Love and Hurt (1/1)

1.7K 115 8
                                    

"Hanbin"

"Hanbinn"

Suara teriakan panik di iringi derap langkah yang terdengar gusar memenuhi sudut sudut ruangan berbeda ukuran yang hampir semua daun pintunya di dorong dengan brutal. Dia bahkan tak peduli jika pintu mahal berbahan kayu cendana itu rusak, sebenarnya tidak hanya pintu, hampir semua barang di rumah--, tidak, puri di tepi hutan pinus ini memiliki harga dan nilai seni yang sangat tinggi.

Puri yang memiliki dinding batu pualam berwarna kelabu ini terlihat sangat kokoh berdiri dengan pongahnya. Walaupun terletak sangat jauh dari keramain dan gemerlapnya cahaya dan kesibukan manusia, tetapi tidak mengurangi kesan megah yang terlihat. Belum lagi pagar hidup yang tumbuh merapat di selingi semak berduri semakin menambah kesan sombong pada bangunan abu abu di dalamnya.

Pria tampan berkulit pucat dan berbibir merah kontras dengan warna kulitnya adalah pemilik puri di tepi hutan ini. Suara teriakan dan derap langkah yang tadi terdengar adalah milik pria ini, Kim Jiwon. Dia adalah seorang vampir, lebih tepatnya adalah pemimpin bangsa vampir.

" Haaahh, ternyata kau di sini. Kenapa keluar dari ruanganmu Bin? "

Makhluk yang telah membuat sang pemimpin hampir merobohkan semua pintu tadi berbalik dan memberikan senyuman yang selalu berhasil meredakan emosi dan sifat kasar Jiwon. Hanya melihatnya tersenyum, Kim Jiwon bahkan rela jika harus menukar dengan tidak melihat matahari terbit di esok hari. Sungguh, di depan Kim Hanbin seluruh sifat kasar dan kejam Jiwon meluruh hilang tak bersisa.

" Maaf, aku hanya bosan. Jadi aku duduk di sini. "

" Tak apa, aku hanya menghawatirkanmu."

" Tidak marah? "

" Apa aku pernah bisa marah kepadamu? "

Hanbin hanya menggeleng, karena seingatnya Jiwon memang tidak pernah marah kepadanya.

" Kemari. Duduklah denganku. Kau pasti lelah setelah mengurus kekacauan di luar sana."

Jiwon mendudukan diri di samping Hanbin dan menariknya bersandar kepadanya. Aroma khas yang sangat di sukai Jiwon menguar dari tubuh Hanbin membuat Jiwon berusaha menekan hasratnya, tapi sepertinya dia gagal. Karena sekarang dia telah mengendus rakus perpotongan leher sang pria manis, dengan tangannya yang juga aktif mebuka tiga kancing piyama yang di gunakan Hanbin dan menurunkannya hingga bahu lembut itu terskspos sempurna.

" Bin, aku ingin. Bolehkah?"

" Mengapa bertanya. Lakukanlah, aku milikmu. Aku tau kau telah menahannya seminggu ini "

Hanbin mengusap lembut helaian kelabu sang pria. Sebelah tangannya juga mengusap punggungnya, menenangkan. Karena Hanbin bisa merasakan geraman tertahan dan sapuan lembut di sekitar kulit lehernya sebelum Jiwon mendorongnya terbaring di bawah kuasanya.

Jiwon menolehkan wajahnya kepada Hanbin dan menatapnya meminta persetujuan. Hanbin yang paham arti tatapan itu hanya mengangguk dan menarik kembali, mendekatkan wajah sang pemimpin ke lehernya. Hingga di rasanya sensasi menyengat antara panas terbakar dan juga nyeri menyerang kulit lehernya saat Jiwon menancapkan taringnya di sana. Dia sedang makan. Dan Hanbin adalah makanan kesukaannya.

Hanbin tau Jiwon lapar karena menahan diri tidak makan saat mengurus kekacauan di antara kaumnya selama hampir seminggu. Karena sejak Hanbin hadir di sisinya, Kim Jiwon telah bersumpah tidak akan makan dari apa atau siapapun kecuali darah Kim Hanbin, vampir setengah manusia yang temukannya tergeletak lemah di luar pagar purinya, dua puluh tahun yang lalu.

Flashback

Kabut hitam tebal melingkupi suasana senja beranjak malam ini. Rintik hujan, awan mendung di sertai sambaran petir juga terdengar. Membuat siapapun enggan untuk beranjak, apalagi ke luar dari rumah. Tapi tidak dengan pemuda yang berjalan terseok dengan pakaian sedikit tercabik dan bernoda darah di beberapa titik.

JiHaWonBin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang