ANELLO - 1

719 56 23
                                    

Sore itu bukan waktu yang tepat untuk Selena memulai 'sidang' dengan atasannya. Namun apa boleh buat? Nasi sudah menjadi bubur, semuanya harus dipertanggungjawabkan atas janji yang sudah ia buat sebelumnya.

"Aku masih menunggu jawabanmu atas pertanyaanku seminggu yang lalu. Dan hari ini waktu yang kau janjikan." Pria tampan dengan setelan mewah itu masih bertopang dagu, menatap penasaran.

Kedua tangannya sudah ditaruh diatas meja, menatap Selena dengan mata super seksi nya lalu mengusap dagu menunggu. Dan Selena tidak suka ini! Bagaimana bisa ia mencoba menolak padahal hati kecilnya sudah bersorak riang saat tau tambatan hatinya menaruh perasaan?!

Selena berdehem, meremas tas bawaannya yang berada diatas pangkuan. Menarik nafas dalam lalu menghembuskan, akhirnya wanita itu mendongak.

Mata mereka bertemu, memberikan pandangan menenangkan selama hampir 1 menit, sebelum Selena mengalihkan ke arah belakang dari pria dihadapannya ini.

"Aku..." Wanita itu kembali melihat sekeliling ruangan, kembali meremas apa saja yang bisa ia genggam untuk menghilangkan kegugupan.

"Kau tau aku tidak suka membuang waktu?!" Pria itu sudah berdiri, berjalan ke arah tempat duduk Selena.

Duduk di atas meja, menaruh tatapan tajam kepada wanita yang berada dibawahnya. Selena menciut, mau menolak tapi masih menaruh hati.

Selena menggeleng. Lalu diam dan menggeleng lagi.

"Itu jawabanmu dari pertanyaanku yang mana?" Tanya pria itu. Sudah mulai jengkel dengan sikap plinplan yang dimiliki wanita pujaannya ini.

Lagi dan lagi Selena menggeleng, lalu mendongak tanpa sengaja karena merasa tatapan pria ini semakin menghunusnya.

"Aku- hm, tidak bisa..." Cicit wanita itu pelan. Kembali menyimpan tatapannya pada tas yang ada dipangkuan.

Pria itu mendesah, menukik alis tajam lalu tersenyum kecut. "Karena aku duda beranak satu?"

Selena menggeleng terlalu cepat, memberikan tatapan memohon bahwa ia tidak akan menghakimi begitu saja.

Pria itu mendesah, "Lalu apa?"

Kali ini wanita itu duduk sedikit menyamping, memberikan tatapan penuh ke arah pria tampan itu, "Aku tidak bisa hanya dijadikan bayangan dari masa lalumu saja. Bukan karena Rora menyukaiku saja kau bisa menarikku ke dalam kehidupanmu. Aku tau Rora butuh ibu, dan kau pasti akan mengabulkannya bagaimanapun caranya. Tapi ak-"

Pria itu memberikan intruksi menghakami, "Sepertinya kau salah paham dengan maksudku ingin serius denganmu."

Selena mengernyit, pria itu menambahkan, "Kau pikir aku memintamu menjadi pendampingku hanya karena Rora menyukaimu?"

Selena mengangguk ragu.

Pria itu terkekeh, "Kau lulusan terbaik di Jurusanmu, tapi masalah ini saja kau tidak paham sama sekali?"

Selena berdecak, kembali meluruskan posisi. Malas melihat lama-lama senyum tipis yang disematkan pria itu. Sakit hati kalau sampai menaruh hati terlalu dalam.

Namun, perasaan hangat menjalar dari pipi hingga ke perutnya saat tangan besar itu memegang sebelah pipi Selena agar sejajar dengan wajahnya. Pria itu mengusap pelan, memberikan tatapan lembut yang bisa membuat wanitanya nyaman.

"Aku menaruh hati padamu, jauh sebelum Rora menyukaimu dan memintamu menjadi Ibu nya. Kau pikir bagaimana bisa Rora langsung menyukaimu kalau tanpa persetujuan dariku? Aku selalu menceritakan dirimu padanya, sampai akhirnya gadis kecil itu penasaran dan mau bertemu denganmu." Jelas pria itu sambil memberikan tatapan hangat.

ANELLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang