Chapter Three

5.1K 610 13
                                    

     Taehyung berlari sebisa mungkin. Ia tidak mengenal tempat dimana ia berdiri sekarang. Ruangan yang gelap dengan sedikit bantuan cahaya yang keluar dari celah lubang-lubang kecil di atas dinding membuat Taehyung kebingungan. Bagaimana bisa ia disini?
      "Seokjin hyungg?!!" Taehyung panik hingga menangis. Ia berjalan mengitari ruangan dan tak dapat menemukan dimana letak pintu berada.
      'Bughh..' Taehyung meraba sesuatu. Benda besar tersebut tak sengaja Taehyung tabrak tadi. Tangannya menggapai untuk merasakan wujud dari benda tersebut di kegelapan.
      "Ini? Piano?" Taehyung memiringkan kepalanya sambil berpikir dan meyakinkan dirinya bahwa yang ia pegang adalah benar-benar sebuah piano.
      'ting.. ting.. ting..' tiba-tiba dentingan dari piano tersebut berbunyi tak beraturan. Tidak. Bukan Taehyung yang menekan tuts-tutsnya.
      "Si-siapa kau?" Tanya Taehyung. Ia tak bisa melihat siapa pun disana karena gelap.
      "Kemarilah.." desis seseorang. Suara seorang pria yang Taehyung yakini bahwa itu bukanlah Seokjin hyungnya.
      "K-kau siapa?" Taehyung berjalan mendekat ke sisi dimana tuts-tuts tersebut berada.
      "HAHAHAHA!" Tiba-tiba pria tersebut tertawa keras. Taehyung berjengit kaget karena seseorang mencekik lehernya.
      "A-kh lepaskan-le-lepas-to-tolongg!"

***

      "TOLONG! Hhh..hhh.." Taehyung berteriak sebisa mungkin. Nafasnya terengah-engah.
      "Kau kenapa? Aku sedang menulis dikamarku dan mendengarmu berteriak-teriak seperti yang sedang ketakutan." Tanya Seokjin yang setengah berlari menghampirinya dari arah pintu.
      "Hyung.." Taehyung memeluk hyungnya.
      "Ada apa?" tanya Seokjin mengusap tubuh Taehyung yang bergetar.
      "Ak-aku mimpi buruk." Taehyung memandang Seokjin. Pelipisnya bercucuran peluh dan wajahnya cukup pucat.
      "Kau ini. Makanya jangan sering membayangkan sesuatu yang menakutkan. Jadi terbawa mimpi kan? Berhentilah memikirkan hal yang seperti itu. Ini baru jam 12 malam, kembalilah tidur. Kau harus sekolah pagi bukan?" tanya Seokjin.
      "Tidak. Besok libur karena ada rapat." Taehyung menggeleng.
      "Ah begitu. Yasudah lanjutkan tidurmu." Pinta Seokjin lalu menyelimuti Taehyung.
      "Ne." Taehyung mengangguk .
      "Mimpi indah." Seokjin tersenyum lalu kembali ke kamarnya setelah menutup pintu kamar Taehyung.
      "Ada-ada saja Taehyung." Seokjin menggeleng. Ia duduk di tempat kerjanya untuk melanjutkan kegiatannya yang tertunda tadi .

***

      'Daniel berlari sebisa mungkin. Ia tidak mengenal tempat dimana ia berdiri sekarang. Ruangan yang gelap dengan sedikit bantuan cahaya yang keluar dari celah lubang-lubang kecil di atas dinding membuat Daniel kebingungan. Bagaimana bisa ia disini?

      "Minhyun hyungg?!!" Daniel panik hingga menangis. Ia berjalan mengitari ruangan dan tak dapat menemukan dimana letak pintu berada.

      'Bughh..' Daniel meraba sesuatu. Benda besar tersebut tak sengaja Daniel tabrak tadi. Tangannya menggapai untuk merasakan wujud dari benda tersebut di kegelapan.

      "Ini? Piano?" Daniel memiringkan kepalanya sambil berpikir dan meyakinkan dirinya bahwa yang ia pegang adalah benar-benar sebuah piano.

      'ting.. ting.. ting..' tiba-tiba dentingan dari piano tersebut berbunyi tak beraturan. Tidak. Bukan Daniel yang menekan tuts-tutsnya.

      "Si-siapa kau?" Tanya Daniel. Ia tak bisa melihat siapa pun disana karena gelap.

     "Kemarilah.." desis seseorang. Suara seorang pria yang Daniel yakini bahwa itu bukanlah Minhyun hyungnya.

      "K-kau siapa?" Daniel berjalan mendekat ke sisi dimana tuts-tuts tersebut berada.

     "HAHAHAHA!" Tiba-tiba pria tersebut tertawa keras. Daniel berjengit kaget karena seseorang mencekik lehernya.

ᵀʰᵉ ᵀʳⁱˡᵒᵍʸ [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang