my zodiacal

110 35 74
                                    

Selamat datang di duniaku. Dunia yang penuh dengan jutaan warna dan miliaran cerita. Tak banyak kisah indah yang menarik dalam hidupku. Akan tetapi, aku begitu menikmati hidupku, sebagaimana hidup menguasai ragaku. Aku selalu yakin, jika hari ini adalah hari tersialku, maka mungkin esok adalah hari terbaik untukku. Namaku adalah Olindia Putri, rupaku tidaklah cukup menarik di mata pria-pria lokal. Tapi percayalah, pria-pria Eropa akan memanggiku "cantik" bila melihatku. Bukannya bermaksud sombong, tapi inilah nyatanya, pria-pria Indonesia terkadang terlalu dibutakan oleh cinta secara fisik.

Saat ini, aku masih sibuk di hadapan layar laptopku, dengan ditemani secangkir kopi panas. Jari-jemariku terus mengetik tiada henti. Bukan. Aku bukanlah seorang penulis dengan sejuta hayalan yang melekat di otaknya. Bukan pula seorang pegawai kantor yang disibukkan oleh pekerjaan-pekerjaan yang menguras otak. Inilah keseharianku, duduk di kursi dengan laptop sebagai sahabat setiaku. Bagiku hanya benda inilah yang dapat memahami dan membantuku dalam segala masalah kehidupan, terutama ... masalah cinta. cobalah lihat para manusia yang mengecapmu sebagai keluaraga ataupun sahabat. Apa mereka selalu dapat memberimu solusi? Tidak. Terkadang mereka sama sekali tak dapat membantumu. Seperti halnya kedua orang tuaku, yang setiap hari selalu menyusun teks ceramah, untuk disampaikan padaku.

"Olin, kapan kamu berubah? Pulang sekolah latop, pulang sekolah handphone. Mau Papa nikahin aja? Iya?" Ini sudah mengeluarkan banyak sekali uang untuk kuliahmu. Setidaknya coba hasilkan lebih banyak uang daripada yang Papa keluarkan."--Ayahku

"Olin! Dengarkan Ibu! Lihat usiamu sekarang. Pekerjaan saja tidak punya, setidaknya cobalah cari pria yang mampu memenuhi segala kecukupanmu. Cepat menikah!"--Ibuku

"Tidaaak!!" aku menjambak rambutku kesal. Hari ini adalah hari tersial menurut ramalan zodiakku, bukan hari yang baik. And yeah I believe it! Aku sangat mempercayai segala sesuatu yang berhubungan dengan ramalan zodiak. Hasilnya saat ini membuatku frustasi, bahkan kurasa aku tak 'kan mau keluar selangkah pun dari kamarku. Aku takut, mungkin sesuatu yang buruk dapat terjadi padaku kapan saja.

Ramalan zodiak cancer (05-Maret-2018)

Kehidupan: hari ini mungkin bukanlah hari terbaikmu. Kamu bisa saja mendapat masalah pada orang di sekitarmu hari ini.

Keuangan: orang-orang dengan zodiak cancer banyak dikenal sebagai orang yang optimis, terutama dalam hal keuangan. Kalian para cancer sangat mempunyai keinginan yang besar untuk menabung uang. Tapi, mungkin hari ini bukanlah sesuatu tang baik untuk kondisi dompetmu.

Percintaan:
Jomblo: hidup sebagai jomblo adalah suatu keburukan untukmu. Kehidupan jomblo-mu selalu membuatmu merasa kesepian. Tetaplah berusaha, karena ini belum saatnya kamu terbebas dari ikatan jomblo-mu.

Berpacaran: tidak ada yang aneh hari ini padamu bagi yang memiliki pasangan. Tapi, cobalah untuk menghibur para cancer jomblo yang kesepian.

Aku menatap layar laptopku dengan tatapan kosong. Rasanya ini suatu hal yang sangat menyedihkan dalam hidupku. Masih dengan mata yang terus membaca setiap kalimat dengan saksama, tanganku meraba permukaan meja untuk mencari kotak tisu. Aku mencoba untuk mengeluarkan cairan dari hidungku yang memang tak ingin keluar. Kurasa, ingusku pun takut untuk menyambut hari sial ini.

Kucoba lagi meneliti setiap kalimat yang tersurat. Memastikan bahwa artikel zodiak yang kubaca adalah zodiak lain, bukan milikku. Tapi, sayang sekali, memang aku harus menerima semua ini dengan berlapang dada. MENYEDIHKAN. kalian tahu? Menerima artikel ini, seperti menerima hasil positif dalam tes kehamilan di luar nikah.

***

Siang ini, mentari kembali marah pada bumi. Teriknya membakar lapisan kulit terluar setiap manusia. Sebenarnya aku sama sekali tidak ingin keluar selangkah pun dari rumah. Tapi, sayang sekali anjing peliharaanku sakit dan aku harus membawanya ke dokter spesialis hewan. Mungkin ini adalah salah satu bagian dalam kesialan yang akan kualami hari ini.

Aku melajukan mobilku dengan kecepatan sedang, berusaha menembus kepadatan kota Jakarta. Sesekali aku melirik "Piko" anjing berjenis cihua-hua kesayanganku yang kuletakkan pada kandang hewan berukuran sedang. Wajahnya pucat, menurutku. Tentu saja, aku tidak tahu bagaimana kepucatan hewan saat sedang sakit, karena tertutup oleh bulu-bulu mereka.

Terkadang aku iri pada Piko. Jelas saja. Piko hanya seekor anjing jantan, tapi sungguh luar biasa tampan. Bulunya yang putih dan halus, terkadang membuatku selalu ingin memeluknya. Mungkin, kalau aku adalah seekor anjing betina, aku akan sangat mencintai Piko dan rela menikah dengannya. Ya. Aku memang gila karena berpikiran mencintai dan akan menikah dengan seekor hewan. Tapi, inilah aku, terkadang hayalanku di luar batas kewarasan manusia.

Setelah setengah jam menempuh perjalanan menuju klinik hewan, aku memarkirkan mobilku di parkiran yang cukup ramai. Aku menenteng kandang milik Piko dengan dirinya yang tertidur di dalam. Setelah itu, aku mulai mendaftarkan nama Piko dan duduk di tengah antrean. Klinik ini tidak terlalu kecil, juga tidak terlalu besar. Ruang tunggunya sangat bersih dengan segala poster-poster hewan yang menggemaskan. Di sekelilingku banyak sekali pasien-pasien hewan. Kurang lebih dalam ruangan ini terdapat 15-20 pasien hewan yang tengah mengantri dengan para pemiliknya.

Rata-rata pasien hewan yang dibawa adalah hewan peliharaan seperti, anjing dan kucing. Aku merasa hari ini adalah hari sakitnya para hewan peliharaan. Tapi, aku dibingungkan oleh hewan-hewan yang ada di sekitarku saat ini,tak ada raut terluka ataupun menahan sakit pada mereka. Bahkan para hewan itu masih menggonggong dan mengeong dengan lantang, seakan meminta jatah makan siang.

Aku mendapat nomor antrean empat belas. Sangat lama aku menunggu hingga antrian nomor dua belas seperti ini. Aku kembali melihat Piko, aku heran, sampai saat ini Piko masih tertidur sejak di perjalanan tadi. Aku sangat takut terjadi sesuatu pada anjing tercintaku.

"Pasien nomor tiga belas, silakan bersiap-siap," kata seorang wanita.

Saat pasien nomor dua belas keluar dari ruang periksa, seseorang berdiri dari bangkunya dengan menggendong seekor anjing yang sejenis dengan Piko. Anjing itu sangat mirip dengan Piko, yang membuatnya berbeda hanya warna bulu, anjing mungil itu memiliki bulu berwarna cokelat muda dan juga ... anjing itu tampak sehat?

"Oh... tunggu dulu!" aku mengentikan langkah pemuda itu ketika berada tepat di depan pintu.

"Ada apa? Cepat bergeserlah, aku harus masuk." pemuda itu memiliki wajah yang tampan dengan kulit kecokelatan dan rambut yang sedikit lebat. Manis, tapi sayang sikapnya yang jutek itu sangat membuatku tidak suka.

"Oh, tunggulah, bisakah kau bertukar nomor urut denganku?"

Pria itu diam.

"Maksudku begini, kau lihat Piko? Ya, anjingku. Ia tidak sadarkan diri sejak tadi, aku sungguh takut terjadi sesuatu padanya, dan aku lihat sepertinya anjingmu cukup baik. Jadi...."

"Jadi meyingkirlah, karena aku tidak mau!" pria itu menggeserku dari hadapannya. Akhirnya pria bermata sabit dengan iris hitam sekelam malam itu berhasil masuk ke ruang periksa. Aku semakin panik ketika menyadari Piko sama sekali tidak bergerak. Tidak. Tidak mungkin Piko tertidur selama ini tanpa bergerak sedikit pun.

"Piko? Piko! Sadarlah!" semua orang kini menatap ke arahku.

Setelah pria itu masuk, aku membuka pintu dan ikut masuk ke dalam. Sebelumnya, aku sempat mendengar seorang petugas melarangku. Ketika aku telah berada di dalam ruangan, ada dua orang pria yang sama-sama terkejut saat melihatku. Seorang yang bermata sabit tadi, telah berhasil membuat matanya seperti bulan purnama sempurna. Seorang pria lain yang memakai kemeja hitam dan jas putih terlihat bingung, kurasa dia adalah dokter hewannya.

"Kau--"

Bersambung...

Stingy CrabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang