus mengatakan apa. "Ini kali pertama gue ngajak temen cewek ke makam lo ya kan?"
Sally menatap Gary dalam diam. Gary seperti mengisyaratkan Sally agar berbicara.
"Ha--halo, saya Sally." Sally menatap batu nisan Tyas.
"Sally ini pendiem orangnya. Gak kaya lo yang periang. Beda jauh tapi wajah hampir mirip," ucap Gary dengan sedikit senyumnya.
Ternyata, Gary orang yang manis. Batin Sally.
"Nanti gue bakal banyak cerita soal Sally di doa ya, atau ketemu aja di mimpi. Udah mau sore soalnya, nanti Sally kena marah," ucap Gary. Sally sedikit tersenyum.
"Yaudah, yuk pulang." Gary bangkit. Sally mengangguk. Gary sedikit mengelus batu nisan Tyas sebelum ia benar-benar pergi.
Angin menghembus membuat Sally kembali menoleh ke makam Tyas. Angin ini seolah menerima kehadiran Sally. Sally sedikit tersenyum lalu melambaikan tangan.
"Mau langsung pulang?" tanya Gary yang sudah menaiki motor.
"Kayaknya gue mau kerumah Alice deh mau jenguk dia. Katanya ada Lisa, Ace sama David disana tadi di line." Gary mengangguk lalu mereka segera melaju kerumah Alice.
*
Alice tertawa mengingat kejadian lucunya dengan Lisa. Sekarang Alice sudah sadar dan sudah merasa lebih baik dari sebelumnya.
"Syukur deh Alice udah baikan." Sally merasa tenang. Ia jadi merasa tidak enak karna masalahnya, Alice jadi jatuh sakit.
"Kok Alice bisa pingsan gitu deh? Belum makan atau gimana?" tanya David.
"Gue gak bisa terlalu emosi. Gak tau kenapa. Jadi kalo gue emosinya berlebihan gue bakal kayak cape banget terus ilang deh kesadarannya," ucap Alice.
"Gue udah berteman sama Alice dari kecil. Dia kecapean dikit aja gak bisa lanjut jalan lagi," ucap Lisa.
"Makanya, Lice. Jangan kecapean." Ace nampak khawatir. Alice sedikit tersenyum lalu mengangguk.
Suasana kembali sepi. Alice dan Lisa menatap Sally khawatir. Ingin bertanya bagaimana keadaannya setelah bertemu kekasih Gary.
"Gue sama Sally udah ketemu pacar gue." Gary tiba-tiba bicara membuat yang lain sedikit terkejut. Tidak dengan Ace dan David yang memang sudah mengetahui tentang Gary.
"Gue rasa Tyas nerima keadaan Sally," ucap Gary dengan nada yang santai.
"Lo masih bisa ngomong lo punya pacar dengan nada santai kaya gitu, sedangkan--"
Gary memotong pembicaraan Lisa. "Pacar gue udah meninggal."
Lisa dan Alice tersentak. "Sorry gue gak tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Popular Girl
Teen FictionKalian pasti punya murid yang popular bukan di sekolah? Begitupun di SMA high school. Alice, Lisa dan Sally terkenal karna paras wajah yang cantik dan kesempurnaannya. Disini kalian akan membaca cerita yang mengisahkan tentang persahabatan, kesetiaa...