Di dunia ini, tidak ada yang kebetulan.
Satu quarter. Kami berjalan. Dengan langkah yang sama, melalui panasnya Seoul hingga dinginnya Busan membuatku mengerti banyak hal.
Jeon Jungkook.
Pria tampan yang perfeksionis. Seseorang yang tak pernah masuk dalam daftar mimpiku untuk kukencani, nyatanya aku memilikinya sekarang.
Kami bukanlah entitas yang sama. Kami memiliki banyak perbedaan dari segi persepsi bahkan hobi.
Jungkook sangat menyukai land breeze, sedangkan aku begitu menyukai Petrichor.
Aku pendatang gunung, dan Jungkook adalah anak pesisir.
Jungkook yang suka menggambar, dan aku suka menulis.
Jalan kami tidak pernah sama. Takdir kami bersebarangan. Tapi,
Jungkook bisa melengkapiku sedemikian aku melengkapinya. Jungkook datang kepadaku, disaat aku bahkan tidak tahu seperti apa takdir cintaku. Dia yang berteriak lantang menyuarakan isi hatinya kala itu di Eungwarni.
Mungkin ini adalah kali pertama kami berdebat-- tidak, aku menyadari satu hal. Jungkook hanya ingin membuat ibu bahagia. Pria itu sangat menyayangi ibunya. Dan itu cukup membuatku tahu jika aku yang bersalah.
Aku berlari kedepan. Menapaki pasir keemasan yang membiaskan kemilau senja. Menuju punggung kokoh disana yang sedang menghadap laut, menikmati deburan ombak.
GREP
"Apakah laut lebih menarik?"
Dapat kurasakan pergerakan punggungnya. Ia berusaha menyadari sesuatu. Seseorang telah memeluknya tanpa permisi dari belakang. Membaui aroma tubuhnya yang maskulin.
Lalu pria tampan dalam dekapanku ini terdiam kembali.
"Aku----"
Sungguh sulit mengucap maaf, karna aku bukan orang yang mudah memberi maaf. Tapi aku yang bersalah disini. Dengan memejamkan kedua netraku,
"AkumintamaafJungkook."
Tanpa jeda. Dan angin serasa menampar kedua pipiku. Aku membuka netra, mendapati Jungkook yang sudah menghadapku. Wajahnya bias warna jingga. Surai pirangnya bergerak mengikuti angin laut yang menerpa.
Aku menunduk. Merasa tidak pantas menatap wajah rupawan didepanku. Terimakasih kepada egoku, dan juga junjungan prinsip yang tinggi. Kini aku merasa tampak kecil dihadapan pria sempurna.
"Apa kau sudah tidak marah lagi?"
"U-uh?"
Jungkook mengangkat daguku. Jungkook bertanya padaku? Yatuhan, apa ini benar?
"Kau sudah tidak marah padaku?" Tanya pria ini lagi dengan senyum lima jarinya.
"J-Jungkook.. Harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu."
Jungkook menggeleng. Kedua telapak besarnya membingkai wajahku.
"Tidak. Aku yang salah. Kau pantas marah. Maaf tadi pagi aku membentakmu. Aku diluar kendaliku."
"Anniyo Kook. Aku yang keras kepala. Aku terlalu egois untuk mementingkan urusan kantor. Tidak sepertimu yang justru mementingkan keluarga. Aku belajar hari ini darimu Jungkook. Aku minta maaf."
Senyum itu semakin mengembang. Membuat kedua pipiku memanas, yatuhan. Tampan sekali manusia satu ini~
Mungkin mulai hari aku akan membuat label padanya, Jeon Jungkook manusia favoritku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Land Breeze (JEON JUNGKOOK FF)
FanfictionUntuk pertama kalinya dalam hidup, Ahra bertemu seorang pemuda yang menyukai aroma laut. Jeon Jungkook. Pemuda penuh percaya diri dengan kelakuan yang tidak seimbang dengan aura tampannya, berusaha mengejar Manager HRD diperusahaan tempatnya bekerja...