"Haechan berangkat eomma"
"Iya sayang, hati-hati"
Haechan dengan semangat berlari setelah selesai menghabiskan sarapannya. Pamit dulu sama ibunya yang berada di dapur dengan cara berteriak dan pamit dengan ayahnya yang berada di ruang tengah sibuk membaca koran. Melihat ayahnya yang lagi santai itu berarti ayahnya kerja agak siangan.
"Mau appa tambahin uang sakunya"
Ini nih yang Haechan suka kalau ayahnya belum berangkat kerja. Haechan akan dapat uang saku tambahan dari ayahnya dan ibunya tidak boleh tau tentang itu.
"Terima kasih appa"
Haechan mencium pipi kiri dan kanan sang ayah sebagai rasa terima kasih. Kaki-kaki mungilnya melangkah dengan riang keluar dari kediamannya. Saat sudah berada di depan pagar Haechan melihat Mark bersama sepedanya sedang menunggu.
"Coba lihat Mark, Haechan diberi uang saku tambahan sama appa" pamer Haechan dengan mengibas-ngibaskan uangnya ke depan wajah Mark.
"Kalau begitu aku akan dapat bayaran setelah memberimu tumpangan"
"Tidak mau. Haechan akan bilang sama mommy kalau Mark minta bayaran sama Haechan"
Mark mendengus kesal mendengar ibunya disebut-sebut. Selalu saja ibunya yang jadi bahan ancaman Haechan.
"Ya sudah cepat naik atau mau aku sendiri yang naik sepeda"
Mark sudah mau menginjak pedal sepedanya, tapi sebelum Mark mengayuh sepedanya Haechan sudah menahan lelaki itu. Haechan duduk di belakang dengan tangan yang melingkar di perut Mark layaknya sedang dibonceng dengan sepeda motor.
"Jangan peluk-peluk. Aku geli tau"
Mark ingin melepaskan pelukan Haechan. Haechan itu gak cuma meluk saja jika kalian mau tau. Tangannya itu dengan nakal bergerak-gerak di daerah pinggang Mark yang tentu saja membuat geli lelaki yang sedang konsentrasi mengayuh sepedanya itu.
"Haechan gak mau lepas. Nanti Haechan jatuh lagi. Mark pernah menjatuhkan Haechan dari sepeda"
Haechan masih sangat ingat seminggu yang lalu Mark dengan sengaja menjatuhkannya dari sepeda. Haechan waktu itu gak berpegangan apapun dan Mark dengan bodohnya sengaja melewati polisi tidur yang membuat Haechan jatuh.
"Aku pusing mendengarmu yang terus saja bicara tanpa berhenti. Jadi lebih baik kunci mulutmu sampai ke sekolah"
Haechan mengerucutkan bibirnya tidak suka. Mark begitu jahat padanya sekarang. Padahalkan dulu anak itu sangat baik padanya. Waktu pertama kali kenal, Mark malah terlihat malu-malu dengan Haechan.
"Mark sekarang jahat. Haechan gak suka sama Mark"
Haechan memukul-mukul punggung Mark dengan tangannya. Pukulannya memang tidak terlalu keras tapi tetap membuat Mark hilang konsentrasi. Bisa saja nanti mereka berdua malah jatuh ke tong sampah yang ada di depan sana.
"Astaga Haechan berhenti. Nanti kita malah jatuh ke tong sampah"
Haechan berhenti memukuli punggung Mark dan kepalanya mengintip ke depan untuk melihat tong sampah yang Mark katakan. Tong sampahnya besar dan tentu saja tubuh anak kecil berumur 10 tahun seperti Haechan bisa masuk ke tong sampah tersebut.
Setelahnya tidak ada lagi Haechan yang cerewet. Anak itu duduk dengan dengan tenang. Mark sampai mengernyit heran karena perubahan Haechan yang tiba-tiba. Biasanya Haechan itu susah buat diam meski sudah dibilangin berapa kali.