Part 1

108 14 4
                                    


Langit sore memperlihatkan gemerlap jingganya. Jalanan Jakarta seperti biasa tampak begitu padat. Keramaian Ibukota terlihat dari sebuah kamar di lantai 6, yang kini menjadi tempat tinggal Raffano Abraham.

Apartemen Slipi yang tinggi menjulang. Ia tengah sibuk berkutat dengan bukunya. Tak ada hal yang lebih disukainya selain membaca buku di sore hari. Saat matahari telah pulang keperaduannya. Saat cuaca tak lagi mengeluarkan udara panas, dan daun-daun jatuh bertebaran.

Kaca jendela terbuka, disitulah Raffa tengah berkutat dalam hobinya. Cowok itu terlalu sibuk untuk menyadari apapun yang terjadi disekelilingnya akhir-akhir ini. Sudah dua tahun ini ia menemani kehidupannya dengan kesibukkannya sendiri. Membaca, dan bersepeda. Tak ada yang lebih penting dari keduanya. Ia juga disibukkan oleh aktifitas kerja, dan kuliahnya. Dan itu pasti menjadi kewajiban yang harus ia lakukan.

Selepas ditinggal kekasihnya, ia mengisi kekosongan dihidupnya dengan apa saja yang membuatnya bahagia. Hidupnya tak pernah ditemani oleh sosok cewek lagi setelahnya. Ia juga tak mau memikirkan hal itu. Baginya bersedih hanyalah pekerjaan yang membuang-buang waktu dan tidak memberikan manfaat apapun.

Bertemu  selama kurang lebih tiga tahun, bersama selama mungkin lebih dari ribuan hari, menghilang dalam ratusan waktu, namun hanya dalam sekejap untuk terelakkan. Berbahagia setiap hari, namun tertelan dan lenyap dalam hitungan waktu.

Dahulu sebelum bahagia berubah menjadi benci, Raffa dan dia sudah menjalani hubungan selama tiga tahun, tapi tiba-tiba dia menghilang meninggalkan Raffa tanpa sedikitpun ada kejelasan. Awalnya Raffa hanya menunggu, menunggu dan terus menunggu. Namun setelah hampir setahun tak ada kejelasan mengenai persoalan itu, ia menyerah. Menutup semua lembar yang ada dimasa lalunya, menghilangkan segala kesedihan dan kekecewaan yang begitu mendasar didalam hatinya. Membangkitkan kembali asa dan semangat. Masa depan sudah diambang mata, Raffa tak seharusnya menjadi pribadi ambigu hanya karena masa lalu kan?

Memilih jalan untuk tidak mengingat masa lalu itu sudah sepatutnya seorang pria seperti Raffa akan lakukan. Merelakan kepergian seseorang tentunya juga adalah kewajiban untuknya. Semesta alam mengatakan bahwa rumput akan hijau, bila diberi asupan. Sama seperti manusia, bila tak diri yang memotivasi untuk maju, maka akan mati dengan sendirinya.

Thank you for loving me.. Raffa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang