Ryan, Putri, dan Karin menuju ruang makan yang ada di sebelah lobby. Tadinya Ryan ingin memakan camilan di lobby, namun berhubung ada Putri dan Karin ia berpikir lebih baik makan bersama mereka. Alasan lainnya, karena Ryan juga memesan makanan yang menurut dia tidak enak jika dilihat di lobby.
"Kar, tolong panggilin Joan dong di lobby." Ucap Ryan setelah menemukan tempat duduk untuk empat orang dan menaruh nomor meja.
"eh ko aku? ngga ah." Karin menjawab dengan sedikit terkejut. Putri dan Ryan sudah duduk di kursinya masing-masing, mereka berhadap-hadapan entah direncanakan atau kebetulan.
"iya kar kamu aja, aku udah ngga punya tenaga, apalagi abis bayarin nih orang" Tanggap Putri dengan duduk lemas menyender pada senderan kursi.
"Gue juga udah kesini, mager balik lagi gue cape, mana ngga kedapetan main Tennis Meja gara-gara nih orang" Ryan melakukan hal yang sama seperti Putri.
Karin tadinya ingin mengelak, tapi ia sepertinya juga sudah malas berdebat. Ia pun pergi menuju lobby untuk menemui Joan.
"tunggu tunggu, tadi lo mesen banyak banget, itu buat lo semua??" Putri seketika menyadari sesuatu yang janggal dipikirannya, sesaat setelah Karin pergi menuju lobby.
"haah? ya mana mungkin lah, tadi kan kita habis makan malem." Ryan menjawab dengan santai.
"Terus siapa yang makan??" Putri mulai serius dengan nada bicaranya.
"Ya buat Joan lah siapa lagi" Ryan tetap menjawab dengan santai. Obrolan saling menyudutkan pun terjadi setelah Karin pergi antara Ryan dan Putri.
Karin melihat sekeliling lobby dari ujung perbatasan antara lobby dan ruang makan. Terlihat cukup ramai untuk ukuran lobby. Akhirnya ia menemukan Joan berada di ujung lobby satunya sedang duduk di sofa santai dengan memainkan hpnya.
"eh orang yang lagi main hp, itu makannya jadinya di ruang makan sebelah." Karin berbicara sambil berdiri menghadap Joan.
Joan yang mendengarnya pun berhenti--tanpa mematikan hpnya--memainkan hpny dan melihat ke depan. Sesaat kemudian ia lanjut memainkan hpnya seperti tidak merasa dipanggil atau seperti merasa yang dipanggil itu orang lain.
"eh ssst woi, itu makannya di tempat sebelah" Karin yang sedikit tersinggung pun melanjutkan omongannya.
"eh mba, maaf nyari siapa ya?" Joan tanpa rasa bersalah mematikan hpnya dan mulai berbicara sambil menengok kanan kiri.
Karin pun bertambah kesal karena sikap Joan. "siapa Lagi J-O-A-N? "
"hahaha iya iya, gitu aja marah, santai sedikit dong, lagian ngomong ngga jelas." Joan pun berdiri sambil tertawa. Karin yang kesal itu tanpa bicara lagi langsung berjalan menuju tempat makan. Joan yang melihatnya sempat berhenti sebentar dan mengusap-usap rambutnya keheranan. Bergumam mengaduh kenapa Karin seperti itu sikapnya pada dia. namun tanpa pikir-pikir lagi ia berjalan sedikit lebih cepat mengejar Karin ke tempat makan.
Joan dan Karin sampai di meja makan. Karin langsung duduk di sebelah putri.
"Oy oy, baru juga di tinggal sebentar udah mesra banget aja" Pernyataan Joan sangat kontradiktif dengan kenyataannya.
"Mesra apaan, Ryan ngajak berantem mulu dah." Putri mengelak. Joan hanya membalas dengan tertawa lalu duduk.
"Jo gini Jo, hari ini kita ngga jadi sial-sial amatlah. Liat Putri ada disini, Karin ada disini. tadi gue mesen makanan sudah terbayar tanpa mengeluarkan uang sepeserpun, buat pesenan lo juga udah gue tambahin dan gaperlu bayar, gimana? oke ngga tuh" Ryan berbicara dengan menggandeng leher Joan lalu tertawa. Putri yang melihat itu merespon dengan wajah tidak terima.
"wihh gokil, emang dah lo sahabat gue banget Put." Joan tertawa menanggapi perkataan Ryan. Joan dan Ryan pun mengepalkan tangan dan bertosan lalu tertawa.
"terus kenapa Karin?" Putri dengan wajah kesalnya berbicara memecah tawa Joan dan Ryan.
"Ya buat Joan lah siapa lagi ye ga" Ryan pun tertawa. Putri yang tadinya kesal kini ikut tertawa dengan Ryan.
"bisa aja lo ah Yan! gue sih mau tapi dianya kaga" Joan ikut menanggapi perkataan Ryan dengan terus terang. Ryan dan putri sempat tatap menatap sebentar lalu kemudian tertawa lagi.
"Ah udah ah" Karin kembali kesal--kesalnya menumpuk sedari tadi. Ia berdiri dan ingin meninggalkan tempat makan. Namun dicegah oleh putri dengan menarik tangannya dan menyuruhnya untuk duduk kembali.
"Yailah Kar gitu aja marah, santai dong" Ucap Putri menenangkan Karin.
"males ah kalo kayak gini, gasuka" Karin membalas Putri dengan cukup serius.
"e-eh iya sabar Kar" Putri berbicara dengan lembut. kemudian berbisik pada Joan dan Ryan "Lagi pms kayaknya" Namun bisikan itu cukup keras hingga Karin dengar.
"nggak enak aja!" Karin kembali berbicara dengan tegas. Joan, Ryan, dan Putri pun tertawa mendengarnya.
"kayaknya bukan PMS deh Put, Karin kayaknya lagi cemburu Put soalnya tau Joan sama Ti-" Perkataan Ryan terputus karena pukulan yang lumayan keras ke bahu Ryan. Ryan mengaduh kesakitan sambil mengusap-usap bahunya. Putri hanya tertawa melihatnya. Ryan pun langsung berposisi minta maaf seperti hari raya lebaran. tanpa disadari, makanan yang mereka pesan satu persatu datang saat mereka mengobrol.
-TYPO dan salah penggunaan kata mohon dimaafkan-
KAMU SEDANG MEMBACA
86 Days
Teen Fiction"Aku menunggu mu, jawaban dari mu. Tak apa aku tersakiti asal tidak hidup dalam bayang-bayang. Terima Kasih telah membuat ku menjadi lebih baik, maafkan aku juga jika aku membuat mu menangis" Joan. Mencari jawaban sekaligus memahami kehidupan. Dia m...