Chapter Seventeen

3.3K 471 54
                                    


     Karena kejadian kemarin, Taehyung, Jimin, juga kedua juniornya yaitu Hueningkai dan Soobin akhirnya memutuskan untuk pulang. Bahkan Taehyung juga kembali menginap dirumah Jimin malamnya. Pagi ini ia terlihat sedikit sibuk di meja makan.

“Tumben sekali sudah mandi.” cibir Jimin menghampiri Taehyung.

“Iya. Gara-gara kejadian kemarin kepalaku pusing sekali. Aku sedikit sulit tidur.” angguk Taehyung.

“Sudah minum obat?” lirik Jimin sambil menuangkan segelas jus jeruk untuknya sendiri.

“Makanya aku sedang sarapan, aku ingin minum obat.” tunjuk Taehyung pada semangkuk sereal.

“Sebentar. Aku carikan obatnya.” ucap Jimin lalu beralih pada kotak P3K pada lemari kecil di ruang tengah.

“Wow.” goda Taehyung.

“Diam kau. Minum ini.” ucap Jimin sambil kembali ke meja makan. Ia menyodorkan sebuah wadah berbentuk tabung kecil yang mana isinya tentu saja obat yang di maksud.

“Istirahatlah hari ini. Diluar juga salju lumayan cukup tebal. Imun mu sedang menurun, nanti sakitmu semakin parah. Bisa jadi terserang flu.” Jimin memperingati.

“Gomawo. Tapi aku ada jadwal keluar hari ini.” ucap Taehyung tulus.

“Kemana? Aku akan temani.” tawar Jimin.

“Tidak usah repot. Aku hanya bertemu Seokjin hyung di sebuah cafe. Kebetulan Sandeul hyung ada keperluan di sekitar sini. Jadi aku bisa bertemu dengan hyungku sebentar.” terang Taehyung. Jimin memandangnya gemas. Dasar Taehyung si kepala batu.

“Aku janji hanya sebentar. Lagi pula dekat kok. Kenapa kau ini? Hahaha.” Taehyung tertawa renyah. Ini aneh bagi Taehyung,  Tidak seperti Jimin pada biasanya.

“Kenapa harus di cafe? Kenapa tidak dirumahku?” tanya Jimin sambil mencari mangkuk untuk serealnya sendiri.

“Ahh.. Itu, ada beberapa hal yang harus di bicarakan. Hanya kami berdua. Jadi tidak enak jika harus dirumah mu.” jawab Taehyung.

“Oh begitu. Padahal aku bisa pergi kalau kau memang ingin berbicara berdua saja.” ucap Jimin sembari duduk di kursinya setelah menemukan benda yang ia cari.

“Hahahaha masa aku mengusir tuan rumah?!” Taehyung tertawa geli dengan pemikiran Jimin. Ada-ada saja.

“Loh? Apa yang salah?” Jimin mengedikkan bahunya sambil tersenyum pada Taehyung. Matanya menyipit. Ah.. Taehyung benar-benar tidak ingin pindah dari sini. Tapi bagaimana cara mengatakannya nanti pada Jimin, itulah permasalahan yang ada di benaknya sekarang.

“Apa? Kenapa kau menatapku?” tanya Jimin aneh.

“Ah tidak apa. Ohya, aku tidak akan bawa mobil. Aku titip di halaman rumahmu ya?” ijin Taehyung.

“Iya. Jangan lupa saja bayar parkirnya.” Jimin mengangguk.

“Aku akan bayar. Berapa biayanya?” tanya Taehyung.

“Aishhh! Aku bercanda Tae. Tidak asik.” omel Jimin. Taehyung hanya tertawa menanggapinya.

“Ah, aku akan pergi sekarang. Kalau kau ingin menitip sesuatu, telepon saja ne? Ah, telepon juga Hyu dan Soobin agar kita bisa menyusun rencana lagi sepulangku dari cafe. Kejadian kemarin benar-benar kacau. Aku tidak habis pikir.” Taehyung bangkit sambil menggunakan mantel dan syalnya.

“Geokjeongma. Semua akan selesai.” Jimin tersenyum.

“Ne. Semoga.” Taehyung mengangguk.

ᵀʰᵉ ᵀʳⁱˡᵒᵍʸ [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang