"Aku malas debat sama kamu, Lebih baik kamu ubah dulu sifat kekanakan kamu itu."
-Reihan Aldric-
---
Keira menatap perempuan yang sedang berjalan kearah mereka. Dia mengalihkan pandangannya dan menatap Reihan kecewa.
"Kamu ngajak dia juga?" Reihan tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Kalau gitu ngapain kamu ngajak aku juga? Kenapa enggak kamu sama dia aja hah?"
Reihan menggenggam tangan Keira lembut.
"Nanti aku jelasin ya. Itu Riska udah mau nyampe gak enak kalau kamunya gini." Keira langsung melepaskan genggaman Reihan dan menundukkan kepalanya.
Saatnya untuk berakting. Tersenyum manis dan berbicara yang baik kepada sahabat kekasihnya ini.
"Hai! Maaf ya lama. Soalnya jalanan macet. Udah lama nunggu?" Riska tersenyum kepada Reihan dan mengalihkan pandangannya kearah Keira.
"Keira? Udah lama ya enggak jumpa. Lo gimana kabarnya?"
Drama dimulai. Keira membatin. Dia segera bangkit dari tempat duduknya. Tersenyum semanis mungkin dan melakukan ritual wanita seperti biasanya. Cium pipi kanan dan pipi kiri.
"Baik kok." Keira kembali duduk begitu pula dengan Riska.
"Jadi kan beliin tante Laura kadonya?" Riska meletakkan tas sandangnya keatas meja.
"Jadi lah. Makannya itu aku ngajakin Keira kesini juga."
"Oo.. jadi mau beliin mama kamu kado Rei?" Keira mengerti sekarang. Tapi kenapa Riska juga ikut. Itu yang Keira pikiran dalam diamnya.
"Iya sayang. Gimana ada ide gak untuk kadonya?"
"Hm. Gimana kalau kamu beliin tas aja. Kayanya Tante suka tas deh Rei." Keira mengusulkan idenya. Reihan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kamu bener banget. Yaudah kita beliin tas aja unt-" belum sempat Reihan menyelesaikan ucapannya Riska langsung memotongnya.
"Lo gimana sih Rei. Tante itu gak suka sama tas. Lo gak inget tahun semalam kan kita beliin tas ke dia, tapi cuman disimpan aja gak dipakai. Lebih bagus nih ya kita beliin aja kalung untuk Tante."
Keira terdiam dan menahan kesalnya kepada Riska.
"Gimana menurut elo Rei? Tas atau kalung?" Riska memandang Reihan dengan penuh harap. Sedangkan Keira dia hanya terdiam menunggu jawaban Reihan.
"Oh. Itu menurut saran lo aja deh Ris. Kadang saran lo ada benernya juga." Riska tersenyum senang mendengar penuturan Reihan. Dia menoleh kearah Keira dan tersenyum menyeringai.
Keira hanya bisa memendam kekesalannya dalam diam. Ya dia harus menghargai pendapat dari sahabat kekasihnya itu.
"Yaudah kita langsung cari aja kalungnya." Mereka segera berdiri dan pergi mencari salah satu toko kalung yang lumayan terkenal.
Setelah mendapatkan toko kalung yang diinginkan, Riska Dan Reihan memilih kalung sambil bersenda gurau. Dan Keira hanya bisa diam membisu ditempatnya.
"Hei, kok Kamu diam aja daritadi?" Kata Rei sambil mengelus pucuk kepala Keira.
Belum lagi sempat menjawab pertanyaan dari Reihan, tiba tiba Riska menghampiri mereka dengan senyum yang sumringah.
"Nih Rei, kalungnya"
"Yuk, cari Makan dulu" ujar Reihan sambil merangkul pundak Keira.
"Rei, kita makan di restoran kesukaan aku ya" ujar Keira dengan wajah dan tatapan lembutnya. Tapi semuanya gagal.
"Eh, mendingan kita makan di restoran kesukaan kita Rei, katanya disana ada menu baru loh. Kita kan belum nyobain tuh menu baru, ya?" tutur Riska sambil menatap Reihan lembut.
"Yaudah, yuk"
Keira terdiam sesaat. Menatap Reihan tidak percaya. Segampang itu Rehan menyetujui permintaan Medusa ini.
Perempuan yang satu ini memang cocok dipanggil Medusa.
"Kita duduk disitu ya" ujar Keira sambil menunjuk meja yang dipilihnya.
Mereka pun duduk dan makan dengan hikmat dan tenaga.
---
Akhirnya Keira bisa bernafas dengan lega. Dia sudah sangat bosan berada diantara kedua sahabat ini.Dari tadi dia hanya menatap Reihan dengan kesal, lantaran sang kekasih hanya bercerita dengan sahabatnya itu.
Riska melihat ke jam yang berada ditangannya. Dia berbicara dan seketika hancur sudah harapan Keira untuk menghabiskan waktu bersama Reihan.
"Rei gue harus buru-buru banget nih. Lo bisa nganterin gue gak?" Ingin sekali Keira menutup mulut sialan itu.
"Bisa kok mau diantar kemana?" Reihan langsung menanggapi permintaan dari Riska.
"Ke butik temen gue. Kita langsung pergi sekarang yuk!"
"Lo deluan aja nanti gue susul bentar" Riska pun pergi tanpa berpamitan kepada keira.
"Sayang kamu gak papa kan aku nganterin Riska?" Keira tersenyum manis kepada Reihan.
"Walaupun aku ngelarang kamu, kamu tetap akan nganterin dia kan? Jadi buat apa kamu minta ijin dari aku? Pergi aja enggak papa, nanti sahabat kamu tercinta itu kenapa Napa."
Reihan menatap Keira jengah.
"Aku malas debat sama kamu, lebih baik kamu ubah dulu sikap kekanakan kamu itu. Aku pergi dulu." Ucap Reihan dan tak lupa mengecup kening Keira.
Keira melihat punggung Reihan yang mulai menjauh. Tanpa sadar dia meneteskan air matanya.Keira langsung menghapus air matanya dengan kasar. Dan pergi dari tempat yang memuakan itu.
---
Medan, 13 juni 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Me or your Bestfriend { END }
Fiksi RemajaKeira selalu saja mengalah dengan sikap Reihan yang selalu mementingkan sahabatnya daripada dirinya. Semua waktu yang Reihan miliki, semuanya hanya untuk seorang Riska. Bahkan Reihan menyuruh Alex untuk menggantikannya fitting baju untuk pernikahann...