Dalam diam rasa ini sangat menggebu-gebu, diam ini sangat membunuhku. Aku tersiksa. Ingin rasanya aku berteriak di sebuah gunung yang sangat jauh dari penduduk. Ingin melampiaskan kekesalan aku. Aku yang jahat, aku kejam, aku mungkin munafik, aku salah, aku tidak tau untuk bagaimana menghadapi dua orang itu. Rasa yang perlahan merasuki seluruh tubuhku saat dia mengucapkan
"aku takut jatuh hati"
Hal yang selama ini ku takutkan, ternyata terjadi. Singkatnya, aku telah lemah dengan perasaan nyaman ini. Mengapa aku melakukan kesalahan ini?
Sulit untuk percaya dengan kata "nyaman" aku pun tidak mempercayai nya. Rasa itu tumbuh dengan perkembangan yang laju. Rasa sesak ini, rasanya semakin bertambah. Aku sakit tapi bahagia. Dia yang suka diam terhadap ku, berbanding terbalik dengan dia yang membuatku nyaman. Aku sayang tapi entah kenapa rasa sayang itu seperti mulai memudar akibat rasa nyaman ini.
Kembali dengan masa lalu, sungguh ini sakit. Kenapa aku merasa sayang ini begitu kuat. Tapi rasa nyaman ini pun tak kalah kuat. Aku tidak mengetahui apa perbedaan rasa ini. Bagi orang rasa ini sama saja. Tapi bagiku ini adalah dua hal yang berbeda. Aku pernah merasakan jatuh cinta dengan rasa nyaman namun akhirnya rasa itu hilang jika kita sudah keluar dari zona itu. Mungkin rasa ini membosankan jika terus dipaksakan. Apakah cinta memang segampang itu dilakukan. Aku trauma dengan namanya cinta, tapi aku juga manusia. Rasa itu bisa tumbuh jika menemukan seseorang yang pas.
"Tanisha!!! Kamu pilih Refat atau dia?" ujar Risha
"Aku gak tau, Rish..." sahut Tanisha yang daritadi menundukkan kepalanya
"Kamu harus pilih" tegas Risha
"Aku gak tau, tapi aku merasa rasa nyaman ini merubah segalanya. Sulit dipercaya namun ini nyata. Sudahlah, biarkan waktu yang menjawab dan biarkan aku memilihnya" balas Tanisha
Tanisha hanya merenungkan tentang perasaannya itu. Dan Tanisha terus dihantui oleh masalahnya itu. Ya! Masalah Tanisha dengan keluarga Refat yang kurang setuju. Tanisha pun bingung kenapa dua bulan belakangan ini Refat selalu menjauh darinya
"Aku juga bingung, kenapa Refat selalu menjauhiku. Aku tidak bisa memikirkan ini. Aku sudah lelah menghadapi sikapnya kepadaku. Yang semudah itu membuat aku layaknya wanita yang sangat rendah" adu Tanisha dengan bonekanya di kamarnya.
"Mas, aku kudu ottoke nih. Pilih siapa mas, Refat atau dia? Aduhhhh aku bingung sekali. Jujur saja aku nyaman dengan dia, aku merasa bahagia saat bersama dia" aduan Tanisha dengan husbonya di ponsel
00:00 A.M.
Mengapa aku semakin tegas untuk lebih baik memilih dia?
Malam ini aku telah yakin atas keputusanku, aku akan memilih dia. Entahlah kata ini baru saja terlontar dengan sangat pede, bagiku dia adalah orang yang bisa meredam segala emosikuSungguh emosi yang biasanya selalu ku keluarkan tanpa filter
Kini terasa sangat tabu, untukku lakukan
Hal yang biasa ku anggap lumrah kini bisa berubah menjadi hal yang tabu?
Mungkinkah???Lampu yang gelap itu berubah menjadi terang saat Tanisha menyalakan lampu belajarnya, Tanisha mengambil buku diarynya yang berwarna coklat itu. Kini dengan lampu yang remang, mata yang sudah sangat ngantuk serta otak, batin, dan raga yang ingin istirahat ini pun terpaksa ikut merasakannya. Tanisha mulai menuliskan sebuah puisi yang mewakili perasaannya saat ini
To be continued 🔜Jangan lupa vote+komen yaaaa teman-teman 😉
See you 🌠
KAMU SEDANG MEMBACA
Remembering His Name
Teen Fiction"jika kau anggap bahwa pertemuan adalah awal dari perpisahan. Yakini jugalah bahwa sebenarnya perpisahan adalah awal dari keindahan dalam pertemuan yang selanjutnya. Jika nyatanya dia memang bukan jodohmu? Tentu akan ada takdir yang menuntutmu hidup...