Hubungan 1

14 1 1
                                    

waktu menunjukkan hampir pukul 5 sore. sudah saatnya untuk berkumpul dan pulang. Joan dan Tiara pun akhirnya membeli payung karena cuaca yang masih hujan. Begitu pun dengan kelompok Ryan. Mereka membeli payung yang tersedia di toko dalam gedung. Mereka kebetulan bertemu di gerbang keluar. 

"Wei Jo! kemana aja lo?" Tanya Ryan dengan kencang sambil meninju punggungnya.

"Ke Istana Neraka gue, parah dah pokoknya" Jawab Joan dengan menunjukkan wajah yang tidak enak. Ryan membalas dengan tertawa. Ryan tau itu hanya kata kiasan yang dibuat Joan. Tiara pun bergabung dengan anak perempuan lainnya yang ada di kelompok Faris dan mengobrol sambil berjalan menuju yang ada di parkiran. 

"eh itu Faris kenapa?" Tanja Joan sambil menujuk Faris. 

"Dia hampir kencing di celana itu pasti" Jawab Putri sambil tertawa. 

"padahal dia yang ngajak ya" Nanda juga ikut menanggapi. 

"tapi dia malah yang paling ketakutan, badan doang gede" Putri menyambung tanggapan Nanda dan belum berhenti tertawa. 

"Diem lo Put! lo juga takut kan?" Faris mengelak. 

"Yaiya si tapi kan lo yang teriaknya paling keras, kaya cewe lagi, gue aja sampe kaget dengernya" Putri menimpali sambil tertawa. Mereka terus berdebat soal wahana Rumah Hantu yang tadi mereka masuki. 

"itu tadi Jo, si Faris ngajak masuk rumah hantu, tapi malah dia yang paling takut. pake teriak kenceng suara cewe lah, lari-lari lah, maksa ditengah lah, untungnya si ga sampe kencing di celana." Ryan menjawab santai pertanyaan Joan dengan tertawa kecil. 

"hahaha Ris ris, emang dah badan doang lo gede. Eh tapi seru juga tuh, harusnya gue ikut." Joan menanggapi Ryan. 

Perjalanan dihabiskan dengan mengobrol dan sampai di bis. Di dalam bis cukup ramai tapi belum semua lengkap. Bis akan menunggu sampai semua datang dan perjalanan dilanjutkan. Mereka semua masuk dan yang terkahir ada Karin dan Joan. 

"cie berduaan mulu" Karin berbicara ketika masuk ke dalam bis sebelum Joan. 

Joan belum sempat membalas perkataannya, Karin sudah lebih dulu mempercepat langkahnya masuk ke dalam bis. Karin langsung duduk di tempatnya tanpa bersuara lagi. Joan pun juga begitu. beberapa menit kemudian isi bis sudah lengkap dan perjalanan pun dilanjutkan. Tujuan selanjutnya adalah rumah makan dan menuju ke hotel. 

Sesampainya di hotel, para siswa diberikan kunci kamar. Kamar Hotel akan diisi masing masing dua orang. Semuanya segera bergegas menuju kamarnya masing-masing dengan membawa barangnya. Joan dan Ryan dengan cepat menaruh barangnya di kamar. Setelah itu ia berencana untuk bermain tenis meja yang disediakan pihak hotel. 

"uy Yan, bantuin gue dong hehehe" 

Langkah Joan dan Ryan terhenti. Mereka dipanggil oleh Putri. Ryan dengan jelas langsung menolak Putri untuk membawakan barangnya. Namun Putri terus memaksa agar Ryan membantunya. 

"ayolah Yan kan lu cowo, bantuin lah sedikit cewe, biar dianggap cowo sejati!" Putri membujuk Ryan. 

"Ngga, biarin, mau dibilang gue cowo cemen juga terserah, yang penting gue udah mau main tennis meja sama Joan, keburu dipake sama yang lain." Ryan terus menolak Putri.  "lagian siapa suruh bawa barang banyak, banyak sampe tiga tas begini, isinya apaan si, batu? 

"ayolah Yan, gue traktir makan deh abis ini, ambil yang lo suka gue yang bayar!" 

Ketetapan hati Ryan mulai goyah. Ia sekarang memikirkan keuntungan dan kerugiannya. 

"hmm okelah, gimana Jo?"  

"Gue sih gamasalah, tapi gue dapet bagiannya kan?" Joan menanggapi.

"hehehe kalo itu tanya karin, kalo dua nraktir dua orang besok gue nanti ngga ngapa ngapain" wajah Putri memelas. 

"eh ko aku?" Karin spontan bertanya kepada putri. 

Akhirnya Joan langsung mengambil satu tas dan koper. "duh emang dah ni cewek-cewek". Ryan pun ikut mengambil satu tas dan koper. mereka menuju kamar lewat tangga karena di lobby banyak orang yang mengantri. 


86 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang