Intan tak mampu berpikir jernih sejak kepulangannya dari rumah Lintang. Ia hanya terpaku di dalam kamar, menangisi kepergian Lintang hingga malam tiba. Bahkan dia tidak menggeser posisi duduknya sedikitpun dari sana. Seketika, ia teringat kata-kata terakhir Lintang di telepon.
“Sudah dulu, ya, jangan rindu aku lagi.”
Akhirnya, Intan menyadari sesuatu. Kalimat itu adalah suatu pertanda, bahwa Lintang akan pergi dari kehidupannya, selama-lamanya. Ia baru sadar, bahwa Lintang sebenarnya telah sadar bahwa hidupnya tidak lama lagi.Dia yang selama ini senantiasa menyinari kegelapan hidupnya, telah lenyap, pergi meninggalkan Intan.
Intan menatap keluar jendela, memandangi langit malam seperti biasanya. Matanya mencari-cari sesuatu. Setelah beberapa saat, dia mulai sedih. Dia tak menemukan bintang sama sekali malam itu. Satu-satunya bintang yang bersinar kemarin, kini ikut menghilang, seolah mengikuti kepergian Lintang. Intan bergumam,
“Apakah alam semesta juga turut sedih saat Lintang pergi? Kalau iya, berarti mereka semua sangat menyayanginya, sama seperti aku menyayanginya.”
Dia menghembuskan nafas pasrah, lalu perlahan mengapus air matanya. Ia berusaha menenangkan emosi yang berkobar dalam hatinya, mencoba menerima semua kenyataan pahit dihadapannya saat ini. Ia sadar bahwa ia harus menerima semua ini.
“Goodbye, Lintang. Tenang disana, ya.”
To be continued...

KAMU SEDANG MEMBACA
[MINS#2] Bintang Terakhir ✔
Short Story[COMPLETED | DAFTAR PENDEK WATTYS 2018] (Memories In Nature Series) Tentang indahnya persahabatan dan mimpi-mimpi yang mengikutinya. Copyright © 2018 by ayundaauras