Ah, baper....
Kata yang tepat untuk menjabarkan saat aku senyum-senyum sendiri, memikirkanmu.
Dasar kamu!♡♡♡
Pagi yang cerah dengan mentari hangat yang menyelubungi pagiku. Hari ini tak nampak seperti biasanya, entah apa yang membuatnya berbeda. Oh, hari ini hari minggu, tidak ada polusi pagi, tidak ada asap dan tidak ada mendung. Benar-benar mendukung penglihatanku yang kini berada dibalkon kamarku, tepat menghadap perumahan komplek belakang.
Pagar belakang tidak terlalu menjulang tinggi, jadi nampak beberapa orang yang berlalu lalang, entah itu lari pagi, belanja sayur mayur atau bahkan yang bersepeda. Menenangkan.
Aku menoleh kearah pintu yang diketuk. Astaga, jangan lagi aku diberi ultimatum agar mau belajar memasak. Itu pasti menyebalkan. Aku berjalan kearah pintu dan membukanya. Aku melihat ada mama disana yang merajuk sambil membawa ulekkan.
Aku menatap mama aneh, belum sempat aku bertanya mama sudah menjewer telingaku kencang, "MAMAA SAKIIT INI." Aku berteriak kencang mencoba melepaskan tangan mama dari telingaku.
Aku berjengkit mengusap telinga sambil menggerutu ketika mama melepaskannya,
"Ya Tuhan, itu telinga apa cantolan panci sih? Dari tadi mama panggil nggak direspon ya? Hm." Omel mama dengan nafas sedikit memburu, kemudian mama mengelus dadanya seolah menguatkan diri sendiri.
"Sana kebawah, ada temen kamu waktu itu!" Aku mengernyit bingung melihat perubahan ekspresi wajah mama, yang tadi sangat kesal kini malah tersenyum manis.
"Siapa?"
"Yang ganteng itu." Aku mencoba mengingat, kemudian aku teringat. Cowok yang pernah datang kesini cuma Aldi, kemungkinan pasti dia.
"Aldi maksud mama?"
"Iya nak Aldi. Mama jadi inget jaman mama masih muda, Ya Tuhan, ketemu cowok juga seganteng dia." Mama tertawa geli sambil menerawang, aku menggelengkan kepala.
"Habis ini Alda turun."
"Cepetan, kasian calon menantu mama nunggu lama." Mama tertawa melihatku melongo dungu. Aku merengek kesal kearah mama lalu mama meninggalkanku yang mencebik. Siapa yang mau menikah dengan Aldi?
Tapi, kenapa Aldi kerumah dan tidak mengabariku terlebih dahulu?
Aku berjalan ke meja rias, entah dorongan dari mana. Aku melihat penampilanku yang memakai jeans hitam panjang dengan baju tanpa kerah, panjang 5cm diatas lutut dengan gambar Spongebob dan Mermaid man.
Ini baju favoritku, baju yang selalu mengajariku arti rindu yang menyiksa.
Entah setan dari mana yang mendorong tanganku untuk menggapai bedak yang sangat jarang sekali kupakai, biasanya mama yang akan memakaikannya. Jantungku berdegup kencang saat mengambil bedak padat itu. Aku membukanya dan mencoba mengaplikasikannya pada wajahku ini, tanganku bergetar seolah ini adalah sesuatu yang berbahaya.
Aku menatap pantulan diriku di cermin, aku mencoba tersenyum meskipun terlihat kaku. Astaga, itu hanya Aldi. Mengapa berlebihan seperti ini? Segera aku pergi sebelum mengacak wajahku ini namun sesuatu di meja belajarku membuatku berhenti sesaat.
Aku melihat jepit rambut putih dengan mawar kecil diujung, pemberian Aldi waktu dipasar malam. Aku mengambilnya dan kembali bercermin. Ya Tuhan, tolong hentikan! Kenapa aku menjadi aneh?
Oh alasannya hanya satu, jepit rambut ini sangat disayangkan kalau tidak dipakai. Ya, seperti itu lebih baik.
Karena tidak tahu harus berdandan seperti apa, aku menarik poni panjangku ketengah dan menjepitnya disana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Semu [Completed]
Teen Fiction"Ck. Kenapa sih setiap ketemu, selalu dalam kondisi memprihatinkan?" Suara itu, cukup membuatku mendongak memperhatikan seorang pemuda yang berdiri tepat dibawah sinar rembulan, jatuh membayanginya. Meski temaram aku masih dibuat takjub melihat seny...