ANELLO - 7

331 36 14
                                    

Pangutan bibir itu berhenti saat suara ponsel bergema dari dalam saku celana milik Alvin. Selena membuka matanya perlahan, memberikan senyum tipis lalu memeluk kembali mantan kekasihnya. Menyandarkan kepala pada tempat ternyaman yang ia miliki selain pundak saudara laki-lakinya atau lebih tepatnya saat ini sang suami?

"Hai sweetheart, kau sudah bangun?" Alvin memberikan nada suara paling bahagia untuk putri kecilnya, usapan dibahu Selena masih ia berikan, bahkan kecupan-kecupan kecil juga ia hadiahkan di kening Selena.

Selena mendongak, entah apa yang dijawab Rora dari seberang sana. Tapi, Selena memaksa Alvin untuk memberikan ponselnya agar wanita itu dapat berbicara dengan malaikat kecilnya.

"Ini Aunty Selena ingin berbicara denganmu, sayang." Alvin tersenyum, memberikan ponsel lalu memainkan anak rambut Selena. Sesekali pria itu mengusap pipi wanita itu, membayangkan bahwa besok tidak akan pernah bisa melakukan hal sepele seperti ini. Memandangi Selena yang bercengkrama dengan putrinya adalah pemandangan terindah untuk terakhir kalinya.

Walaupun di dalam hati masih tidak terima dan mengusahan segala sesuatunya berantakan, menjauhkan Selena dari keluarga tapi Alvin tak akan pernah bisa menyakiti orang lain. Terlebih wanita paruh baya yang sangat dihormati oleh wanita yang ia cintai. Jika ia egois, mungkin hari ini Selena tidak akan pernah lagi menampakkan wajah ke pada Ibu angkatnya. Tapi, Alvin masih mempunyai pikiran jernih. Mungkin Selena bukan jodohnya. Mungkin Tuhan memiliki takdir untuk dirinya sendiri. Nanti...

"Nanti pasti Aunty belikan baju Elsanya ya, Rora makan dulu kalau begitu.." Selena mengucapkan selamat malam dan sepertinya panggilan itu terputus.

"Bagaimana? Rora marah padamu?" Alvin bertanya sambil kembali menarik Selena ke dalam pelukannya.

Selena menggeleng, lalu terkekeh. "Putri kecilku itu hanya ingin hadiah,"

Alvin terdiam, menikmati bagaimana Selena masih menganggapnya sebagai kekasih, menganggap Rora seperti putri kandungnya sendiri. Apakah Alvin bisa menemukan sosok seperti Selena pada wanita lain?

Wanita itu masih terkekeh, menceritakan apa saja pembicaraannya dengan Rora di telepon. Alvin mendengarkan, sesekali menimpali dengan lelucon yang membuat keduanya tertawa bahagia. Melupakan masalah, bahwa sebentar lagi tidak akan ada mereka lagi. Tidak akan pernah bisa bercanda gurau seperti ini. Dan tidak akan ada lagi, pelukan penuh cinta serta kecupan manis.

"Hrm.." Pria tampan dengan balutan jas Navy, berdiri disamping Alvin. Meluruskan pandangan pria itu berujar, "Ibu ingin bertemu denganmu."

Selena mendongak, langsung memberi jarak dari Alvin dan berdiri. Ia bahkan kelagapan dengan membersihkan sudut bibirnya juga rambut panjang yang ia gerai.

"Ayoo.." Selena ingin menarik tangan Justin, tapi pria itu tidak melirik ke arahnya melainkan ke arah Alvin.

"Ibuku ingin bertemu denganmu." Lanjut Justin lebih jelas.

Alvin terdiam, Selena menahan nafas. Keduanya saling melirik satu sama lain, sampai Selena buka suara.

"Untuk apa Ibu bertemu dengan Alvin?" Selena menarik Justin untuk menghadap ke arahnya. Tapi pria itu berdalih dengan melihat kembali ke arah Alvin.

"Aku tunggu kalian berdua di ruang inap," Akhirnya Justin berbalik menghadap Selena, "Dan kau tolong, bersihkan riasanmu." Lalu pria itu berbalik, berjalan menuju ruangan Hanna.

Selena terdiam, mata Justin mengisyaratkan sesuatu yang Selena tau sedang menahan kesal dan marah. Pria itu bahkan jarang memberikan tatapan seperti itu kepada dirinya. Selena bergumam Apa Selena melakukan kesalahan? Kesalahan apa?

Kau baru saja mencium laki-laki lain didepan umum!

Selena terdiam, menatap ke arah Alvin lalu mendesah. Bahkan otaknya tidak bisa dicegah untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan bersama pria yang ia cintai.

ANELLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang