Joan dan Tiara terus berkeliling melihat sekaligus mencari perrmainan yang cocok untuk dimainkan bersama. sementara itu kelompok Ryan juga terus melanjutkan permainan berikutnya. Langit berubah menjadi gelap dan beberapa saat kemudian rintik hujan jatuh ke bumi. Permainan outdoor dihentikan, sekarang hanya bisa memainkan permainan indoor yang telah disediakan.
"eh guys ke situ yuk, seru tuh pasti" Faris menunjuk ke salah satu wahana dengan wajah cemerlang.
"Boleh juga tuh, mumpung lagi ujan pasti tambah seru sekalian nunggu reda" Ryan menanggapi perkataan Faris. wahana yang ditunjuk adalah Rumah Hantu. Para perempuan hanya melirik satu sama lain sekalian meyakinkan diri untuk ikut.
....
"Sekarang gimana nih Jo?" Tanya Tiara dengan ragu.
"hehe aku juga ngga tau Ra" Joan menjawab dengan santai dan melanjutkan perjalanan.
Mereka terpaksa masuk ke dalam gedung untuk menghindari hujan. Tidak banyak mengobrol mereka hanya melihat sekitar sambil berjalan tanpa arah untuk menghabiskan waktu. Di dalam gedung cukup ramai, banyak anak kecil yang berkelompok dengan beberapa orang dewasa yang menemani. Jika dilihat lagi, Hanya Joan dan Tiara yang berbeda sendiri karena tidak ada orang yang seumuran dengan mereka.
"Joan liat kesitu yuk!" Tiara menunjuk satu tempat setelah menepuk punggung Joan. Joan hanya mengangguk dan berjalan kearah tempat tersebut.
Tempat itu adalah salah satu wahana dalam gedung. Wajah Tiara Terlihat semringah tapi tidak untuk Joan. Wahana tersebut adalah Istana Boneka. Sebelum masuk Joan melihat peta petunjuk wahana tersebut. Petanya cukup terlihat panjang, wajah Joan pun semakin cemas. Mungkin karena memikirkan bagaimana caranya dia bertahan di dalam sana.
Seperti yang terlihat diawal, mereka mengantri di tengah-tengah anak kecil. Joan mungkin juga sedikit cemas jika ada yang melihatnya memasuki Istana Boneka. Pada awal wahana, mereka akan menaiki perahu sambil melihat-lihat dan kemudian dilanjutkan berjalan. instruksi itu terlihat didalam selembaran yang diberikan ketika masuk.
Wajah lemas Joan terlihat. Dia dan Tiara akhirnya keluar dari Istana Boneka yang menekan batin Joan. Dia bertarung dengan keceriaan anak kecil sepanjang perjalanan.
"Seru banget! jadi mau liat liat lagi!" Tiara mengatakannya dengan riang gembira. Mendengarnya, Joan langsung tersentak. Dia tidak mungkin akan masuk ke dalam Istana kegelapan--itu anggapan Joan terhadap Istana Boneka yang barusan ia lewati.
"eh i-iya ya seru banget. tapi kayanya lebih seru jalan jalan dulu deh, biar nyobain yang lain." Tentunya Joan ingin melarikan diri dan berharap hujan diluar sudah berhenti. Tiara pun setuju dengan senang.
Sebelum keluar wahana Joan mengajak Tiara untuk melihat lihat lagi. Tempat tersebut adalah toko boneka yang disediakan.
"mau ngapain Jo?" Tiara bertanya setelah masuk.
"kamu mau yang mana?" tanya Joan dengan santai.
Mata Tiara bersinar bagaikan berlian yang sudah diasah seribu kali. Dia pun langsung mengabil semua boneka yang dia mau sampai trolly belanja penuh dengan boneka. Joan melotot kaget, dia tidak mengira Tiara akan mengabil semua boneka bukan hanya satu.
"eh ra bawanya nanti gimana?" Joan mengingatkan Tiara, terlebih tidak mungkin dia akan membeli semua boneka itu dengan uangnya yang sekarang.
"o-oiya yah hehehe" Tiara terlalu senang sampai terbawa suasana. Akhirnya ia mengambil satu boneka yang sedang dan Joan pun bernapas lega.
mereka pun keluar dari Istana Boneka dan segera berjalan keluar gedung. Wajah lemas Joan bertumpuk dua kali lipat. Diluar masih hujan dan dia menyadari gedung ini adalah tempat wahana yang mengasyikkan untuk anak kecil--seperti Tiara contohnya meski ia adalah anak SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
86 Days
Teen Fiction"Aku menunggu mu, jawaban dari mu. Tak apa aku tersakiti asal tidak hidup dalam bayang-bayang. Terima Kasih telah membuat ku menjadi lebih baik, maafkan aku juga jika aku membuat mu menangis" Joan. Mencari jawaban sekaligus memahami kehidupan. Dia m...