About Samudra

7K 819 62
                                    

Samudra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samudra

Belakangan ini entah kenapa gue merasa lebih capek dari biasanya. Mungkin karena efek jadwal padat, mungkin juga karena efek kerjaan yang selalu overload karena emang ada terus dan ngga kelar-kelar. Gue baru balik dari Bali selepas acara gathering yang diadain Prama dan harus langsung meeting sama manager Imperial Kitchen di salah satu kafe.

Iya, acara gathering sialan itu.

Sampai detik ini gue masih nggak mengerti kenapa gue mau-mau aja diajak gathering gak jelas gitu. Intinya itu acara Prama, dan gue sama Jazzi cuma diajak buat guest star. Acaranya juga cuma gitu-gitu doang, bangke. Paling yang agak berfaedah dikit itu sesi tanya jawab, dan untungnya gue dapet pertanyaan bagus.

Kenapa gue nggak bisa nolak? Karena ini Prama. Orang yang udah gue anggap abang sendiri, sekalinya minta tolong ya gue iyain. Walaupun lama-lama bukan sekali minta tolongnya tapi setiap kali.

Ok, ga penting.

Balik lagi, gue haru meeting sama orang Imperial Kitchen soal iklan mereka yang bakal muncul di slot iklan layar dua minggu lagi. Mereka bilang akhir akhir pengunjung mereka menurun, mungkin karena ada restoran baru masuk yang lumayan punya nama dan pas banget posisinya di sebelah mereka.

Yaudah, karena emang selalu ada slot iklan layar yang ditanyangin setiap saat di sudut-sudut mall, gue setuju untuk meeting hari ini.

Jam sepuluh kurang, mall udah beberapa yang buka. Kafe ini salah satunya, kafe yang emang jadi incaran anak muda sepanjang hari. Gue menghela napas. Gila, masih pagi udah minum kopi.

"Mas, Americano nya satu."

Gue menengok ke arah cewek yang menyebutkan duluan pesanannya. Cewek ini lagi... Tunggu, gue kayak pernah liat mukanya tapi dimana ya?

"Yang size apa mbak?"

"Tall ya."

"Americano Tall satu, ada lagi?"

Dia terlihat berpikir sejenak, tanpa melihat menu. " Mocha Frappucino deh yang Grande deh, sama Chocolate Croissant ada?"

"Ada." Pelayan di depan kami menyebutkan lagi pesanannya, dan gadis ini mengangguk.

"Atas nama siapa, kak?"

"Sashi."

"Sasi?"

"Sashi. S-A-S-H-I."

"Baik kak Sashi, silahkan menunggu di sebelah sini." Pelayan itu beralih ke arah gue dan menyapa, "Selamat pagi, Pak. Silahkan pesanannya."

Sashi, namanya Sashi.

For a second I'm feeling lost, i couldn't take my eyes off her. Looking at her from head to toe. Dia pakai kemeja lengan tiga perempat warna biru donker, dengan celana kulot warna hitam. Dan kakinya.. bentar, dia tuh orang kantor gue kan? Kok pakai sepatu keds.. bermotif titik-titik?!

SashiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang