"Baiklah, silahkan duduk menunggu. Saya akan meminta kopi untuk anda."
"Tidak perlu Ahra-ya, kau hanya perlu menyelesaikan tugasmu."
Aku berjalan menuju single soffa tak jauh dari mejanya. Memandangnya dari dekat begini sungguh menyenangkan. Bibirnya berkomat-kamit lucu, ia memasang kaca mata manis itu lagi. Mungkin ia sedang merutuki diriku. Haha.
"Perlu anda ketahui, ini di kantor Jeon gwajangnim. Anda akan masuk Departmen Etika jika memanggil nama saya dengan lancang."
Tuh kan? Dia berbicara seenaknya sendiri? Untung aku sudah kebal karna empat tahun bekerja dengan bos yang memiliki tempramen sama seperti gadis di depanku ini. Dia malah semakin menarik perhatianku.
"Maafkan aku, Nona Jung."
Gadis itu mulai sibuk kembali dengan komputernya. Obsidian hitam itu daya tariknya yang sangat seksi. Aku jadi ingin terus memandangnya.
Wanita pekerja keras itu.. Seksi. Kau harus tahu itu.
"Ruanganmu sungguh sempit sekali."
"Ini bukan pertama kalinya anda kesini. Kenapa baru sadar?"
Aku mengambil tablet dari saku jas. Mengecek jadwal Min sajang setelah pukul 12 siang ini.
"Tapi ini kali kelima aku kesini, Jung-ssi."
"Tapi saya senang disini. Tidak masalah."
Ah sial. Ternyata saat jam makan siang Min sajang ada meeting dengan client dari Park Ltd. Mereka berdua akan membicarakan tentang employees Exchange di Min's Restaurant. Aku jadi tidak punya banyak waktu untuk makan siang dan--- lupakan.
"Sepertinya memang harus ada yang di renovasi disini. Aku akan mengajukan proposal."
"Jeon gwajangnim, itu diluar kekuasaan anda."
"Kenapa? Aku bahkan punya hak untuk---"
"Apa perlu saya memberi job desk anda lagi?"
Aku menoleh, dan---
SHIT!
Mata itu sungguh cantik dan seksi. Pupil legam itu melebar, dengan kelopak cantik membungkusnya. Belum lagi eyeliner dibawah dan eyeslashnya yang panjang. Astaga! Bagaimana bisa aku terpesona dengan mata legam itu?
Aku menggelengkan kepalaku. Aku tidak boleh lepas kendali.
"Ok. Aku mengerti. Tapi,"
Aku berdiri dari dudukku,
"Ya! Kenapa sifatmu sungguh bertolak belakang daripada saat kita di Jeju eoh?"
Aku sungguh penasaran dengan wanita ini yang seperti berkepribadian ganda.
"Saya hanya mencoba profesional."
Aku menengadah, ingin tertawa tapi tidak bisa. Dia sungguh gadis kaku jika sedang memakai seragam kerja dan berada dibalik meja shit itu. Dia semakin menarik perhatianku, dan itu sungguh menyebalkan.
Profesional? Pantas saja dia menjadi manager termuda dalam sejarah departmen HR. Dia sungguh berkompeten dan profesional. Cerdas dan memiliki EQ yang baik. Ucapannya cadas namun tegas. Sesuai etika yang di anjurkan oleh Mak Lampir di Departmen Etika.
Gadis itu berdiri. Badannya sungguh ramping, tingginya hanya sampai pundakku. Imut sekali sih? Pasti menyenangkan jika memeluknya dan mengecupi puncak kepalanya.
Dan lihatlah cara berjalannya, astaga-- seksi!
"Jeon gwajangnim?"
"Eh?"
Astaga! Gadis ini benar-benar mengambil kewarasanku! Aku menjadi tangan kanan Min sajang karna aku pria terfokus disini. Tapi, kali ini aku akui aku bodoh. Dia benar-benar menghancurkan fokusku!
"Ini," Ia menyerahkan map merah setebal buku kalkulus.
"Secepat itu?"
"15 menit bukan waktu yang cepat, Jeon gwajangnim. Tadi saya tidak fokus karna anda terus bicara."
Ouch!
Saat gadis bermata seksi itu akan kembali ke mejanya, dengan segera aku menarik lengannya.
Ia tampak terkejut dengan tindakanku. Melirik lengan yang ku pegang. Sumpah! Aku ingin menyingkirkan jas hitam yang membalut lengannya agar aku dapat merasakan halus kulitnya.
"Jeon gwajangnim, etikamu!" Suaranya amat tegas.
"Baiklah, Ahra-- maksudku Nona Jung, Ehem!"
Kenapa jadi gugup sih?
"Apa sabtu besok kau ada waktu luang?"
Ia nampak terdiam, kemudian mendongakkan kepalanya. "Memang kenapa?"
"Bisakah kita makan malam bersama?"
BBANG!!
Terlalu cepat?
Tidak.
Aku sudah tau wanita ini sejak empat tahun yang lalu. Tapi sungguh kenangan perkenalan di Jeju masih sangat membekas, dan sifatnya yang berkebalikan saat berada di meja kerja sungguh membuatku semakin tertarik.
"Saya lihat dulu jadwal saya."
Sialan! Susah sekali sih untuk bilang iya?
"Kalau begitu aku minta nomormu."
Aku terlihat bodoh ya? Kan diluar ruangan ini ada papan yang menyediakan semua nomor karyawan departmen HR.
"Saya rasa anda sudah tidak punya kepentingan disini. Silahkan keluar dari ruangan saya, Jeon gwajangnim. Saya sibuk."
Ok. Aku menyerah dalam sesi kali ini.
"Ya baiklah. Terimakasih yang ini, Jung Ahra."
Aku mengerling dan melepaskan lengannya. Membuatku harus menerima kembali tatapan intimidasi dari obsidian seksi itu.
"Jeon gwajangnim,"
Ya sayang?
"Eoh?"
"Hentikan tatapan mesum itu dari tubuhku."
Bangsat. Aku merutuki diriku sendiri. Sungguh memalukan sekali saat tadi aku ketahuan melirik badan mungilnya.
Jung Ahra sudah kembali sibuk dengan pekerjaannya. Aku bisa gila jika terus disini.
Dengan segera aku keluar dari ruangan sesak ini dan bunyi gaduh langsung menyapa. Mengintip eoh? Mencuri dengar hah? Dasar karyawan tukang kepo.
"Apa?!" Aku memberikan deathglare pada Mark Lee, kubikel pertama disamping pintu ruangan manager.
"Anni."
Aku menggerakkan map merah tebal itu seakan memukulnya, tidak. Hanya gertakan saja. Membuat lelaki muda itu menjauh sedikit dari komputernya.
Kemudian berjalan keluar menuju lift,
'Serius? Jeon Jungkook ada affair dengan Nona kita?'
Ck. Belum beberapa menit sudah menggosip.
Baiklah, aku akan segera mewujudkan gosip kalian itu menjadi nyata.
Ting.
Aku memasuki lift. Menuju lantai puncak dimana seseorang yang meminta dokumen ini berada.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Land Breeze (JEON JUNGKOOK FF)
FanfictionUntuk pertama kalinya dalam hidup, Ahra bertemu seorang pemuda yang menyukai aroma laut. Jeon Jungkook. Pemuda penuh percaya diri dengan kelakuan yang tidak seimbang dengan aura tampannya, berusaha mengejar Manager HRD diperusahaan tempatnya bekerja...