delapan belas.

7.6K 1.8K 519
                                    

sudah dua jam dan hyunbin masih belum mendapat kabar dari kim. pemuda itu sebelumnya sudah memperingati ketiganya,

"kita nggak tau hoseok ini baik atau jahat. kalian tetep hati-hati, selalu kabarin gue," ujarnya.

tapi sampai sekarang, belum ada kabar sama sekali. terakhir kim mengirim pesan pada hyunbin adalah dua jam yang lalu. isinya, "diajak hoseok ke kantin gedung h."

kwon hyunbin: adekk?
kwon hyunbin: udah selesai?
kwon hyunbin: kalo udah kabarin ya
kwon hyunbin: dek?
kwon hyunbin: dek dimana?

hyunbin mendengus kesal, sedikit kalap karena kim juga tidak bisa dihubungi. handphone gadis itu mati.

inisiatif, pemuda itu beranjak lalu berjalan agak cepat menuju gedung h yang letaknya agak jauh dari posisinya sekarang.

hyunbin ini anak akutansi pajak. gedung fakultas ekonomi dan fakultas teknik letaknya agak jauhㅡdari ujung ke ujung.

lima menit, hyunbin sampai di gedung h. pemuda itu segera menghampiri kantin dan sayangnya, kantin sudah ditutup. tidak ada yang berjualan dan lampu sudah dimatikan.

"jam lima," gumam pemuda itu sambil melihat jam di pergelangan tangannya.

kantin sudah tutup sejak satu setengah jam yang lalu.



kantin gedung h, 03.27pm
kim memandang pemuda yang tiba-tiba saja muncul disamping mereka bertiga, bertanya, "ada yang manggil nama gue?"

wajah kim jadi seribu kali lebih serius, "kamu lee joheon?" tanya gadis itu.

hwang dan nancy yang awalnya memperhatikan kim jadi kembali melihat pemuda yang kim panggil senagai 'lee jooheon."

"ada apa ya?" tanya jooheon, tidak curiga sama sekali karena memang pemuda itu tidak mendengar percakapan ketiganya.

ia hanya mendengar kalau hwang, nancy dan kim menyebut namanya.

"kim! jangan," ujar hwang, begitu kim melangkah maju mau berbicara sesuatu pada jooheon.

"kim?" tanya jooheon, pemuda itu tampak berpikirㅡmeningat sesuatu, "kim? kim, kim? kamu dipanggil kim?" tanya jooheon lalu pemuda itu menepuk kedua tangannya, "ah! kim!"

kim memiringkan kepalanya, semakin bingung dengan tingkah jooheon yang makin lama makin terlihat menyeramkan.

"panti asuhan! itu elo kan?" tanya jooheon, menuding kim. gadis itu langsung membelak. "jadi elo ya yang waktu itu ada di panti asuhan? gue hampir ketauan loh," ujar jooheon.

"kenapa?" tanya hwang, ikut beranjak, "kenapa lo ngehasut chaeyeon? kenapa lo ngibulin hoseok?"

jooheon ganti menatap hwang. pemuda itu tak langsung menjawab, "padahal udah lama redam. polisi juga nggak bisa nyelesain kasusnya. kenapa kalian jadi ikut campur sih?" tanya jooheon sinis, agak membentak.

"jawab. kenapa lo ngelakuin ini semua? kurang kerjaan?" tanya kim, ikut sinis. gadis itu tidak peduli, toh orang yang sedang ia hadapi ini sesikit 'gila.'

nancy jadi menatp kim, lalu memberi pandangan, 'udah kim! entar dia murka, bisa celaka kita.'

kim jadi menutup mulut, tidak melanjutkan kalimatnya.

"gimana kalau kalian ikut gue?" tanya jooheon tiba-tiba, pemuda itu mengeluarkan pisau dari dalam tasnya, lalu menodong nancy yang tempat duduknya paling dekat dengan pemuda itu.

"nancy!" seru hwang dan kim.

kim langsung menatap jooheon tajam, "gila! mau berapa orang lagi yang lo bunuh?" tanya kim, membentak sosok dihadapannya.

jooheon memiringkan kepala, "bunuh? nope, gue nggak pernah bunuh siapa-siapa? memang gue pernah bunuh siapa? nggak ada," ujar pemuda itu santai sambil mengangkat bahu.

kim membelakan mata, mau menghampiri jooheon tapi segera dihentikan oleh hwang, "jangan," bisiknya.

