Pagi yang redup, tak cerah secerah hari kemarin. Dingin menusuk tulak seakan mampu menghancurkan rasa dalam masih bersifat klandestin
Riuh dan berisik seakan terdengar di seluruh alam semesta
"Ini sebuah perihal apa (?) Bahkan jika aku bertanya kepada awan yang menghitam, mungkin seperti menghujam terhadap jantung ini"
Pagi ini Tanisha pergi ke kampus nya, untuk menyusun tugas akhirnya dengan anggota 'kesyilauan' sempat terdiam di depan kelas, karena ragu dengan rasa ini
Kini semakin hari rasa ini terlalu menghukum nya, membuat nya kehilangan rasa
"Ruang yang kau sebut ini hampa-!"
Dengan acak rasa itu hadir, Tanisha masuk ke dalam kelas dan seluruh anggota 'kesyilauan' menyapa hangat
"Tan, jadi yaa gua malam tadi chat sama fahry" adu Risha
"Udah laaa baru aja dia dateng, langsung di gas aja" sahut Syifa
"Heheeh, ada apaan ni" ucap Tanisha sambil duduk di kursi dekat mereka
"Udahhh laaa lo udahan aja sama Refat, gada guna juga lu ngelanjutin. Orang tua dia ga setuju juga dan parah nya ya Fahry itu sekongkol" adu Risha dengan semangat
"Oh ya? Terus terus" sahut Tanisha yang mencoba tenang
"Hmmm gua ga nyangka deh, no comment" gerus Syifa lagi
"Lucu ya" sahut Tanisha dengan senyum nya
"Tan lo gkpp kan" lanjut Risha sambil menepuk belakang Tanisha
︿﹀
Sepertinya memang semesta tidak mengizinkan Tanisha untuk bersama, kadang hal yang dianggap special malah dia sendiri yang menumbuhkan luka
Jujur ini tidak berlangsung lama, layaknya seorang gadis yang tidak ingin bersembunyi lagi di tempat persembunyian itu tetapi mungkin saja gadis itu bernasib malang dan terkurung di dalam tempat itu selamanya
Tanisha menggulirkan air mata nya lagi, mencari keadilan namun jalan satu satu nya hanya ditangan Tanisha yang 'harus memilih jalan nya'
Tanisha tersenyum menatap Risha dan Syifa "makasih ya, akhirnya aku tau akhir dari ini semua"
I think this is the end.
-TanSee yaaaa 😭☘️
Vote terus dan saran nya biar author bisa update terus kekekeke (walau sibuk maybe :v)
Thank for someone who always support me ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Remembering His Name
Teen Fiction"jika kau anggap bahwa pertemuan adalah awal dari perpisahan. Yakini jugalah bahwa sebenarnya perpisahan adalah awal dari keindahan dalam pertemuan yang selanjutnya. Jika nyatanya dia memang bukan jodohmu? Tentu akan ada takdir yang menuntutmu hidup...