Alvin berdiri disana, tak jauh dari dua orang yang tengah sibuk berdebat di depan ruang UGD. Kekasihnya menangis histeris dengan mencengkram bahu sang pria dengan erat, memohon agar sang pria mengabulkan permintaannya. Alvin sudah mendengar semuanya, dari awal hingga akhir percakapan. Dua kotak makanan yang ia bawa, sudah berserakan di lantai. Memantapkan langkah, Alvin berjalan gontai, mengamit bahu Selena agar menatapnya.
"Biar aku carikan pendeta untuk kalian." Alvin mengusap pipi kekasihnya pelan lalu menatap pria disebelahnya, "Aku izinkan kekasihku menikah denganmu. Demi wanita hebat di dalam sana.."
Justin terdiam, menatap punggung tegap yang sudah berlalu dengan wajah lesu serta mata memerah. Justin mencengkram erat rambutnya, kepalanya mendadak pusing dan ingin pecah dengan kekacauan ini. Selena bahkan sudah terduduk di lantai dengan isakan keras. Nafas yang sudah tidak bisa ia tahan karena tangis yang semakin keras.
Selena mencengkram erat bagian hatinya yang terasa sakit, memukul beberapa kali. Tak mampu menatap kepergian Alvin yang menjadi kesakitan bagi mereka berdua. Alvin rela berkorban untuknya, bahkan Selena belum sempat menceritakan apapun pada Alvin, namun pria itu langsung mengerti kenapa ini semua bisa terjadi hanya dari beberapa menit penglihatannya.
"Kau jawab pertanyaanku sekali lagi. Kau sungguh ingin meninggalkan kekasihmu dan menikah denganku?!" Justin ikut berjongkok, menarik dagu Selena agar menatap ke arahnya. "Ini jawaban terakhirmu, karena setelah kau menyetujuinya, aku tidak akan pernah melepaskamu!"
Selena menyeka air matanya, menarik nafas dalam. Menghalau air mata yang semakin deras turun karena menahan sakit. Anggukan kecil diberikan Selena yang dibalas gelengan tegas dari Justin. "Kau harus menjawabnya!"
Selena terdiam, semua tenaganya sudah habis. Justin berdehem lalu mengangguk seakan mengerti bahwa ini akan menghancurkan masa depan adik kecilnya. Tapi ketika Justin ingin berdiri dan bergerak menjauh, Selena kembali menarik tangan Justin lalu usapan lembut ia berikan pada punggung tangan Justin.
"Aku setuju dan aku tidak akan mundur." Senyuman manis yang diberikan Selena selalu bisa membuat Justin tenang, namun tidak berpengaruh banyak untuk pria itu kali ini.
Justin mengangguk, menggenggam jari Selena lalu membawa wanita itu duduk di ruang tunggu. Memeluk wanita itu seerat yang ia bisa, memberikan usapan serta kecupan kecil di kepala wanita itu. Justin tau, Selena sangat mencintai kekasihnya. Namun, Justin masih belum mengerti bagaimana bisa pria tadi menerima kenyataan pahit seperti ini. Apakah itu cinta?
"Aku akan membantumu menjelaskan semuanya pada kekasihmu." Justin berbisik pelan, yang dibalas gelengan lemah dari Selena, "Kenapa? Aku tidak ingin membuat kekasihmu salah paham."
Selena mendongak, "Dia bukan kekasihku lagi. Dan biarkan aku menyelesaikan masalahku sendiri." Walaupun diucapkan dengan senyum tipis, Justin bisa melihat raut kecewa dan tersakiti dari mata calon istrinya ini.
Justin mendesah, mungkin ini bukan keinginan mereka apalagi Selena. Namun ia akan berusaha, membuat wanita ini bahagia saat menjadi istrinya. Mungkin hanya inilah cara Justin untuk membalas kebaikan Selena yang telah berusaha membahagiakan sang Ibu dengan menghancurkan masa depannya. Mungkin cara terbaik yang bisa Justin lakukan adalah membuat Selena melupakan bahwa pernikahan ini berasal dari rasa sakit hati dan balas budi.
----
"Now, You can kiss your bride.."
Jika pernikahan dilakukan oleh sepasang lelaki dan wanita yang saling mencintai, mungkin moment ini adalah bagian yang paling ditunggu dan akan diingat sepanjang masa. Namun, berbeda. Selena masih menunduk dalam, menatap tangan sang Ibu yang menggenggam tangannya erat. Menyalurkan rasa bahagia dari dalam hatinya walaupun dalam keadaan lemah.
