Alia menyambut paginya dengan senyum cerah. Dia membuka jendela kamar, dan pintu yang menghubungkannya dengan keindahan ciptaan Tuhan di pagi Hari.
Gadis itu menghembuskan napas dan menutup mata sejenak. Berdiri di balik pagar balkon kamarnya.
Dia berdoa agar ini adalah hari yang lebih baik dari kemarin, agar Tuhan membantunya menjadi orang yang lebih baik dari kemarin, berdoa agar semua yang ia lakukan akan berjalan lancar dan di ridhoi Tuhan.
Matanya terbuka, dan langit masih gelap. Namun perlahan semburat jingga, menyapanya dari ujung cakrawala. Atau lebih tepatnya, dari balik rumah tetangganya.
Gadis itu tersenyum, bahagia. Sangat bahagia untuk semua yang dia miliki di dunia ini. Mamanya, Papanya, Abang Zen, Dendio sahabatnya, dan Chandra. Dan dia juga sungguh bahagia mendengar pengakuan mantap Chandra akan perasaannya semalam. Alia tak bisa berhenti tersenyum tiap mengingatnya. Dia salah tingkah.
Dia beranjak dari balkon dan mendekat ke arah meja belajarnya.
Mama Gita mengetuk pintu kamar Alia, kemudian sedikit membuka pintu.
"Selamat pagi sayang. Mama kira belum bangun. Sudah sholat?" Sapa Mama dari ambang pintu.
"Pagi Mama. Sudah barusan." Balas Alia. Dia mendekat pada sang mama. Memeluk Mamanya erat, menyalurkan kasih, syukur, dan bahagia yang ada pada dirinya.
"Cepet mandi, siap-siap, terus turun ya." Gumam Mamanya sebelum mengecup kening Alia dan meninggalkan anak gadisnya.
...................................................
Alia menuruni anak tangga lengkap dengan tas sekolahnya.
Di ruang keluarga Alia bisa melihat teman-teman abangnya, yang tampaknya juga baru selesai merapikan diri. Rambut mereka masih basah.
"Pagi abang," Sapa Alia yang berjalan ke arah dapur berbarengan dengan Zen.
"Pagi Aly," Balas abangnya.
"Hari ini yang bikin sarapan Aly, ya. Bibi libur dulu nggak bikin sarapan." Gumam sang Mama saat putra putrinya sudah di dekatnya.
"Kok Aly" Tanya Alia, yang sedang mengeluarkan buah-buahan dari dalam kulkas.
"Ya dong, kan tadi malam Aly janji bikinin bang Zen nasi goreng. Mama nggak lihat Aly masak tadi malam. Jadi ya harus bikin sekarang. Sekalian banyak buat kita semua." Jawab sang Mama.
"Yaaahh..... Kena jebakan deh Alia." Gumam Alia sambil tersenyum.
Zen yang sedang membantu menyiapkan peralatan makan tertawa kecil.
"Abang temenin deh." Gumam Zen.
"Wih... baik banget." Balas Alia.
"Mama sama bibi mau ke ujung kompleks dulu sebentar. Belanja." Bibi dan Mama Gita membiarkan kakak beradik itu sibuk dengan tugas mereka.
Alia menuangkan air panas pada beberapa gelas. Dan air putih di gelas lain dengan jumlah yang sama.
Peraturan pasti di rumah Alia.
Segelas air hangat, dan air putih di awal hari.Zen membawa gelas-gelas tersebut dengan nampan. Memberikan pada teman-temannya, sekaligus mengawasi Nando yang kebiasaan melarikan diri dari peraturan ini.
Zen kembali dengan gelas-gelas kosong yang ia letakkan di cucian piring.
Alia sedang memotong-motong bawang dan beberapa bahan lain. Zen meraih celemek, dan membalikkan tubuh adiknya.
Membuat celemek itu menggantung di leher Alia. Dan membalikkan badan adiknya sekali lagi, menalikan tali celemek di punggung Alia.
"Apron itu wajib di pakek kalo lagi masak. Apa lagi make seragam putih gitu. Mau nanti seragamnya kotor kena bumbu?" Ujar Zen.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lalaland-nya Brilian
Teen FictionA: Aku Jahat. Ku abaikan hati yang datang dengan jutaan kasih dan ketulusan. B: Biarkan ribuan rahasia tersimpan dalam sebuah diam. C: Cara saya datang dan menetap adalah sebuah hal, yakni ketulusan. Dan bagaimana saya datang, itu karena sebuah tata...