Chapter One

14.3K 855 35
                                    

       Waktu baru menunjukkan pukul 8 pagi, namun langit terlihat begitu gelap dan hujan sudah mengguyur sebagian kota di provinsi Jeolla Utara salah satunya adalah kota Jeonju. Di sekitar distrik Wansan-gu terlihat sebuah mobil sedan hitam dengan plat nomor Seoul melewati gerbang dan parkir di halaman yang cukup luas.

       “Hyung, bagaimana cara membawa ini semua?” lelaki berambut cokelat bertanya pada orang  disampingnya yang sedang memegang kemudi.

       “Aku bawa payung. Jangan khawatir.” Jawabnya sambil menunjuk benda yang ia maksud.

       “Ah, baiklah.” Ia mengangguk mengerti dan keluar dari mobil. Sebelumnya ia membuka payung terlebih dahulu lalu membuka pintu mobil belakang. Lelaki tersebut membawa sebuah kotak besar berwarna cokelat ditangan kanan dan dengan payung ditangan kirinya ditambah satu travel bag.

        “Aku akan bawa sisanya.” Lelaki yang dipanggil ‘hyung’ itu pun mulai membuka payung lainnya agar dapat membantu membawa beberapa barang.

        “Oke.” Ia mengangguk lalu berjalan duluan ke teras sebuah rumah berwarna putih kusam dihadapannya. Tak lama seseorang menggunakan pakaian serba hitam datang dan berdiri beberapa senti disebelahnya. Wajahnya tidak terlihat jelas karena tertutup jas hujan yang ia kenakan.

        “Seokjin hyung! Kau bisa kemari lebih cepat tidak?!” teriaknya. Kali ini jantungnya terasa tak karuan karena lelaki disebelahnya. Siapa dia?

        “Ada apa Kim Taehyung?” tanyanya khawatir.

        “Emm.. Itu..” Taehyung menunjuk lelaki yang sedang berdiri disebelahnya. Seokjin melirik ke arah yang Taehyung maksud.

       “Permisi.” Seokjin memberanikan diri.

       “Aku hanya ingin memberikan kunci.” Ia membalikkan tubuhnya ke arah Seokjin dan Taehyung lalu menyodorkan sebuah benda.

       “Oh,Yoongi-ssi. Ku kira kau siapa. Maaf tak mengenalimu.” Seokjin terkejut. Ia mengambil kuncinya dan membungkuk untuk minta maaf. Orang tersebut adalah sang pemilik rumah yang menyewakannya pada Seokjin. Mereka sudah bertemu beberapa hari yang lalu saat Seokjin mencari-cari rumah sewaan.

        “Panggil Yoongi saja.” Jawabnya. Taehyung hanya melihatnya sambil menutup payung yang ia bawa tadi. Wajah Yoongi begitu datar dan tidak berekspresi membuat Taehyung enggan untuk mengajaknya berbicara. Menurutnya itu sedikit menakutkan.

       “Baiklah, bagaimana kalau kita masuk? Hujan semakin deras.” Tawar Seokjin.

       “Tidak. Aku akan pulang kerumahku. Kau bisa telepon jika butuh sesuatu. Rumah yang kutinggali tidak jauh dari sini. Permisi.” Ia sedikit membungkuk pamit lalu pergi menerobos hujan yang masih turun.

        “Kenapa dengan wajahnya?” gumam Taehyung penasaran.

       “Entahlah. Sejak pertama kali aku kesini dia memang begitu. Tak usah dipikirkan. Lebih baik kau masuk ke dalam dan bawa barang-barangmu.” Seokjin memberikan kuncinya pada Taehyung. Ia menutup payung terlebih dahulu lalu menyusul masuk.

        “Wah..” Taehyung sedikit menganga lalu menyimpan barang yang ia bawa di atas meja ruang tamu.

       “Kenapa?” tanya Seokjin heran.

       “Rumah ini benar-benar luar biasa.” Taehyung tersenyum dan melihat ke sekeliling. Sebuah rumah kuno dua lantai yang cukup besar menurutnya. Selain itu barang-barang di dalamnya begitu antik dan elegan membuat Taehyung merasa kagum.

        “Begitulah. Apa kau tidak ingin melihat kamarmu?” tanyanya lagi.

        “Ah, dimana kamarku?” Taehyung melirik hyungnya.

ᵀʰᵉ ᵀʳⁱˡᵒᵍʸ [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang