Part 4

59 10 9
                                    

"Tadi itu siapa?" tanya Hazel yang berdiri mengemasi belanjaan di meja makan.

Bella yang berbaring di sofa dengan selonjoran hanya melirik sekilas. "yang mana?"

"Di hero. Yang negur kamu tadi, kamu kenal?"

"Gak kenal. Emang kenapa? biar ajalah, orang iseng palingan."

"Tapi aku cemburu." Seloroh Hazel sambil masih menyusun barang belanjaan mereka.

"Ah sudahlah jangan lebay." Desis Bella melambaikan tangannya.

Kalau Bella sudah berkata begitu, Hazel diam saja. Setelah belanjaan makanan telah dimasukkan ke dalam kulkas, dan peralatan mandi tertata rapi.

Hazel beranjak menuju sofa dan menghempaskan dirinya di sofa yang berdekatan dengan Bella.

"Mana susu strawberry-nya?" Tanya Bella menatap Hazel yang baru duduk disampingnya.

"Di kulkas.."

"Yah kenapa dimasukin kulkas? Ambilin."
Perintah Bella, dengan suara khas anak-anaknya yang agak manja.

"Biar dingin lah.. emang kamu mau minum yang biasa?"

"Gak apa. Ambilin ya."

Hazel memasang wajah datar, dan menghela nafas, "hmm baru juga duduk."

"Mau enggak? Kalau enggak aku yang ambil sendiri." Desis Bella hendak bangkit.

"Iya mau.. kan sayang." Ucap Hazel cengengesan.

**

Raffa memandangi laptopnya terus menerus. Sejak dua puluh empat menit yang lalu, matanya tak hentinya terpaku pada layar terang itu. Dilayar yang menampilkan sebuah email, dalam kolom balasan Raffa hanya mengetikkan beberapa kalimat. Namun pesan teks itu belum juga dikirimnya.

Setelah beberapa lama termenung dalam lamunan, Raffa menghembuskan nafas kencang hingga suaranya terdengar. Ia mengangkat satu tangan untuk menopang kepalanya yang terasa berat. Rasanya begitu lelah hari-hari yang dijalaninya sekarang. L

Sekilas saat Raffa bersandar pada satu tangan dan melihat keatas memandangi langit-langit kamarnya.. Ia melihat sebuah kotak berwarna merah hati diatas lemari. Tempat ia menyimpan semua peralatannya yang sudah tidak ia butuhkan lagi, atau alat-alat yang tidak berguna.

Kotak merah hati itu dibaluti dengan bungkus plastik bermotif-kan beberapa buah simbol love. Raffa jadi ingat, ia melupakan benda itu. Padahal kemarin ia berniat mengirimkan benda itu pada seseorang yang berada jauh ribuan kilometer darinya. Namun, niat itu kemudian diurungkannya karena mendadak hatinya tergoyahkan.

Tak sampai lima menit pikiran Raffa berganti menjadi sosok cewek yang kemarin sempat bertemu dengannya, yang selalu menjadikan pikirannya bertanya apakah ia menyukai cewek itu?

Argh, Raffa mengacak-acak rambutnya sampai berantakan. Pusing melanda seluruh kepalanya. Ia menutup laptopnya dengan cepat tanpa menekan tombol shut-down sebelumnya. Lalu Raffa membaringkan kepalanya diatas laptop tersebut.

Ia menghela nafas gusar.

Bagaimana bisa ia mengingat dua orang sekaligus?

Thank you for loving me.. Raffa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang