6

14 1 0
                                    

"Gimana ya???"

"Ya udah nanya-nanya dulu ah" gerutu Tanisha dalam hati

Tanisha tiba-tiba berbicara dibelakang Refat

"Kenapa cewek itu harus berhijab?" Tanya Tanisha pada seorang pemuda yang duduk di bangku di depannya.

Cowok itu tidak menoleh, hanya cukup mendengar. Sepasang kedua matanya yang teduh menerawang ke depan. Seulas senyum indah terukir di bibirnya.

"Yeee dijawab malah senyum. Lo? Gue nanya nih."

Cowok yang dipanggil Refat itu lantas merogoh saku celananya dan mengeluarkan dua bungkus permen. Lalu menyodorkannya ke Syifa.

"Buat gue ya?" Tanya cewek itu dengan binar-binar di matanya.

Refat mengangguk. Namun belum sempat Tanisha mengambil permen itu, Refat terlebih dulu membuka salah satu bungkus permen dan menjatuhkan kedua permen itu di lantai.

Tanisha merengut, "niat ngasih nggak sih? Berasa sengaja tadi."

Lagi-lagi Refat hanya memberikan senyuman.

Tanisha memungut salah satu permen itu seraya menggerutu, "nggak apa-apalah, yang satunya belum kebuka juga."

"Kok nggak ambil permen yang itu juga." Tunjuk Refat pada permen yang telah terbuka bungkusnya.

"Gue masih waras Refat . Nggak gila. Itu permen sudah kotor, tuh nggak lihat belum berapa menit sudah ada semut di sana. Gue manusia, pengen makan yang enak dan pasti yang bersih tambahin higienis."

"Nah, itulah jawabannya." ucap Refat
Tanisha cengo, ia hampir keselek permen yang baru masuk di mulutnya.

"Permen itu mengibaratkan wanita yang berhijab dan tidak. Kita umpamakan permen yang terbuka itu adalah wanita yang tidak berhijab. Permen itu manis bukan? Dan pasti banyak yang suka. Sehingga ketika ia terbuka, akan banyak mendekati. Tentunya dengan macam-macam cara dan tujuan. Coba lihat permen itu ketika telah terbuka. Apakah masih ada yang mau memakannya? Tidak kan. Apakah masih berharga, jika sudah tergeletak di lantai lalu ditutupi oleh debu-debu yang menempel di tubuhnya. Coba lihat permen yang kau pegang. Kau mengambilnya karena masih bersih dan bisa dimakan. Karena masih ada pembungkus yang melindunginya, begitulah perumpamaan cewek yang berhijab. Pembungkus itu berfungsi untuk melindungi permen tadi baik dari debu, kotoran, maupun yang lainnya. Fungsinya sama seperti hijab. Paham?" ujar Refat

Tanisha mengedip lucu, "paham ustadz."

Sementara Refat tertawa kecil mendengar guyonan dari Tanisha.

"Ya udah aku pergi dulu ya" ujar Tanisha

Tanisha yang daritadi senyum-senyum sendiri sampai tak sadar kalo didepan ada sebuah batu. Dia pun menabrak batu besar itu dan sambil berteriak kesakitan

"Masyaaallah....sampai gak sadar gini ckckckck" ucap Tanisha

Tanisha masih terbayang, kali ini dia bisa berbicara walau jantungnya sudah tidak sanggup lagi berdetak. Mata yang membuat Tanisha menatap semua sisi pada dunia ini menjadi semakin dalam :)

Tetapi,
Satu sisi dia bingung akan perasaannya ini. Mengapa aku merasa rasa ini mulai pudar? Apa yang akan terjadi?


To be continued 🔜

Aloha 🙋 lama gak update nih!
Jangan lupa buat vote + komen dan jika kalian punya saran buat cerita aku, bisa tulis di kolom komentar

Aku perlu dukungan kalian semua :)

See you 🌠

Remembering His NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang