GONGYOO'S POV
Yash!! Akhirnya jungha mau ku ajak makan malam setelah 2 hari dia mengabaikanku. Masih 1 jam lagi hingga waktu yang dia tentukan, tapi aku sudah berada di dalam mobilku, di daerah myeongdong. Sebenarnya aku tidak begitu lapar, masih kenyang malah, tapi alasan ini adalah yang paling ampuh membuat jungha mau keluar denganku setelah aku mengamati perilakunya 4 tahun terakhir. Bibirku secara otomatis melengkung membuat senyuman, tidak sabar rasanya bertemu dengan gadis pemarah yang sudah 2 hari tidak ku temui.
.
.
Sudah 1 jam! Sudah 1 jam dari percakapan terakhir kami di kakaotalk! Aku berasumsi bahwa acara jungha sudah selesai, sehingga langsung saja aku memanggilnya untuk memastikan dimana aku akan menjemputnya.______________
Calling... Jungha❤❤❤
Lee Jungha! Dimana kau!!
Apa? Aku di halte
Kau kira hanya ada 1 halte
Di Myeongdong ha?! Cepat
Katakan kau dimana!!
Sepertinya aku akan mati
Jika 15 menit lagi aku tidak
makanHalte No.5
Awas saja jika kau tidak ada
Jika aku sampai disana!_________
Aku segera menyalakan mobilku dan melaju dengan sangat kencang, tak kupedulikan klakson-klakson mobil yang terganggu dengan cara menyetirku di jalanan. Jungha menangis! Aku hafal benar suaranya jika baru saja menangis! Aku semakin tidak sabar untuk menemuinya. Bagaimana mungkin dia bisa menangis sendirian di halte? Tak butuh waktu lama, aku telah sampai di halte yang dimaksud jungha. Benar saja, dia sedang tertunduk lemas. Aku segera keluar mobil dan membukakan pintu untuknya, setelah sedikit basa-basi, akhirnya dia masuk ke dalam mobilku. Aku melemparkan sekotak tisu kearahnya yang dibalasnya dengan tatapan heran penuh tanya.
"Aku malas mengusap air matamu" jawabanku tentu saja 100% berkebalikan dengan apa yang sebenarnya ingin kulakukan, tapi aku hafal benar jika dia paling jijik jika aku melakukan reka ulang adegan romantis drama akhir pekan kepadanya.
"Kau tau jika aku menangis?" Tanyanya sambil menyeka sisa air mata dan membersihkan hidungnya
"Eeewww!!! Lihatlah ingusmu! Bagaimana mungkin aku tidak tau jika kau menangis jika ingusmu saja mengalir deras seperti itu"
aku menjawab jungha dengan nada mengolok-olok, kalian tau kenapa? Karena sekali lagi aku hafal, bahwa jungha tidak akan pernah menceritakan masalahnya sebelum dia benar benar siap, menanyakan sebabnya menangis hanya akan membuang-buang tenaga. Jadi, lebih baik membuatnya tertawa daripada menanyakan kenapa dia menangis. Benar saja, tepat setelah aku membicarakan ingusnya, jungha kembali ke sifat aslinya, pemarah! Tidak ada yang lebih menggemaskan daripada melihat raut wajahnya yang sedang kesal karna ulah usilku."Ya gongyoo-ssi!! Apakah kau tidak pernah melihat ingus sebelumnya?! Nih kuberikan ingusku yang melimpah padamu!" Ujar jungha sambil mengusapkan tisu bekasnya ke lengan hoodie ku.
"Yaa!!! Lee jungha! Apakah kau gila!! Harga hoodie ini setara gaji mu selama sebulan!!" Ujarku pura-pura marah yang disusul dengan tawa licik khas milik lee jungha.
Aku lega, jungha sudah kembali tertawa. Kadang aku merasa bangga terhadap diriku sendiri, tidak akan ada lagi pria yang bisa membuat jungha tertawa seperti ini, kan?
____________
LEE JUNGHA'S POV
Moodku mulai membaik sejak gongyoo mengajakku berbicara seperti biasanya, tanpa bertanya mengapa aku tadi menangis. Dia tau persis rupanya jika aku benci menjelaskan hal yang membuatku sedih. Kami sekarang sedang makan spaghetti di restoran italia favorit kami. Kami tidak pernah banyak bicara ketika kami makan, karena kami sama-sama merasa tidak etis mengobrol kesana kemari didepan makanan yang seharusnya kami nikmati dengan sungguh sungguh.
Tepat setelah spaghettiku habis (milik gongyoo sudah habis 5 menit setelah hidangan disajikan), tiba tiba gongyoo mengajukan pertanyaan yang sangat aneh."Lee jungha, kenapa sih kau selalu menolakku?"
"Mwo?"
"Kapan terakhir kali aku mengajakmu berkencan?"
"Nggg, 2 bulan lalu?" Ujarku samar-samar, karena entah sudah berapa kali pria ini mengajakku berkencan dengan gaya santainya.
"Kau pasti tidak tau kan kalau itu adalah ajakanku yang ke 7?"
"Tentu saja aku tidak tau gongyoo-ssi, apakah aku harus menghitung semuanya?"
"Tentu saja kau harus menghitung semuanya! Semua usahaku harus kau perhitungkan lee jungha!"
"Benarkah? Apakah aku juga harus menghitung ajakanmu untuk menikah waktu itu? Atau ajakanmu untuk tinggal serumah? Bagaimana dengan ajakanmu untuk segera menemui orangtuaku 1 tahun yang lalu? Apakah aku juga harus menghitung semua itu gongyoo-ssi~~?" Aku menjawab gongyoo dengan sangat santai, karena aku tau, berapa kalipun aku menjawabnya dengan serius, dia pasti akan menanyakan hal ini lagi, berulang kali, entah sampai kapan.
"Lee jungha, apakah kau pikir aku tidak serius?" Tiba-tiba saja nada gongyoo berubah serius, aku mengernyitkan dahiku heran
"Gongyoo-ssi, aku tidak tau harus berapa kali aku katakan padamu, aku tau kau serius, lebih dari sekedar tau malah. Tapi, seperti yang sudah sering aku bilang, aku tidak bisa berkencan denganmu, aku takut.."
"Kau takut jika aku hanya menjadi pelarian dari cinta pertamamu yang belum usai kan? Kau takut jika akhirnya hanya aku yang mencintaimu sampai akhir kan?" Gongyoo menyela dengan mengucapkan alasan-alasanku yang pasti dia sudah hafal di luar kepala, tapi mau bagaimana lagi? Itulah alasanku yang sebenarnya mengapa aku selalu menolak pria didepanku ini.
"Itu kau tau. Sebenarnya aku juga merasa tak enak selalu menolakmu seperti ini, sudah sering kukatakan bukan? Bahwa kau harus.."
"Bahwa aku harus mencoba menjauhimu dan mencoba menyukai wanita lain?"
"Gongyoo-ssi, sebenarnya apa alasanmu tetap mengejarku seperti ini? Kau sangat populer! Kedipkan saja matamu kepada beberapa gadis kantor, aku yakin tak sampai 1 hari mereka akan memohon-mohon untuk mendapatkanmu" aku sedikit heran pada pria satu ini, bukan hiperbola jika aku mengatakan bahwa dia populer, wanita mana sih yang tidak mau menjadi gadis seorang gongyoo? Salah satu manajer di stasiun tv ternama di korea selatan dengan wajah diatas rata-rata. Semua wanita pasti akan mengangguk jika diajak berkencan oleh pria macam dia, kecuali aku.
"Karena cinta pertama selalu menang Jungha" gongyoo menggumamkan kalimat terakhirnya sehingga aku tidak dapat mendengar apa yang dia katakan.
"Ha? Apa katamu?"
"Karena cinta pertama akan selalu menang Jungha" tiba-tiba saja dia menatapku dengan raut muka serius.
"Apa yang sedang kau coba katakan gongyoo-ssi? Tidak ada menang dan kalah untuk sesuatu seperti ini, lagipula kau bilang bahwa cinta pertama selalu menang? Berarti bukankah kita berdua seri? Apakah kau lupa alasanku menolakmu juga karena cinta pertamaku?"
Aku benar-benar tidak tau lagi harus menolak gongyoo dengan cara apa, saat pertama kali dia mengajakku berkencan, dia sudah mengatakan bahwa aku adalah cinta pertamanya dan sepertinya sudah sangat sering aku katakan padanya tentang cinta pertamaku, jadi aku benar-benar tidak mengerti maksud pembicaraan Gongyoo."Kau salah Lee Jungha, kita tidak seri, hanya cinta pertama dari pria sepertiku lah yang akan menang, cinta pertama yang diperjuangkan" gongyoo mengakhiri ucapannya dengan cukup dramatis, diikuti dengan senyum khasnya.
_______________
KAMU SEDANG MEMBACA
Does Love Feels Like This? [Ong Seongwoo]
फैनफिक्शनlee jung ha, seorang wanita 23 tahun yang biasa biasa saja, ingin bertemu kembali dengan teman masa kecilnya, ong seongwoo, untuk terakhir kalinya. Lee jungha memiliki kehidupan yang jauh berbeda dengan ong, setelah lulus kuliah, dia bekerja sebagai...