Justin memajukan wajah, mengecup puncak kepala Selena lalu mengusap pipi chubby istrinya. Alvin berdiri disana, sebagai saksi pernikahan bagi sang kekasih, atau mantan kekasih.
Selena menatap Alvin dalam, memberikan syarat bahwa ia masih mencintai pria itu bagaimanapun keadaannya. Alvinpun membalas sama dengan senyuman membahagiakan, menandakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahkan pria itu menggumamkan kata cinta yang dibalas dengan air mata oleh Selena.
Mengurus segalanya, Justin mengantar pendeta meninggalkan Rumah Sakit. Memberikan izin kepada Selena untuk berbicara dengan mantan kekasih. Justin paham ini menyakitkan, namun Justin juga tak ingin membiarkan istrinya larut dalam masa lalu dan membuat mereka berdua tersakiti. Dan Justin bersumpah, ini hari terakhir Justin melihat mata Selena memberikan syarat cinta pada lelaki lain.
"Maafkan aku.." Itu pembukaan yang menyakitkan bagi keduanya. Alvin sudah bersandar lemah sambil memainkan jemarinya dengan geram. "Terima kasih sudah mempermudah segalanya.Tapi bagaimana kau mengetahuinya?" Isakan itu akhirnya lolos. Selena sudah tak mampu menahannya, menarik tangan Alvin memaksa pria itu untuk menatap dan memeluknya. Selena bahkan mencengkram erat kemeja yang pria itu kenakan, meluapkan emosinya. Memeluk pria itu, mengecup semua bagian tubuh Alvin yang menjadi favoritnya.
Alvin juga ikut mengecup puncak kepala Selena, tetesan air mata Selena yang ia rasakan dibahu membuat air matanya juga tak bisa ditahan. "Aku mencintaimu, kau tau itu kan?"
Selena mengangguk, "Aku juga mencintaimu, Alvin.." walaupun dengan nada sesegukan dan lemah, Alvin dapat mendengar dengan jelas setiap ucapan yang dilontarkan wanita yang ia cintai ini. "Maafkan aku mengecewakanmu.."
"Kau ingat saat kau pergi makan malam dengan keluargamu?" Selena mengangguk, "Saat aku menghubungimu, kau belum mematikan sambungannya. Tak sengaja aku mendengar semua ucapanmu dengan kakakmu."
Selena terdiam, menatap dalam mata Alvin. Jadi selama ini, kekasihnya mengetahui rahasia yang sudah susah payah ia simpan. "Kau sudah mengetahunya? Ya tuhan, Alvinn.." Kemudia jeritan histeris lah yang pria itu terima.
Alvin mengangguk, "Tidak apa-apa. Kau sangat menyayangi Ibumu, kau bercerita padaku akan melakukan apapun untuk Ibumu. Dan ini caraku untuk mengabulkan keinginanmu."
Selena mendongak, riasan wajah yang sudah hancur tak dapat membohongi bahwa wanita ini masih terlihat cantik dan menawan. "Aku cinta padamu, Sayang. Tapi aku tau, kau akan tetap melakukan ini demi Ibumu. Aku hanya ingin melihatmu bahagia. Yaitu dengan membahagiakan Ibumukan?"
Selena kembali mengangguk. "Maafkan aku.."
Alvin menggeleng, "Kau sudah menjadi Istri sekarang. Jaga keutuhan rumah tanggamu. Untuk terakhir kalinya, apa boleh aku menciummu? Sebelum melepaskan segalanya?"
Tanpa menunggu, Selena langsung memangut bibir pria dihadapannya. Bermain lidah hingga mencengkram leher Alvin dengan erat, memberikan isyarat bahwa ia akan selalu bahagia dan Alvin tak perlu lagi mencemaskannya. Menyalurkan hasrat bahwa mereka memang saling mencintai dari cara saling memuja satu sama lain.
Pemandangan yang tak luput dari seseorang diujung koridor. Seorang suami yang melihat sang istri berciuman dengan lelaki lain, mantan kekasih. Justin sudah memberikan izin dan berjanji, bahwa ini terakhir kalinya Selena dimiliki orang lain. Karena setelahnya, Justin ingin egois dengan memiliki Selena seorang diri.
11 Mei 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
ANELLO
RomanceCincin, Benda kecil penuh makna. (ANELLO dari bahasa Italia berarti CINCIN)