Part 3

89 11 4
                                    

Salah satu hal terbaik bagi Raffa adalah duduk dikelas saat sedang tidak ada dosen. Saat ini ia duduk dengan kedua temannya bernama Chandra dan Anjas. Raffa sedang memakan taokaenoi yaitu cemilan rumput laut. Lagi-lagi kelas mereka hari ini kosong. Meskipun itu juga hal yang disukai oleh Raffa, akan tetapi ia membenci mengganti mata kuliah di hari libur. Ah! Namun kini ia menikmatinya saja.

"Ah payah deh nih dosen, giliran gue rajin kuliah dia gak datang." Celoteh Anjas sebal, mengerutkan wajah.

"Yuk cabut!" Ucap Raffa menepuk pundak Chandra.

"Bukannya katanya lo mau kirim paketan?" tanya Chandra bangkit dari duduknya.

"Ah ntar aja, udah buruan ntar sore gue kerja lagi."

"Hidup lo keras ya Raf. Kerja mulu." Tegur Anjas, menyandang tasnya ke bahu.

"Ngelakuin hal yang bermutu apa salahnya?"

"Tapi ngapain sih kerja kalo uang ada dimana-mana?  buang-buang waktu aja lo."

"Hidup gue tapi lo yang ribet. Udah ah, gue cabut duluan!" Sewot Raffa keluar dari kelasnya.

"Yodah. Mangat bray." Balas Anjas lagi.

"Raf, jangan lupa traktiran gue semalem. Lo kalah." Sahut Chandra melambaikan tangan ketika Raffa sudah buru-buru pergi.

"Iye..." sahut Raffa begitu sudah jauh dari kedua temannya.

Saat hendak berjalan keluar kampus, masih dalam lorong yang bersampingan dengan lapangan basket. Dari balik tembok yang berada di kejauhan, Raffa melihat lagi, seorang cewek yang keluar dari balik tembok itu—memandangi sebuah benda yang digenggamnya.

Benda itu seperti sebuah kamera mirrorless mini. Cewek itu tersenyum memandangi kamera itu, dalam benak Raffa mungkin dia baru saja mengambil potret seseorang makanya dia jadi senyum-senyum begitu.

Raffa menggelengkan kepala, dan entah kenapa ia jadi ikutan tersenyum. Lalu beberapa saat ia menepukkan telapak tangannya ke jidat.

Oh, Raffa ingat satu hal!
Saat dia bekerja part time kemarin dia melihat orang yang sama, mirip dengan apa yang baru saja dilihatnya. Sekali lagi Raffa menegakkan kepala mencari seseorang yang tadi dilihatnya. Namun orang itu sudah keburu menghilang.

Raffa mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kampus. Akan tetapi, ia tak berhasil melihat wajah cewek itu. Ia hanya ingin memastikan apa benar cewek itu adalah orang yang lewat didepan cafenya kemarin? Dan apakah orang itu juga adalah cewek yang suka berkeliaran dikampusnya belakangan ini?

Untuk melepas rasa penasarannya, Raffa berbelok menuju tembok yang menutupi lapangan basket tersebut. Ia ingin mengetahui apa yang dilakukan cewek itu disana. Ketika Raffa berjalan pelan mengendap-endap, dan sampai dilapangan basket. Tak ada apapun disana. Kosong. Yang ada disana hanyalah bola basket yang terletak dipojok tepat dibawah tiang ring basket. Tidak ada orang disana. Siapapun.

Tunggu, lalu kenapa cewek itu berjalan dari arah sana?

Raffa menggubris pikirannya yang amat sangat bingung dan penasaran itu.

Mistis. Raffa jadi bergidik ngeri. Lalu cowok itu membalikkan badan dan memutuskan untuk pulang.

**

Akhir-akhir ini Raffa jadi sering melihat sosok cewek yang sudah beberapa kali dilihatnya berjalanan disekitaran kampus. Terkadang cewek itu berjalan sendirian dengan senandung kecil berirama dari mulut ketika earphone menempel ditelinganya. Terkadang juga bersama dengan seorang cewek yang berpenampilan seperti cowok. Mereka terlihat bersama ketika waktu itu Raffa keluar dari kelas -dengan alasan izin pergi ke perpustakaan untuk mencari buku -padahal ia hanya ingin merokok dan mencari udara segar untuk menenangkan pikirannya.

Thank you for loving me.. Raffa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang