Caca paling benci dengan hari rabu dan sabtu, bukan karena dirinya harus pulang lebih sore karena ada mata kuliah tambahan atau praktikum. Namun semuanya karena Jeffrey - kekasihnya - yang harus latihan basket di hari-hari itu.
Jeffrey sebenarnya sudah melarang Caca untuk menunggunya latihan, karena latihan basket ini akan memakan banyak waktu, bisa-bisa jam setengah tujuh malam latihan ini baru akan selesai. Ini kemauan Caca sendiri untuk menunggu Jeffrey latihan.
Caca duduk di kursi menonton sambil memperhatikan Jeffrey di tengah lapangan. Uh, kenapa saat berkeringat begitu ketampanan seorang Jeffrey bisa meningkat sebanyak seribu persen sih?
"Jeff, masukkin ke ring buru!" teriak Tendra tak sabaran. Jeffrey hanya mengangguk, kemudian mendribble bola basketnya dan hup! Bolanya masuk dengan sempurna ke dalam ring!
"Hor-" Caca baru akan berteriak, namun suara teriakkan di sebelahnya malah lebih keras.
"KAK JEFF!! KEREN BANGET HUWAAAA!!!"
"YA ALLAH KAK!! GAK KUAT AKUUU!!"
"CALON IMAM KU!!"
Mata Caca langsung membesar mendengar teriakkan terakhir dari seorang gadis yang juga ikut menonton jalannya latihan sore itu. Caca langsung menoleh dengan cepat, kemudian berdiri.
"Calon imam siapa maksud lu?!" tanya Caca tak suka.
Si gadis tadi memejamkan matanya rapat. Bahaya kalau Caca marah begini, kenapa dia tak sadar kalau ada Caca sih tadi??
"Maaf Kak, maksudnya calon imamnya Kakak kok," jawab si gadis dengan takut-takut.
"Mulut lu di jaga tuh!! Dia pacar gue ya, jaga mata lu dari pacar gue!! Mau jadi pelakor, hah?!" tanya Caca lagi.
Tendra yang sedang di pinggir lapangan untuk mengambil minum mendengar keributan itu, kemudian ia sedikit mendongak dan melihat Caca yang sedang marah-marah. Tendra menggeleng pelan, kemudian berlari lagi ke tengah lapangan.
"Jeff! Pacar lu ngamuk lagi tuh!" teriak Tendra.
Jeffrey yang sedang asyik mendribble bola kemudian berhenti karena teriakkan Tendra barusan. Jeffrey mengedarkan pandangannya dan mendapati Caca yang sekarang menunjuk-nunjuk gadis yang tertunduk itu.
"Aduhh Caaaa," keluh Jeffrey. Kemudian lelaki berpostur tinggi itu berlari dengan cepat menuju bangku penonton. Harus cepat di pisahkan nih, kalau tidak bisa-bisa malah terjadi masalah. Jeffrey tak mau kalau Caca dan gadis itu harus jambak-jambakkan di lapangan. Parah.
"Ca! Caca!" panggil Jeffrey dengan cukup keras. Namun yang di panggil tak menoleh dan masih marah-marah, padahal gadis yang di marahi oleh Caca sudah diam seribu bahasa.
"Caca!" Jeffrey menarik bahu Caca secara paksa dan membuat gadis cantik itu berbalik dan menghadap padanya.
"Kenapa lagi?" tanya Jeffrey pelan. Caca masih dengan wajah marahnya hanya menghembuskan napasnya kasar.
"Kenapa?" tanya Jeffrey lagi dengan lembut, bahkan ia memegang kedua bahu Caca.
"Ya itu! Adek tingkat gak tau diri! Masa dia teriak kalau kamu calon imam dia sih? Padahal jelas-jelas ada aku disini, berani-beraninya bilang kayak gitu!" jawab Caca marah.
"Maaf Kak, aku tadi kelepasan dan aku juga gak liat kalau ada Kak Caca disini. Maaf Kak," kata gadis itu penuh dengan penyesalan dan juga ketakutan.
Jeffrey tersenyum kemudian mengangguk, memaklumi semuanya, ya soalnya Jeffrey sadar diri kalau dirinya ini tampan sih, jadi ya... kalau para kaum hawa itu berteriak sejenis tadi, Jeffrey sudah tak heran.
Caca yang mendengar jawaban dari Adik tingkatnya kembali membalikkan tubuhnya dan menatap Adik tingkat itu. "Oh! Jadi maksud lu kalau gue gak ada disini lu boleh gitu teriak kayak tadi?! Pikir dong! Dia itu udah punya pacar! Gak seharusnya lu suka sama orang yang udah punya pacar! Lu gak ngehargain gue sebagai pacarnya?!"
"Caca, stop ya. Ayo kita pulang aja ya?" ajak Jeffrey lembut.
"Ck, kamu kok diem aja sih? Kamu harusnya tegas dong sama penggemar kamu yang suka teriak-teriak di luar batas kayak tadi!" amuk Caca lagi, bahkan gadis itu sempat memukul lengan Jeffrey karena saking kesalnya.
"Yaudahlah, aku pulang sendiri aja! Gak usah di anterin! Aku marah sama kamu!" Caca mendorong dada Jeffrey dengan cukup kuat, kemudian gadis itu berjalan dengan cepat menuju pintu keluar.
Jeffrey menghela napas panjang sambil mengelap kasar wajahnya, lalu laki-laki itu berlari keluar gedung untuk mengejar Caca yang mungkin sekarang sudah agak jauh.
"Caca! Tunggu sebentar!" teriak Jeffrey saat melihat Caca, namun bukannya berhenti Caca malah berlari. Jeffrey menepuk keningnya, kemudian kembali berlari.
"Ca! Caca! Ya ampun Ca berhenti dulu!" Jeffrey menarik lengan Caca dan membuat Caca berhenti berjalan.
"Oke, aku salah. Nanti aku bilang ke Kak Johnny buat ngelarang penggemar-penggemar itu buat dateng ke lapangan basket kalau kita lagi latihan. Gimana?" saran Jeffrey sambil sedikit menunduk - untuk menatap wajah Caca.
"Terus? Maksud kamu aku di larang juga? Gitu?" tanya Caca dengan seidkit mendongak. Iya, Jeffrey tinggi sekali sampai Caca kadang harus mendongak untuk menatap Jeffrey.
"Engga, khusus buat pacar-pacar tim basket mereka boleh dateng. Oke? Ya? Jangan marah ya?" rayu Jeffrey tersenyum dengan manis.
Caca terdiam cukup lama smbil memandang wajah Jeffrey, dan akhirnya gadis itu mengangguk juga. Ah, Jeffrey jadi lega rasanya.
"Yaudah, ayok balik ke lapangan indoor sebentar. Aku mau ambil barang-barang aku, habis itu kita pulang ya." Jeffrey kemudian menggandeng tangan Caca untuk kembali masuk ke dalam.
Ya tapi gini, kadang Jeffrey harus pulang latihan duluan karena Caca ngambek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Girlfriend | Jaehyun✔
Fiksi Penggemar[Jaehyun x Chaeyeon FanFiction] Caca yang cemburuan membuat Jeffrey harus ekstra sabar menghadapi dan meredam segala amarah Caca. Namun, apakah Jeffrey akan tetap sabar dengan sifat possesive Caca?