Hanya alasan sederhana jika aku tidak membalas.
Yaitu, aku belum menerima♡♡♡
"Lo menghindar, kenapa?"
Aku menaikkan mata mencari matanya, mencari jawaban dari raut frustasi itu. Menghindar, apakah itu pertanyaan yang benar? Mungkin saja iya, tetapi memang dari awal aku sudah menghindarinya.
Aku mendesah lelah, "B aja." Seperti biasa, aku akan menjawabnya dengan singkat.
Aku mendengar suara dengusan, aku tetap memfokuskan pandangan pada untaian kata dalam lembaran cerita roman.
"Lo marah sama gue?"
Tepatnya kecewa.
Hanya sebatas dalam hati, tidak berminat menjawab ataupun menoleh. Aku hanya diam, agar dia mengerti bahwa aku terganggu.
Aku mendengus keras serta berdecak sebal ketika tangan jahilnya menutup novelku. "Lo mau apa sih?" Kataku dengan suara ketus begitu ikhlas.
"Gue mau lo!"
Aku membeku mendengar jawaban spontannya. Terdengar ambigu dan menyeramkan. Aku menatapnya seolah Affan itu Alien.
"Jawab kenapa lo menghindar!" Tegasnya lagi. Aku bernafas lega, dia menyambung ucapannya.
"Gue kan udah bilang, B aja."
"Oke B aja, ketika lo ngacang gue waktu gue ngomong, nggak bales sapaan gue dan bla bla bla." Aku melihat raut putus asa dari matanya. Kenapa harus seheboh itu? Apakah menurutnya ini adalah penghinaan atau pelecehan karena ini kali pertama dia tidak di gubris cewek?
Aku tidak mau tahu."Dari awal gue udah kayak gitu sama lo kalau lo lupa." Aku mendesis, terganggu karena acara membacaku di perpustakaan dirusak olehnya.
Untung aku memilih tempat paling belakang, di sebelah tumpukan buku yang belum disusun di rak tepat di meja yang ditutupi oleh sekat dinding dan rak buku tinggi. Sepi, karena pembaca lebih memilih membaca di meja yang sudah disediakan.
"Lo marah karena gue ancam waktu itu." Itu pernyataan. Aku menghela nafas. Memilih diam dan melihat ke sekitar dan berdiri, mengalihkan pandangan pada jajaran buku-buku akutansi dan perbankan.
"Gue anggap iya. Kenapa marah?" Nada suara dalam kalimat terakhir nya membuatku muak, tahu kalau dia bermaksud menggoda.
Aku mengucek mata dan menutup mulut saat menguap. Setia mengacuhkannya, adalah pilihan tepat. Affan tidak menanggung malunya.
"Lo tetep diam, gue sebar tuh foto!" Nada mengancam begitu kentara dalam ucapannya. Aku memejamkan mata, tanda kesal meski harus bersabar.
Aku menghembuskan nafas pelan, "Lo mau apa?" Tidak ada nada suara khusus hanya datar.
"Gue mau lo jawab, lo marah?"
"Nggak."
"Iya lo marah!" Aku berdecak kesal. Dia mau nya apa? Bertanya atau memberi kuis sih?
"Gue kesel sama lo." Aku menunduk menatap cover buku yang kubawa. "Lo manfaatin situasi nggak disengaja itu! Gue ngerasa lo nggak ikhlas. Dan nggak tau kenapa, gue ngerasa sedikit kecewa."
Akhirnya aku bisa menatap nyalang tepat pada matanya. Aku juga tidak tahu kenapa aku harus begitu kecewa. Tidak ada jawaban yang berarti untuk dijelaskan.
Bukan wajah seringai menggoda ataupun raut bersalah yang kudapati. Hanya kekehan juga raut serius secara bersamaan.
"Gue bukannya nggak ikhlas, gue tau lo akan balik lagi kayak dulu, makanya gue nglakuin itu, biar bisa ngomong banyak sama lo, biar dapet perhatian lo, jugaa-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Semu [Completed]
Fiksi Remaja"Ck. Kenapa sih setiap ketemu, selalu dalam kondisi memprihatinkan?" Suara itu, cukup membuatku mendongak memperhatikan seorang pemuda yang berdiri tepat dibawah sinar rembulan, jatuh membayanginya. Meski temaram aku masih dibuat takjub melihat seny...