ㅡ 8. crying

934 166 0
                                    

"Gue suka sama lo, Mark."

Mark hanya bisa terdiam saat teman sekelasnya dan juga temannya di OSIS, Choi Arin, menyatakan perasaan padanya.

"Maaf, Rin."

Arin hanya menunduk sembari tersenyum.

"Gapapa kok, Mark. Gue ngerti."

"Maaf." Hanya itu yang bisa Mark katakan.

"Gapapa ih, Mark. gue cuma ngutarain perasaan gue aja. Semua anak OSIS juga tau kalo lo itu sukanya sama Herin." kata Arin sambil senyum.

"Perasaan, kan, engga enak kalau di pendem terus, makanya gue utarain sekarang. Jangan minta maaf ah, perasaan gue jangan dipikirin juga. Gue mau keluar dulu." lanjut Arin. Gadis itu keluar dari lapangan basket yang berada di dalam gedung sekolah.

Mark duduk lesehan di bawah.

Merasa tidak enak hati dengan Arin, si gadis imut dengan rambutnya yang panjang.

Tapi, namanya juga perasaan, tidak bisa dipaksakan.

Hati Mark masih sama.

Seo Herin.

Gadis itu yang sekarang Mark pikirkan.

Sudah lama Mark tidak pernah berkomunikasi dengan gadis yang dirinya sukai itu.

Terhitung sudah 3 hari lamanya, dan itu menyiksa.

Kalau bukan karna OSIS, pasti Mark berangkat dan pulang bersama Herin lagi.

Mark berharap, 2 hari terasa menjadi cepat. Supaya dirinya bisa bertemu kembali dengan Herin.


19:00 PM

"Makasih, pak." Mark memberikan uang bernilai 10 ribu pada gojek yang sudah mengatarnya sampai depan rumah.

Baru saja pemuda itu ingin masuk, 2 anak perempuan keluar dari rumah Herin.

"Eh, Lucy sama Ning Ning, ya?"

Lucy dan Ning Ning menoleh.

"Eh, hai, kak Mark." sapa lucy.

Mark senyum, "nemenin Herin, ya?"

Mereka berdua dia sebentar.

Beberapa detik kemudian, Ning Ning menjawab, "iya, kak. Herin-nya nangis."

Jawaban bohong Ning Ning membuat Lucy melotot dan Mark terkejut.

"Nangis kenapa?" tanya Mark, masih dengan raut wajah yang terkejut.

"Ning Ning goblok. Kapan Herin nangis?" batin lucy.

"Ng.. kakak liat aja sendiri." balas Ning Ning.

Mark yang baru saja membuka pagar rumahnya langsung menutupnya kembali dan berjalan cepat memasuki rumah Herin.

Tapi sebelum itu, ia mengucapkan terimakasih dan juga hati-hati saat pulang, pada Lucy dan juga Ning Ning.

"Lo tuh apaan sih, Ning??" Tanya Lucy clueless.

"Siapa tau itu bisa bikin kak Mark peka? Lagipula, lo gak liat tadi? Dia jalannya cepet banget. Kayanya juga naksir tuh."

Lucy hanya bisa menggelengkan kepalanya.


Saat Mark masuk, Johnny tidak ada, sepertinya masih kuliah.

Mark naik ke atas kamar Herin, membuka pintu berwarna biru langit itu dengan cepat.

Terlihat Herin yang sedang mengelap wajahnya menggunakan handuk.

Herin terkejut saat ada seseorang membuka pintunya dengan keras seperti itu.

"Kak Mark??"

11:11 ㅡmark herin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang