Sashilla
Pertemuan gue dan Samudra yang tanpa sengaja terjadi itu membuahkan banyak pertanyaan dari Janitra. Berkali-kali, dia menanyakan "Siapa sih itu?" lalu ketawa, "Yakin, temen lo doang?" dan bahkan ketika gue dan dia sudah berhenti membicarakannya, Janitra tiba-tiba nyeletuk, "Lo tuh ya, baru juga berapa hari kerja udah punya gebetan aja."
"Siapa yang gebetan sih!" gue menggeram kesal.
Kenapa laki-laki dan perempuan dimana-mana sama aja, sama-sama suka bergosip. Dan berpikiran kalau ada dua orang lawan jenis lagi jalan, otomatis mereka punya ketertarikan satu sama lain? Padahal gue dan Janitra yang udah gue kenal sejak semester satu sama sekali nggak pernah tertarik dengan satu sama lain. Kenapa giliran gue dan yang lain, langsung dianggap gebetan?
Dia jalan sama siapa, gue jalan sama siapa. Dia punya pacar, gue punya pacar lain. Yah, nggak selalu barengan punya pacar sih, but you got my point there.
Janitra hari ini mampir ke mall yang satu gedung dengan kantor gue. Dia beralasan, "Apa gunanya kantor di mall kalo nggak main ke mall siang-siang? Udah, makan siang bareng ya."
Tuh. Kan.
Dia tuh selalu kayak gitu.
Gue bisa mengelak apa coba. Cuma menggeleng-geleng kepala, gue menggerutu sambil bergumam "Iya-iya."
Janitra tersenyum di layar handphone gue. Kebiasaan gue dan dia ini mulai berlangsung ketika dia pergi ke Jepang satu bulan dan dia nggak mau satu hari pun kelewatan kabar gue. Akhirnya gue mengusulkan video call, dan langsung dia iyakan. Walaupun Jepang-Indonesia perbedaan waktunya sampai tiga jam, dia nggak pernah ngeluh. Sering banget gue udah di kampus waktu itu, dia masih siap-siap gosok gigi. Dan kebiasaan itu berlangsung sampai sekarang.
Gila.. ini manusia.
"Udah sampe?" katanya begitu dia melihat suasana yang sedikit berubah. Cat dinding warna putih bercorak abu-abu dan biru tua mungkin terlihat jelas di belakang badan gue. Gue mengangguk.
"Gue sarapan dulu ya."
"Ya sarapan aja."
"Jan.."
"Iya kenapasih? Lo sarapan ya sarapan aja, sambil ngobrol. Lo aja udah sering liat gue cuci muka live sampe makan dan tetep ngobrol."
Menghela napas, "Iya, tapi kan itu pas lo di Jepang. Ini lo cuma di Tebet, Jan!"
Janitra tertawa. Kayaknya dia gak ada kapok-kapoknya gue marahin karena kebiasaan dia yang minta video call kayak gini nggak bisa hilang. "Yaudah Shillaaaa. Iya sana sarapan. Hati-hati ya."
"Hati-hati apaan sih orang cuma makan bubur doang!"
"Hahahaha, see you later at lunch Shilla!"
Dan video call terputus. Dia beneran mau makan siang sama gue ini. Ckckck. Dasar aneh.
&&
Pernah nggak kalian ketemu sama orang yang sama berkali-kali, lagi dan lagi, sampai rasanya kayak emang takdir udah menarik garis tertentu dengan orang itu? Hal ini terjadi lagi sama gue, sekali lagi. Dengan Samudra, lagi.
Kayaknya hidup gue emang nggak bisa jauh-jauh dia ya. Padahal gue sama dia berasal dari divisi yang beda, dan sebenarnya nggak banyak berinteraksi (seperti yang dikira Wina waktu itu). Tapi kenapa gue selalu ketemu nggak sengaja sama dia, dan selalu aja terjadi di luar kantor.
Hari ini dia terlihat rapi dengan kemeja putih bercoraknya. Kacamata berbingkai bulat hitam lagi-lagi bertengger di hidung mancungnya. Dia memunggungi gue, tapi dari posturnya aja udah kelihatan kalau itu dia. Sam lagi ngantri, dengan seorang cewek yang setinggi lehernya berdiri di sebelah dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sashi
RomanceIn which Samudra Argasatya fall in love with a girl he never thought he'll fall for. Sashi [/sa•shi] : Someone who is willing to sacrifice for others' happiness. A big hearted person. A person who is both internally and externally beautiful. Also v...