Sashi.
Reaksi pertama orang dengar namanya, pasti bertanya. "Sashi? Siapanya sushi?" atau "Orang Jepang?"
Dan ya, ini yang terjadi lagi sama dirinya. Sejak dia merasa jengah harus menjelaskan namanya, Sashi lebih memilih menyebutkan nama lengkap. "Bukan Sashi, Sashilla. Panggil aja Shilla." Masalahnya sekarang, orang lebih tertarik dengan penggalan depan namanya ketimbang nama belakang.
Jadi mau berapa kali pun dia menjelaskan, hasilnya akan tetap sama. Sashi. Sashi. Aneh, kata mereka.
Tapi kemudian, ketika dia bertemu orang orang baru ini. Beberapa dari mereka ketawa, "Kok lucu sih namanya??"
"Asing gitu ya, lucu deh," salah satu perempuan yang terlihat akrab itu nyeletuk dengan ekspresi memuji.
Sashi yang masih malu entah bereaksi gimana memilih tersenyum, "Makasih."
Hari ini hari pertama dia bergabung di perusahaan retail yang tengah berkembang ini. Setelah tadi pagi dia menghabiskan waktu untuk bertemu HRD dan tanda tangan kontrak, juga mendapat rincian hak-hak dan kewajiban dia, Sashi baru diajak ke divisi dia untuk dikenalkan satu persatu. Divisi Asset & Development ini cukup besar, setiap meja terisi oleh orang-orang dan dokumen mereka masing-masing.
Tapi dari tatapan mereka Sashi bisa lihat, kalau lingkungan ini tidak mengintimidasi separah yang dia pikir.
"Nah, Shil, ini pak Teo. Udah kenal kan?" tanya Wina, perempuan yang sejak tadi mengajaknya berkeliling.
Sashi mengangguk dan membungkuk pelan, "Udah kok. Halo, Pak."
"Shilla! Welcome ya, welcome. Sudah kenalan sama semua?"
Pak Teo ini atasan langsungnya dia. Dia yang mewawancarai Sashi langsung dengan salah satu bawahan dia, ibu Retta. Dua minggu yang lalu dia mengikuti proses psikotes, yang tiga hari kemudian dipanggil untuk proses interview. Untuk pertama kalinya, Shilla merasa seberuntung itu. Dia bahkan nggak perlu nunggu berlama lama untuk mendapatkan kabar dari perusahaan ini.
"Sudah, pak. Tadi sudah keliling."
"Ok, udah kenalan ya. Disini anaknya baik-baik. Jadi kamu jangan khawatir. Win, bawa dia ke mejanya langsung ya. Biar nanti Bu Retta yang briefing dia langsung."
"Iya pak."
Sashi menyunggingkan senyumnya terakhir kali sebelum berbalik pergi dari pak Teo menuju mejanya.
Satu jam berlalu, Sashi baru tau kalau Pak Teo bukan atasan langsungnya, tapi Bu Retta. Awalnya dia pikir begitu, karena ketika interview Pak Teo memperkenalkan dirinya dia meyebutkan kalau Sashi akan berada dibawah tanggung jawab dia. Tapi ternyata bukan, karena Pak Teo adalah salah satu Senior General Manager di divisi mereka. Bu Retta yang Senior Manager, ada di bawah Pak Teo langsung.
Dan Sashi, sebagai pegawai Leasing Commercial yang baru otomatis di bawah asuhan Bu Retta.
Bu Retta sendiri orangnya cukup gesit, menjelaskan secara garis besar dengan mind map di atas kertas A3 yang sudah ada dan membiarkan Sashi memberikan pertanyaan-pertanyaan detail padanya. Kertas A3 itu berisi dengan tulisan-tulisan yang dihighlight dengan warna berbeda-beda. Tiap warna melambangkan produk dan sektor yang berbeda.
"Nanti kamu akan pegang Food and Beverage dulu untuk awal-awal, di existing property kita. Kamu bisa pelajari dokumen-dokumen yang udah ada, termasuk layout sama produk yang udah ada di property itu. Banyak sih, tapi nanti kamu terbiasa kok. Yang pasti kamu harus bisa nentuin prioritas, ya Shil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sashi
RomanceIn which Samudra Argasatya fall in love with a girl he never thought he'll fall for. Sashi [/sa•shi] : Someone who is willing to sacrifice for others' happiness. A big hearted person. A person who is both internally and externally beautiful. Also v...