"mau lo apa?" tanya hwang, kini menatap jooheon tajam.

"kalian cuma perlu ikut gue," ujar jooheon, "gampang kan? atau kalian mau temen kalian ini mati? berapa? paling lima belas tahun penjara kalau ketahuan. kalau nggak yaudah."

"k-kim," ujar nancy agak kesusahan karena pisau yang dibawa jooheon mulai mengiris permukaan kulit lehernya.

"oke-oke," ujar hwang, "kita ikut."

jooheon menarik pisaunya. pemuda itu lalu segera menarik nancy dan memaksanya jalan di depan. dari belakang, pisau yang ia bawa kembali ditodongkan pada nancy.

"sekali berontak, pisau ini bakal nancep di punggung elo," ujar jooheon, "terserah elo."

nancy diam, tidak menjawab perkataan jooheon sama sekali.

"ayo," ajak jooheon, "tunggu apa?"

hwang dan kim akhirnya mengekor dari belakang. diam-diam, kim berusaha mengambil handphone yang ada di kantongnya.

"jangan macem-macem. apalagi buat hubungin polisi."

pergerakan kim jadi terhenti di tengah jalan. gadis itu menatap hwang ngeri, "kok bisa tau?" tanya gadis itu, berbisik.

hwang mengangkat bahunya.



hari sudah mulai gelap dan jooheon masih membawa mobil entah kemana. tidak ada suara yang keluar baik dari mulut jooheon atau trio kwek-kwek.

butuh waktu 10-15 menit sampai akhirnya jooheon menghentikan mobil. menepi lalu mematikan mesin. "kita dimana?" tanya kim lagi.

hwang yang duduk disebelah gadis itu udah gatal mau menjambak rambut kim. dari tadi nyolot, hwang kalau jadi jooheon udah marah kali.

dengan cepat, pemuda itu langsung menyenggol kaki kim, matanya lalu berbicara, 'shh! udah diem!'

jooheon tak menjawab, pemuda itu mengambil tali dekat tempat duduknya. lalu mengikat lengan nancy.

"berani turun, gue beneran bunuh temen lo ini," ujar jooheon. pemuda itu lalu membuka pintunya, turun dan berganti membuka pintu disamping hwang, "kim, berani keluar, gue bakal bunuh temen lo yang satu ini," ujarnya sambil mengikat tangan hwang.

kim tak menjawab, gadis itu masih berani menatap jooheon dengan sinis. berikutnya jooheon mengikat tangan gadis itu.

"keluar!" suruhnya.



jooheon menuntun ketiganya ke sebuah bangunan tua yang tampak tak terurus. pemuda itu lalu menyuruh hwang membuka pintu.

walau tangannya diikiat, hwang masih bisa menekan gagang pintu lalu mendorongnya.

"harusnya nggak ada yang boleh tau," ujar jooheon, menatap ketiganya.

"ngga ada yang boleh tau kalau gue yang ngasih surat ke chaeyeon."

"nggak ada yang boleh tau kalau gue yang nyuruh hoseok buat ngasih surat ke yeri."

"nggak boleh ada saksi yang hidup," ujar jooheon, wajahnya semakin mengerikan. matanya menatap trio kwek-kwek tajam. bibiranya membentuk senyuman yang terlalu lebar.

"gue tanya sekali lagi," ujar kim, "kenapa?"

lagi-lagi, hwang dan nancy langsung menatap gadis kim itu. hwang menghela nafas, "mending lo jawab atau dia bakal tanya terus sambil nyolot," ujarnya.

jooheon tak mengubris hwang tapi pemuda itu tetap menjawab pertanyaan kim, "adik gue meninggal. harusnya yang bikin dia meninggal juga harus bernasib sama kan?" tanya pemuda itu, mulai mencobai ketiganya.

kim menatap jooheon dengan tatapan tidak percaya. gadis itu sudah siap nyolot tapi hwang lebih dulu buka mulut, "apa lo sadar kalau perbuatan elo itu bikin banyak nyawa ilang? bukan cuma orang-orang yang bikin adik lo meninggal." tanyanya.

jooheon yang awalnya tersenyum kini langsung merubah raut wajahnya menjadi datar. ia menatap hwang tajam, "bukan urusan gue."

[v] anthology.✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang