Part 2

97 12 3
                                    


Raffa berlari-lari kecil menuruni anak tangga, bersiap untuk menuju kampusnya. Hal biasa yang selalu dilakukannya adalah terlambat masuk kelas. Disaat orang kebanyakan terlambat karena bangun tidur kesiangan atau hal apapun, akan tetapi Raffa tidak, ia terlambat hanya karena hal kecil seperti bersepeda dipagi hari.

Setelah ia menyadari jam menunjukkan pukul sembilan, dan waktu ia untuk ke kampus adalah setengah jamnya lagi. Barulah ia kembali ke apartemennya dan bersiap-siap untuk ke kampus.

Perjalanan Raffa menuju kampusnya berlangsung selama kurang lebih dua puluh menit, kini ia sudah sampai diambang pintu kelasnya. Dosen sudah menjelaskan, dan mahasiswa sedang serius memperhatikan apa yang telah dilontarkan oleh Bapak berkacamata didepan kelas. Sementara Raffa masuk ke dalam kelas dan duduk dengan santainya. Menyilangkan sebelah kaki ke atas lututnya.

Syukurlah dosen yang sedang menerangkan pelajaran itu tidak memarahi dan mengomelinya seperti dosen-dosennya yang lain.

"Enteng aja lo bro masuk gak pake salam." Celetuk salah satu cowok yang duduk di belakang punggung Raffa.

"Selo aja, hidup gak harus serius-serius amatlah." Ujar Raffa duduk dengan santai. Merentangkan kaki panjangnya ke lantai, menyandarkan punggung di sandaran bangku.

"Nikmati hidup selagi bisa bernafas. Jangan lurus aja. Berubah dikit sebelum tua, contoh gue nih."

"Yee masih mending gue, pagi-pagi bangun terus sepedaan biar apa? biar sehat. Hidup sehat itu perlu. Gue gak terlalu ngutamain kuliah buat jadi prioritas, yang penting gue udah niat ngorbanin waktu gue buat kuliah. Syukur."

Ternyata Raffa sampai dikampus hanya menyerap pelajaran selama kurang lebih dari dua puluh menit. Dosen yang bernama Pak Hari menyudahi mata kuliah komunikasi yang menjadi mata kuliah Raffa.

Tentu saja hal itu membuat Raffa turut senang, raut wajahnya seketika keluar dari kelas sangat amat bahagia.

"Raf lo mau kemana?" tanya anak yang duduk disebelah Raffa, bernama Toni.

"Biasaa." Jawab Raffa, kebiasaannya kalau ditanyai kemana atau dimana pasti jawabannya selalu 'biasa'.

"Jangan lupa, besok Raf."

Raffa mengacungkan jempol keatas tanpa melihat ke belakang. Ia berjalan keluar gerbang kampus dengan tenang.

**

"Iya maaa, sekarang Raffa kerja dulu. Udah waktunya nih. Iyaaa Ma.. Raffa udah kuliah kok, baru aja pulang.. Iyaa pasti nanti Raffa makan. Oh iyaa siap deh.... see you..."

Gerak langkah kaki Raffa berjalan dengan sedikit cekatan dari arah parkiran menuju tenda biru, itu adalah Cafe dimana Raffa bekerja part time. Sebelah tangannya memegang ponsel yang ditempelkan ke telinga, lalu memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku.

Ia menghembuskan napas panjang dan mengerutkan kening. Akhir-akhir ini kerjanya sudah terlampau berat, ia harus menjalani kuliah di semester lima dan juga sambilan kerja. Sebenarnya Raffa adalah seorang yang berkecukupan, namun ia hanya tak mau waktunya terbuang sia-sia, oleh karena itu ia menggunakan sebagian waktunya untuk bekerja paruh waktu.

Di cafe itu Raffa bertugas menjadi barista pembuat minuman. Minuman favorit yang berhasil membuat para pembelinya jatuh cinta adalah Hazelnut coffee. Hanya tangan Raffa yang bisa meracik kopi itu hingga membuat para tamunya tergiur.

Apalagi jika Raffa yang akan melayani atau memberikan pada pembelinya, dengan bermodalkan wajah yang tampan berhasil membuat semua orang terpesona. Tidak hanya para anak muda yang membeli Ice coffe itu, bahkan opa atau orang tua yang sudah berumur pun ikut merasakannya.

Thank you for loving me.. Raffa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang