Part 7

12 1 0
                                    

Bella berjalan keluar kelas dengan langkah cekatan. Ia berlari dengan nafas yang tak beraturan untuk dapat sampai ke parkiran khusus motor. Setelah sampai di tempat Bella memarkirkan motornya, ia sampai tak sadar ada orang yang menunggunya disana.

Sebelum sempat Bella memasukkan kunci ke lubang kontak motornya. Cewek itu tersadar saat ia mendongakkan kepala. Menatap Raffa yang berdiri disana dengan wajah datar.

"Gue mau minta maaf."

Pandangan Bella menyurut. Alis matanya bertaut, heran. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Hanya ekspresi wajah yang menjawab pernyataan itu.

"Gue tahu lo marah. Makanya lo natap gue kayak gitu."

Bella masih tak paham. Ia tidak ingin berlama-lama di tempat itu, karena semakin lama semakin banyak orang yang berkeliaran menuju parkiran. Pasti semua orang akan melihat ke arahnya kemudian Bella yakin ia akan dihina atau dihujat lagi.

"Lo kenapa sih?" Akhirnya hanya kata-kata itu yang bisa Bella keluarkan dari mulutnya.

"Gue minta maaf. Gue ngerasa bersalah. Serius suer, gue gak tahu kalau kejadiannya bakal kayak gini. Plis lo maafin gue ya?"

Bella menatap ke mata Raffa dengan tajam, "Lo minta maaf karena apa? Gak jelas banget sih. Minggir deh, gue mau pulang."

Tangan Bella dengan sigap memasukkan kunci motor ke lubangnya, dan segera naik ke atas motor. Cewek itu tak peduli dengan Raffa yang masih berdiri di antara motornya dan motor yang lain. Sebelum Bella memundurkan motor, tiba-tiba tangan Raffa menghentikan pedal gas yang digenggam oleh Bella.

"Tunggu. Gue cuma-" Raffa menahan tangan Bella, tapi ragu melanjutkan kalimatnya karena sorot mata Bella langsung menatap matanya tajam.

"Apasih? Mau minta maaf apa?" mata Bella terbelalak tajam seperti elang.

"Gue mau minta maaf karena..."

Emang lo selalu gak jelas ya. batin Bella dalam hati.

Pandangannya tertuju pada anak-anak yang datang dari koridor kampus. Bella semakin tak sabar, semua orang seperti berjalan kearahnya. Kampus tempatnya belajar ini seperti jurang yang mematikan bagi Bella. Ia merasa apapun yang ia lakukan semuanya salah dimata siapapun. Bella semakin takut, dan tidak tahan lagi berada ditempatnya sekarang.

"Karena apasih? Cepetan... Gue gak punya banyak waktu berurusan dengan orang gak jelas."

Raffa memejamkan matanya, sebelum meneruskan kalimat. Menarik nafas dalam-dalam, ia sepenuhnya tak yakin Bella akan memaafkannya.

Akan tetapi, sebelum sempat Raffa berterus terang.
Bella sudah buru-buru melontarkan kalimatnya, "Lo itu orang yang enggak gue kenal. Tapi kenapa sih lo selalu mengusik hidup gue? Bisa gak lo pergi jauh-jauh dan jangan jadi penganggu?"

Kata-kata itu. Kata-kata yang berhasil menyentak jantung Raffa tanpa ampun. Cewek itu berhasil menghempaskan harga dirinya dari tempat tertinggi ke jurang terdasar dalam sekejap. Seperti ada ribuan belati yang menancap ke dadanya hingga mati.

Bella memundurkan motornya, dan menekan pedal gas tanpa berkata apa-apa lagi. Melewati tubuh Raffa yang tiba-tiba terbujur kaku. Lemah dan tidak berdaya.

Baru saja cowok itu melontarkan permintaan maaf. Baru saja ia ingin berterus terang mengenai rasa bersalahnya.
Belum sempat Raffa meneruskan kalimatnya. Tiba-tiba saja kata-kata itu meluncur dengan polosnya dari mulut cewek itu. Menyesakkan dada Raffa. Menggoyahkan seluruh pertahanan di dalam tubuhnya.

**

"Gimana sekarang, sudah lebih baikkan?"
Bella yang menyandarkan kepala di dashboard mobil, menatap Hazel dengan wajah sedih, "Gak ada yang berubah. Setiap aku lewat, setiap aku keluar dari kelas ada aja yang ngatain aku. Dan semuanya masih tetap ngejauhin. Sedih banget."

Thank you for loving me.. Raffa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang