Chapter Twenty-One

3.5K 475 12
                                    

“Hyu! Hubungi appa mu! Kita lacak lokasinya!” pinta Soobin pada Hueningkai.

“Ne. Aku setuju.” Sandeul mengangguk.

“Ayo kita kesana sekarang!” ucap Jungkook tidak sabaran.

“Tapi.. bukankah kau sedang menunggu berita soal mayat tadi?” tanya Soobin bingung sambil memandang Jungkook.

“Kalian akan membutuhkan Jungkook. Jungkook yang mengerti akar permasalahan ini. Biarkan aku dan Seokjin yang akan ke rumah sakit.” ucap Sandeul yakin.

“YAK! Taehyung juga akan membutuhkanku disana!” omel Seokjin.

“Andwae! Kau si ceroboh yang tidak pernah bisa mengontrol emosi. Biarkan mereka saja. Kau, ke rumah sakit bersamaku.” Sandeul menggeleng.

“Aish!” keluh Seokjin sambil merengut. Sebenarnya ia juga setuju soal apa yang Sandeul katakan. Tapi ia juga mengkhawatirkan Taehyung disana.

“Aku mengandalkanmu Seokjin hyung. Ku harap berita baik datang darimu setelah pulang dari rumah sakit.” ucap Jungkook pada Seokjin. Seokjin memandangi Jungkook.

“Semoga itu bukan mayat Hoseok hyung.” Jungkook menunduk sedih.
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.
“Kau masih belum mau melompat?” tanya Yoongi kesal pada Taehyung yang terus menangis sedangkan kini giliran Namjoon yang mengawasi Jimin.

“Kalian hiks.. Kau! Terutama kau iblis! Tidak cukup aku saja?” tanya Taehyung geram memandang wajah Yoongi.

“Hh.. Sudah untung aku membiarkanmu tidak tersiksa sampai saat ini. Kau masih saja mengataiku.” Yoongi mendelik.

“Hahaha tidak menyiksanya? Kau tidak lihat wajah pucat Taehyung karena kau biarkan kedinginan? Kau tidak lihat kulit-kulitnya yang lebam? Dasar sinting!” kesal Jimin sambil meringis.

“Ohhh atau aku harus memperlakukannya sama sepertimu sekarang?” Yoongi memandang sinis pada Jimin yang sedang kesakitan karena pendarahan pada telapak kakinya. Ia baru saja meminta bodyguard-nya melepas sepatu Jimin dan membuatnya berjalan di atas pecahan kaca yang disiapkan Namjoon.

“Hhh.. sakit bukan?” Yoongi mendekati Jimin lalu menatapnya.

.

.

‘Sakit bukan? Dasar anak miskin.’ ucap seorang siswa laki-laki.

‘Benar. Tidak seharusnya dia satu sekolah dengan kita.’ ucap yang lainnya.

‘YA!’ bentak Yoongi dengan wajah geram.

‘Apa?’ decih seseorang yang lebih pendek.

  ‘Hei kau Min Yoongi! Kau ingin mengadukan kami pada ssaem? Kau anak dari panti asuhan itu kan? Ku dengar kau pindahan dari Daegu. Aku benar?’ tanya anak yang tubuhnya sedikit berisi.

‘Oh ya? Apa yang menyebabkan kau dipindahkan kemari?’ tanya seorang anak perempuan yang ikut mengerumuni.

‘Ku dengar—’

.

.

“Ku dengar kau memiliki kelainan mental. Pengurus panti Daegu sudah tidak sanggup mengurusmu.” ucap Jimin tiba-tiba. Ia mengeluarkan smirk-nya. Yoongi meremat dagu Jimin geram.

ᵀʰᵉ ᵀʳⁱˡᵒᵍʸ [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang