Aku akan memulai di mana semuanya berawal ...
Alunan musik riang yang datang dari ruang latihan musikku. Kami sedang bersantai setelah bermain untuk pesta ulang tahun putera mahkota yang ke 5. Banyak makanan berlimpah yang datang dari kerajaan untuk kami. Para pelayan cantik yang mengunjungi kami dan ikut berpesta. Para penari yang juga tidak segan untuk menari bersama kami. Ini semacam pesta pribadi antar pengurus istana.
Aku memainkan bagian Haegeum (alat music gesek yang populer) bersama sepupuku. Jadi kami tidak bisa menggerakkan badan kami terlalu bebas dan hanya memancarkan senyuman dan tawa kegembiraan. Dan kau tahu apa yang paling kusukai di malam itu, laki-laki itu datang. Dia adalah jenderal polisi di kawasan kami. Park Chan Yeol.
"sepertinya istana memberikan kebebasan yang layak untuk kalian. Hahaha"
Suaranya yang sangat kusuka itu dapat kudengar di telingaku. Dia adalah lelaki yang sangat tampan. Kepribadiannya mungkin sedikit konyol bagi seorang jenderal kepolisian, namun aku sangat menyukainya. Postur badannya yang besar dan tinggi, mata bulat dan besarnya, senyum indahnya, suara besar dan dalamnya. Dia adalah cinta pertamaku.
"tentu saja jenderal Park. Kami sudah bermain sangat keras di sana. Hahaha, bergabunglah akan kuambilkan lebih banyak arak"
Timpal ayahku yang memang menjadi lawan bicara Park Chan Yeol.
Aku tersenyum bodoh melihatnya, dan kau tidak tahu betapa memalukannya hal itu saat ia membalas tatapanku. Mukaku sudah seperti buah ceri masak saat aku memalingkan wajahku. Aku terus merutuki perbuatanku hingga tidak bisa bermain senada dengan yang lainnya. Akhirnya kuputuskan untuk berhenti memainkan haegeumku dan pergi meninggalkannya menuju taman kecil istana yang sangat jarang dikunjungi pegawai maupun orang lain karena sudah tidak terurus. Malam itu, aku tidak tahu bahwa yang kulakukan malam itu akan membuat hatiku berdebar-debar untuk waktu yang lama.
Kududukkan tubuhku di bawah satu-satunya pohon sakura yang ada di kota ini, sayangnya warga kota sangat acuh pada pohon itu. Aku juga tidak tahu kalau sekarang ia berbunga. Mungkin wanginya bisa membuatku sedikit tenang (pikirku) dan dinginnya malam bisa membuatku penat lalu tertidur di sini (seperti biasa). Aku mulai memejamkan mataku dan merutuki semua kebodohanku yang beru saja kulakukan.
Jika Park Chan Yeol tahu aku adalah penyuka sesama, mungkin dia akan memenggal kepalaku. Namun bukan itu yang kutakutkan, yang paling kutakutkan adalah ia menjauhiku dan membenciku. Jika itu terjadi, maka aku lebih memilih untuk memenggal kepalaku sendiri.
"Jong In ?"
Suara itu ...
Untuk seorang yang sangat kucintai, mustahil aku tidak menghafal suaranya. Aku sempat berfikir dia akan menanyaiku tentang tatapanku padanya lalu membenciku dengan seluruh jiwa dan raganya.
"je .. jendral Park ..."
Dia mengembangkan senyumnya. Dengan pakaian kepilisian dan topi lebar di kepalanya, dia terlihat sangat tampan. Senyumnya pun sangat menawan.
"apa yang kau lakukan di sini ? musiknya tidak sempurna tanpa permainan haegeum-mu"
Ucapnya sambil tersenyum ringan, dan itu hampir membuat hatiku berhenti berdetak. Apalagi dengan perkatannya, bolehkah aku anggap itu pujian ?
Dia berjalan mendekat ke arahku, mendudukkan dirinya di sebelahku. Jantungku sempat berhetnti berdetak. Wajahku sudah semerah bunga mawar liar yang ada di depanku. Aku tidak tahu harus menjawab atau melakukan apa kecuali menundukkan kepalaku dalam-dalam sambil berdoa agar ia tidak melihat wajah bersemuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
AI
FanfictionKertas tua yang terluka akan goresan hidup Kim Jong In. Bukan sebuah saksi bisu sebuah kisah hidupnya namun sesosok pendengar yang bisa ia tumpui.